Hikmah

Perbuatan ‘baik’ yang dilakukan dengan ikhlas semata melaksanan ‘tuntunan’ Allah swt bernilai ibadah tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, tetapi nilai itu menjadi berkurang bila disertai harapan untuk mendapat ‘penghargaan’ atau ‘pujian’ dari orang lain (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 4).

Pendidikan Umum

Ada pertanyaan penting untuk dijawab oleh umat Islam terkait pendidikan anak anak untuk masa depan. Intinya harus ada sebagian anak anak kita yang belajar ilmu pengetahuan umum. (Di buku Al Hikam dijelaskan ilmu yang wajib dipelajari umat adalah ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah)

Copas gwa

Saya ingat tahun 1995, harga HP sekitar 16 juta rupiah dengan kurs dollar Rp 2000/US$ (jadi harganya sekitar 8000 US$). Sekarang HP dengan kemampuan yg sama dengan ukuran yang jauh lebih kecil dan performance yg jauh lebih baik, harganya hanya di bawah Rp 300,000 dg kurs Rp 15,000/US$ (sekitar 20 US$). Jadi harganya turun menjadi hanya 1/400 nya saja.

Bayangkan, dari U$ 8000 sekarang jadi US$ 20 dalam kurun waktu 25 tahun. Dunia yg berkembang sangat cepat itulah yang akan di hadapi oleh anak-anak kita.

.

Apakah kita sudah mempersiapkan pendidikan anak-anak kita ke arah sana? 

Atau selamanya kita hanya akan terheran-heran dan terus jadi korban dan tersingkirkan dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi?

Atau kita hanya akan mengajarkan anak-anak kita untuk mencari cari alasan bahwa “kita terus dizalimi”, terus menyalahkan orang lain atas nasib kita sambil terus tersingkir dari peradaban manusia?

Semoga Allah swt. selalu membimbing kita dan menunjukkan kita jalan yang benar bagaimana menjadi bagian dari umat manusia yang berperan aktif ikut membangun.

Kun fayakuunSaat takziah biasanya orang bertanya dia sakit apa atau kenapa dia mati. Ustadz Wijanarko menyatakan bahwa pertanyaan itu tidak perlu diajukan karena orang mati pasti karena keputusan Allah swt, mati bukan karena penyakit, jadi nggak usah dicarakan, karena banyak orang sehat juga mati, mati bukan karena usia tua (jadi nggak perlu bertanya usianya berapa) karena banyak orang muda bahkan balita juga mati, mati bukan karena (sebab)…….karena banyak orang tanpa sebab itu juga mati. Jawaban ustadz Wijanarko ini menggunakan dalil ‘KUN’ yaitu takdir kauniyah Allah yang harus dipercayai sebagai salah satu rukum iman.  Keputusan Kauniyah (KUN) itu tidak bisa difahami oleh akal manusia karena itu hak mutlak prerogatif Allah swt, tidak mengikuti hukum ‘alamiah’ yang berdalil ‘sebab-akibat’. Jadi tidak usah dibahas selain untuk mengingatkan kepada kita bahwa kita juga pada saatnya akan mengalami kematian itu. Betul sekali. Setuju. Tetapi keputusan kauniah ‘KUN’ itu juga diikuti keputusan syar’iyah ‘FAYAKUN’, yaitu keputusan Allah yang terjadinya melalui proses alamiah yang harus dibaca (iqro) atau dicermati oleh manusia sebagai bahan pelajaran. Tidak ada fenomena yang diciptakan oleh Allah swt yang sia sia, yang tidak mengandung hikmah dan pengetahuan di dalamnya. Kita diminta mempelajari untuk memahami pesan Allah swt yang berupa FAYAKUN tetapi tidak perlu mempelajari KUN.  Wallahu a’lam.

Mengalah untuk kebaikan tidak kalah.Bila kemenangan (dalam conflik) yang Anda upayakan tidak memberikan manfaat yang berarti (atau bahkan bisa merugikan Anda) mengalahlah. Itu lebih baik. Misalnya bila Anda duduk menonton satu acara (momen penting atau langka) tapi terhalang oleh orang lain yang duduk di depan Anda, berupayalah baik baik agar orang tersebut bergeser sehingga tidak menghalangi pandangan Anda, tetapi kalau upaya itu akan mendatangkan konflik, maka lebih baik Anda (mengalah) bergeser untuk mencari posisi duduk yg lebih baik. Kalau Anda ngotot dan konflik timbul maka walaupun Anda mungkin memenangkan konflik itu (apalagi kalau kalah) tetapi acara itu sudah selesai bersamaan selesainya konflik tersebut, Anda rugi telah kehilangan momen penting itu (you miss the chance). (Mario Teguh). Saya ingat pengalaman alm. Ayah (yarhamukaLLah) konflik berebut (sebidang kecil) tanah (sawah) yang diklaim oleh orang lain (tetangga satu desa). Conflik di pengadilan itu berkepanjangan (selama konflik tanah disegel tidak boleh digarap) dan ketika ayah akhirnya memenangkan perkara itu, tanah itu langsung dijual dengan harga yang tidak sebanyak beaya yang dikeluarkan selama konflik. Kemenangan apa yang Ayah peroleh? Ayah menjawab ‘kemenangan harga diri dan kemenangan merebut hak yan benar’ Konflik itu ditonton orang se desa dan semua orang menunggu siapa yang akan menang. Jadi kemenangan (yang tidak membawa manfaat secara ekonomi) itu harus dibayar mahal dengan uang, waktu, tenaga, dan fikiran). Ayahku memang bertemperamen keras tdk mau mengalah untuk hal hal yang beliau yakini benar. Tetapi saya tetap menganggap kemenangan itu merugikan. Seandainya waktu bisa diulang saya akan menyarankan Ayah untuk mengalah. Wallahu A’lam

Balaslah penghormatan yan diberikan orang lain dengan penghormatan yang lebih baik. (Qur’an An Nisa’ 86).Tetapi maafkanlah orang yang merendahkan (tidak menghormati) kita dengan doa untuk kebaikan dirinya.

Gus Baha’ menyebutkan memahami agama itu jangan literal tapi harus menggunakan akal. Contoh Riba secara literal didefinisikan mengembalikan (hutang) lebih besar dari pinjaman nya. Kalau 2 tahun lalu pinjam Rp.5 ribu (seharga seekor ayam saat itu) sekarang diminta mengembalikan Rp. 15 ribu (seharga seekor ayam saat ini) ada ribanya apa nggak? Selisih Rp. 10 ribu itu Riba? Atau ngembalikannya juga tdk boleh lebih dari Rp.5 ribu (seharga krupuk saat ini?). Hutang seharga seekor ayam dibayar 2 bungkus krupuk. Siapa yang dholim?

Berdiskusilah jangan berdebatBerdiskusi dilakukan dengan niat tulus untuk belajar meningkatkan (dan berbagi) pengetahuan dari kawan (wa tawaashou bil haq). Belajar (melalui diskusi) itu bisa terjadi (berhasil) bila kawan diskusi membuka diri (open mind) tidak ada filter emosional yang menghalangi masuknya informasi yang baik ke dalam otak (hati). Belajar (dengan berdiskusi) itu saling mendengarkan ide kawan dan saling mengingatkan kawan. Bila informasi yang disampaikan kawan dianggap salah, kawan diskusi saling mengorksi dengan baik. Bila terjadi perbedaan pendapat, kawan diskusi berusaha untuk saling memahami latar belakang (argumentasi) ide yang berbeda itu. Hasil berdiskusi adalah tambahnya pengetahuan, wawasan, meningkatnya kebajikan, dan semakin kuatnya silatur rohim antar kawan diskusi. Insya Allah semakin mendekatkan diri kepada Allah swt.Berdebat sangat beda dengan berdiskusi. Berdebat dilakukan dari awal dengan niat untuk memenangkan perdebatan. Dari awal sudah membawa kesimpulan debat bhw ide lawan diskusi harus salah atau harus disalahkan, tidak perlu didengar atau diperhatikan (closed mind). Seperti kata Bimbo : punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak mendengar. Peserta (lawan) debat tidak saling mendengarkan karena sibuk konsentrasi mencari kelemahan dari ide lawan dan sibuk memikirkan strategi untuk menjatuhkan lawan. Sering kita dengar istilah ‘debat kusir’. Hasil debat adalah kepuasan bathin (nafsu) telah berhasil memenangkan perdebatan (rasa unggul/lebih hebat/superior dan layak mendapat pujian/sanjungan dari lawan) bagi yang merasa menang atau kekecewaan bagi yg merasa kalah dalam perdebatan dan dendam untuk lain kali mencari peluang (syahwat) untuk membalas kekalahannya. Akibat perdebatan adalah semakin renggangnya hubungan antar lawan (bukan kawan) debat. Bagi yang lebih memilih berdiskusi kegiatan berdebat itu mubadzir karena tidak memberi nilai tambah, tidak ada gunanya menyampaikan ide sebaik apapun krn tdk akan pernah didengarkan oleh lawan debat. Bagi yang.lebih memilih diskusi upaya untuk dianggap “superior” itu justru yang dihindari karena itu adalah ‘riya dan sombong’ yang menghalangi ketulusan berbagi ilmu, menghalangi upaya mendekatan diri kepada Allah swt.

Era digital millenial dengan derasnya informasi dari media sosial yang tanpa kendali sekarang ini menuntut kita untuk cerdas memilah dan memilih informasi yang benar dan factual dari info yang bohongan/rekayasa/hoax, (videopun bisa direkayasa), informasi yang benar dan bermanfaat dari informasi yang tidak bermanfaat (walaupun mungkin benar apalagi yang salah), informasi yang objective logis dari informasi yang subjective emosional, informasi yang bertujuan memberi kritik (otokritik) membangun dari informasi yang menghujat menjatuhkan, informasi yang mengajak bersatu dari informasi yang memecah belah, dst Jangan sampai tertukar keliru menganggap yang benar itu hoax atau yang hoax itu benar, jangan keliru menganggap yg emosional itu objective atau yang objective itu emosional. Oleh karena itu doa yang terus kita panjatkan adalah ‘Ya Allah tunjukkan kepada kami bahwa yang benar itu benar (dan beri kami kemampuan untuk mengikutinya), tunjukkan kepada kami yang salah itu salah (dan beri kemampuan kami untuk menghindarinya).

Behaviouristic atau cognitivistic
Upaya peningkatan intensitas keimanan dan ketaqwaan (iman dan taqwa itu ada dalam hati) harus terus menerus diupayakan (pesan utama setiap khutbah). Ada yang berupayan meningkatkan iman dan taqwanya dengan mengucapkan kalimat toyyibah berulang kali misalnya melafalkan dengan keras kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ 100x (atau sekian ratus kali) berjamaah setelah selesai sholat berjamaah (behavioristic). Penalarannya adalah bahwa isi hati manusia itu sangat berkaitan dengan kebiasaan kegiatannya. (bisa karena biasa). Ucapan bibir saat ajal datang terkait dengan kebiasaannya. Kebiasaan mengumpat saat hidup akan sulit mengucapkan kalimat tauhid saat ajal menjemput. Semakin banyak lesan mengucapkan dzikir semakin tinggi kualitas iman dan taqwa tertanam dalam hati. Ada yang berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwa dengan melakukan perenungan ayat ayat Allah atau kebesaran Allah (cognitivistic). Penalarannya adalah semakin intensive perenungan dalam fikirannya akan semakin tinggi kualitas iman dan taqwa tertanam dalam hatinya. Perbedaan cara ini syah dan indah tidak perlu saling menyalahkan.

Kotak ‘Khong Guan’ berisi ‘rengginang’. Itu kue ‘Khon Guan’ atau ‘rengginang’?Di hari Raya Iedul Fitri (sebelum ada karantina Covid19) banyak ditemukan suguhan makanan kecil untuk menghormati tamu dengan kotak bertuliskan ‘Khong Guan’ tetapi setelah dibuka dalamnya berisi kue ‘rengginang’. Kotak itu memang saat dibeli atau didapat berisi roti ‘khong Guan’ kemudian setelah isinya habis termakan, tinggal kotaknya yang kosong. Kotak itu sayang bila dibuang karena bisa digunakan untuk menyimpan rengginang. Jadilah kotak (casing) ‘khong Guan’ yang berisi ‘rengginang’.  Yang punya rumah akan mempersilahkan tamunya: Silahkan makan rengginangnya, tidak akan menyebut silahkan makan ‘Khong Guan’ nya. Jadilah kotak itu ‘kotak rengginang’ bukan kotak ‘khong Guan’ walaupun labelnya ‘Khong Guan’ dan itu diterima semua orang. Begitulah yang terjadi pada acara ‘tahlilan’ yang dilaksanakan di masyarakt muslim di Jawa untuk memperingati dan mendoakan almarhum/mah pada hari pertama sampai ke 7, hari ke 40, hari ke 100, 1000. Upacara kumpul kumpul mendoakan orang yang meninggal pada hari hari tertentu seperti itu sudah lama menjadi budaya orang Hindu di Jawa. Setelah orang orang Jawa yang beragama Hindu itu memeluk Agama Islam, para Wali Songo secara arif tidak membubarkan budaya (casing) itu tetapi mengganti isi doa doanya dengan dzikir Islam yang disebut ‘tahlilan’. Jadi ‘casing’ nya selamatan di hari 1-7, 40, 100, 1000 itu Hindu, tetapi isinya bacaan tahlil itu Islam. Jadi analoginya sama dengan kue tadi yang walaupun casingnya ‘khong Guan’ tetapi kue itu disebut ‘rengginang’. Upacara itu walaupun ‘casing’ nya Hindu, isinya Islam. Jadi ‘tahlilan’ itu Islam bukan Hindu.

Jangan mendoakan ‘jelek’ orang yang berbuat ‘tidak baik’ tapi doakan dia mendapat hidayah dari Allah untuk bertobat (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 3).

PESAN INDAH MBAH MAIMUN
K.H Maimun Zubair Dawuh,,,,
Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air,Maka angkat dan tolonglah…Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.
Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin,Maka singkirkanlah,Barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.
Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya,Maka ambil dan susulkan ia dengan induknya,Semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.
Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan,Maka antarkanlah ia…Barangkali itu mejadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.
Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama,Maka ajarkanlah alif ba’ ta’ kepada anak2 mu,Setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu..Yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.
Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali,
Maka tahanlah tangan dan lesanmu dari menyakiti sesama makhluk hidup…..
Setidaknya itu akan menjadi sedekah untuk dirimu.
Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ
“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya.
Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya”
Jangan pernah meremehkan kebaikan,Bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya,Bukan karena panjang shalat malamnya.Tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.
Rasulullah bersabda:
« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».
“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya)bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum”.(HR. Muslim)
Mari kita selalu berusaha dg Pikiran dan prilaku positif,
Semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.. Aamiin..
Rasulullah S.A.W bersabda :”Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.” (HR. Al-Bukhari)
Ya ALLAH…✔ Muliakanlah orang yang membaca dan membagikan status ini✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid✔ Lapangkanlah hatinya✔ Bahagiakanlah keluarganya✔ Luaskan rezekinya seluas lautan✔ Mudahkan segala urusannya✔ Kabulkan cita-citanya✔ Jauhkan dari segala Musibah✔ Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar.Aamiin ya Rabbal’alamin

22 April 2020

#1

Ibarat penumpang kapal (kehidupan) yang sedang berlayar di tengah samudra bergelombang besar yang menakutkan, tugas kita sesama penumpang adalah saling membantu, saling bekerja sama, saling menguatkan, saling memotivasi, saling bersahabat hingga saling mencintai, sambil terus berdoa bersama semoga badai segera berlalu

#2

Orang yang suka dengan sengaja membuat fitnah, mengobarkan fitnah, mendukung fitnah menjauhkan dirinya dari keselamatan (Imam Ibnu Al Jauz)

#3

Dosa, kesalahan, kekhilafan (apalagi yang sengaja) yang kita lakukan tidak akan pernah hilang tanpa bekas (tanpa akibat). (Imam Ibnu Al Jauzi)

#4

Ustadz Adi Hidayat: harus dibedakan antara nasehat dengan pendapat. Untuk nasehat tidak perlu dilihat dari siapa. Asal nasehat itu baik tidak penting dari siapapun harus diperhatikan. Sebaliknya nasehat yang tidak baik dari siapapun jangan diperhatikan. Sebaliknya, Pendapat seseorang itu tergantung dari input informasi yang diperoleh orang tersebut. Seseorang yang memiliki input informasi (pengetahuan) yang salah akan mengeluarkan pendapat dan bertindak yang salah. Dengan kata lain pendapat dan perilaku yang baik dan benar (layak diperhatikan) hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki input informasi (pengetahuan) yang baik dan benar. Karena itu penting kita memperhatikan siapa yang mengeluarkan pendapat itu. Jadi kita harus membedakan apakah kalimat itu nasehat atau pendapat. Untuk nasehat perhatikan isinya bukan siapa yang memberi nasehat, untuk pendapat perhatikan dari siapa atau seberapa knowledgeable, seberapa authoritative, seberapa trustworthy orang yang mengeluarkan pendapat itu. Jangan mengikuti apalagi menyebarkan pendapat orang yang tidak jelas latar belakang pengetahuannya.

#5 Copy paste

Terimakasih Ya Allah, Engkau Turunkan Wabah Corona[:

Prof. KH Nadirsyah Hosein
Terimakasih ya Allah, Engkau turunkan wabah Corona, kata Gus Nadir atau Prof Nadirsyah Hosen setelah mengungkapkan hikmah di balik pandemi global Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tadi malam, Kamis (09/04/2020), via streaming video pada acara Doa Bersama dan Pertaubatan Global Bersatu Melawan Corona Bersama NU Seluruh Dunia yang disiarkan serentak secara live oleh Kompas TV, TV9 Nusantara, BBS TV, serta beberapa channel Youtube dan Fanpage Facebook.

Menurut putra tokoh MUI KH. Ibrahim Hosen ini, jika ada sementara pihak yang protes kenapa masjid ditutup dan kemudian muncul teori-teori konspirasi, sebenarnya mereka lupa bahwa pusat perjudian di Las Vegas, Australia, dan Singapura juga tutup. Semua bar dan club di New York, Paris, dan London tutup. Tempat prostitusi di Jerman, Belanda, dan Rusia juga tutup. Semua kemaksiatan berhenti seketika akibat Corona, bukan karena takbir dan pentungan. “Pantai menjadi bersih dari sampah plastik. Ikan berenang gembira karena tak lagi diganggu kapal pesiar mewah. Burung terdengar bersahutan karena jalan raya tidak lagi berisik dengan suara knalpot dan klakson. Keluarga yang selama ini tak pernah duduk makan bersama dan saat bertemu biasanya hanya uang dan kerja yang dibahas, kini lebih banyak berkumpul di rumah, beribadah dan beraktifitas bersama keluarga”, tutur santri yang berhasil menjadi guru besar Hukum Islam di Monash University Faculty of Law, Australia ini. Peraih gelar Ph.D in Law dari Wollongong University dan Ph.D in Islamic Law dari National University of Singapore ini mengungkapkan, di saat manusia terkapar karena terpapar Corona, justeru perlahan alam menemukan kembali harmoninya. “Kita pun bertanya, inikah musibah atau anugerah? Inikah bencana atau rencana Allah? Inikah aib kemanusiaan atau inikah sebuah proses alam ghaib untuk memanusiakan kembali kemanusiaan kita? Inikah azab atau inikah cara Allah yang sedang mengajarkan manusia pada semesta? Inikah misteri atau inikah solusi?”. Menyikapi wabah Corona yang dirasakan sebagian orang sebagai musibah, Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa NU Australia dan New Zealand ini mengutip hikmah sufi legendaris, Syekh Ibn ‘Athaillah, boleh jadi seseorang akan mendapatkan pengalaman batin dalam penderitaan, yang tidak bisa ia dapatkan dalam puasa dan shalatnya.  “Pengalaman batin saat diuji adalah cara Allah untuk menarik manusia lebih dekat lagi kepadaNya. Bukan hanya dalam beribadah saja, tapi juga saat mengalami kerugian dan musibah”, ungkapnya. Sebab itu, mengutip Syekh Ibn ‘Athaillah, Gus Nadir mengatakan, bermacam ujian itu hakikatnya adalah hamparan pemberian. Datangnya cobaan tak hanya meniscayakan kesabaran, tapi juga syukur. Karena di balik syukur itu ada karunia yang hendak diberikan Allah.
Sembari  mengutip QS Al-Baqarah ayat 286 yang terjemahnya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”, kyai yang telah menulis banyak buku dan makalah yang diterbitkan secara Internasional ini mengucap syukur. “Terimakasih ya Allah. Engkau turunkan wabah Corona ini, artinya Engkau percaya kami akan sanggup menjalani dan menghadapinya. Terimakasih atas kepercayaan Engkau ya Allah. Kami pun percaya bahwa wabah Corona ini tidak akan membebani kami di luar batas kesanggupan kami. Karena itulah janjimu”, katanya.

#6

Alam raya dengan semua isi dan fenomenanya ini mengandung banyak hikmah (rahasia, misteri, pelajaran) yang dibutuhkan oleh manusia. Hikmah yang bersifat rahasia itu hanya bisa ditangkap oleh manusia yang berupaya membuka tabir nya. Orang Jawa menyebut orang yang sudah mendapat hikmah dari kehidupan ini dengan sebutan ‘orang itu sudah banyak makan garam’. Menjadi tua itu otomatis tetapi menjadi dewasa itu harus diupayakan (membuka tabir, memakan garam). Prof. Efendi Kadarisman menyebut ‘knock at the door of wisdom, the door will open the wisdom for you’ (15 April 2020)

#7

taggal 15 April2020

Jangan patahkan semangat orang yang berupaya melakukan (menyampaikan) kebaikan. Kalau salah koreksilah kesalahannya tanpa mematahkan semangatnya.

#8

copast 15 April 2020

Orang yang tetap sabar dan tenang saat mendapat musibah dan sama tenangnya saat mendapat keberuntungan, tetap terkendali dan sabar saat diejek dan dicaci dan juga bersikap kalem saat disanjung.. Itulah Orang-orang yg sudah SELESAI DENGAN DIRINYA SENDIRI .

#69

Manusia yang membedakan kita manusia dengan machluq lain adalah pada tugas dan tanggung jawab kita. Kita manusia diciptakan dengan tugas menjadi choliifah (menjaga kemakmuran, keselamatan, kesejahteraan, kenyamanan baik untuk diri kita sendiri, keluarga kita, maupun untuk manusia keseluruhan, kita tidak boleh melakukan kerusakan). Untuk itu setiap yg kita lakukan (sesuai kemampuan dan profesi kita) harus kita niatkan (arahkan) sebagai upaya melaksanakan tugas sebagai cholifah karena setiap yang kita lakukan harus kita pertanggung jawabkan, akan mendapatkan rewards atau penghargaan kebaikan dan sebaliknya pasti mendapatkan resiko hukuman untuk setiap keburukan yang kita lakukan. Oleh karena itu nilai harkat kita manusia diukur dari kebaikan kita. Marilah kita berlomba (bekerjasama dan bersama sama) melakukan kebaikan untuk kebahagiaan kita bersama. (15 April 2020).

#10

17 April 2020

Dua pendapat yang sama sama betul belum tentu sejalan. Pendapat kelompok pertama yang meyakini bahwa semua nasib sudah ditentukan oleh Allah  memang betul. Mereka memperkuat pendapatnya dengan menujukkan bukti bahwa banyak orang yang sudah berusaha maksimal menghindari wabah masih juga terkena wabah (wis wayahe keno), sementara banyak orang yang tak peduli wabah dengan tetap melakukan kegiatan seperti biasa juga aman aman saja. Pendapat kedua yang meyakini bahwa hanya dengan berupaya semaksimal mungkin kita bisa menghindari wabah covid19 juga benar. Mereka memperkuat pendapatnya dengan menujukkan bukti empiris (nyata, riil) perbandingan wilayah yang lebih baik upaya pencegahannya lebih berhasil mencegahnya, yang penduduknya tidak kompak mengikuti komando pemerintahnya terbukti tidak bisa membendung menyebarnya wabah.

#11

Valid kah (shoheh kah, benar kah, bisa kah kita percayai) informasi adanya wabah covid 19 di lingkungan kita sehingga kita harus mematuhi himbauan ‘tinggal di rumah’ agar tidak ikut membantu menyebarkan? Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan bukti pendukung yang meyakinkan, yaitu bukti teoritis logis rasional (theoretical validity evidence) dan bukti empiris (empirical validity evidence). Bukti teoritis sudah banyak diberikan oleh banyak ahli, para ahli Biology dan para dokter yang memberikan keterangan berdasarkan keahliannya (bukan berdasarkan perasaannya), dan tidak ada ahli lain yang tidak membenarkannya. Bukti empiris sudah banyak ditunjukkan dengan kejadian warga yang terkena wabah sehingga harus dikarantina, korban sudah banyak meninggal, bahkan tempat tempat karantina penuh, bahkan tenaga medisnya yang menangani patient pun ada yang berguguran. Jadi terpenuhilah sudah persyatan ilmiah (theoretical dan empirical validity evidence) untuk mendukung  kebenaran adanya covid19.

#12

17 April 2020

Copas dari gwa

MASALAH kadang muncul supaya kita tahu bahwa kita punya KEKUATANPengorbanan diperlukan supaya kita tahu cara BEKERJA KERASAirmata kadang tak terelakkan agar kita tahu bagaimana cara MERENDAHKAN HATIKadang kita dicela supaya kita tahu bagaimana cara MENGHARGAIKadang kita BUTUH tertawa n tersenyum sebagai cara MENGUCAPKAN SYUKURYang pasti kita membutuhkan Orang lain supaya kita tahu kita TAK SENDIRI

#13

Mereka manusia luar biasa yg sangat yakin tdk akan terjangkit corona krn dekat dengan Alkah. Mereka menutup mata dan telinga agar tdk melihat, mendengar, atau menyaksikan apa yang terjadi. Sopir ambulance yg diwawancarai Mata Najwa itu menangis minta tolong supaya orang orang tdk menambahi beban terus menerus dengan stay home. Kita jadi orang biasa saja.

#14

18 April 2020

Penjelasan (nalar) menghadapi covid19 secara Islam ada 3, pertama pendekatan takdir pasrah (jabariyah), kalau sudah saatnya mati ya mati tdk ada hubungannya dengan covid19, jadi sarannya hidup biasa ajalah seperti biasanya. Yang kedua adalah pendekatan ikhtiar upaya (qodariyah), upaya yang lebih baik berresiko lebih kecil, jadi sarannya berupayalah sebaik mungkin menghindari wabah. Yang ketiga pendekatan tengah tengah (ahlus sunnah wal jamaah), wajib yakin adanya takdir (beriman) tapi juga wajib berupaya (amal sholeh untuk ikut menjaga lingkungan). Penjelasan ilmiah ada 2, pendekatan pertama adalah pendekatan apriori teoritis dari virologi bahwa covid19 tdk berbahaya, tidak mematikan krn mudah diatasi oleh orang yg imunnya tinggi, virus mati bila kena panas, virus lemah, oleh karena itu sarannya kita tdk usah takut covid19, hidup biasa sajalah yg penting jaga kesehatan. Yang mati kena virus itu matinya bukan krn virusnya tetapi krn penyakit bawaanya yg sudah parah (kesimpulannya covid19 tidak berbahaya). Pendekatan kedua adalah pendekatan aposteriori empiris secara medis bhw kenyataan (statistic) nya sekian ribu orang mati krn terjangkit covid19, dokter dan RS kewalahan, bahkan tidak sedikit tenaga medis yang sehat menjadi korban (meninggal) setelah terpapar oleh sekian banyak pasien positive covid19. oleh karena itu kita disarankan untuk menghindari kegiatan yg ada kemungkinan terjangkit covid19 (kesimpulannya covid19 berbahaya).

#15

18 April 2020


Bimbibgan skripsi saya nenulis bhw data yg dikumpulkan untuk penelitiannya valid. Feedback saya: jangan pernah membuat claim bhw data yg terkumpul itu valid. Itu bukan tugas peneliti. Tugas peneliti adalah melakukan kegiatan yang menjadi indikator valid nya data. Sebagai ilustrasi jangan pernah mengaku jujur, itu bukan wewenang Anda. Lakukanlah kegiatan yg menjadi tuntutan orang jujur. Otomatis tanpa diminta orang lain akan menilai Anda jujur.

#16

Berjanjilah kepada diri sendiri bahwa Anda adalah orang baik dengan mengatakan (pada diri sendiri, bukan pada orang lain), misalnya: Saya orang baik, rajin, tidak malas, bisa dipercaya, aktif, peduli, penyayang, saya hanya melakukan sesuatu yg bermanfaat dst. Kata atau janji itu penting untuk mendidik diri Anda sendiri. Misalnya saat Anda merasa malas bergerak (olah raga) Anda akan ingat janji Anda: saya hrs bergerak agar sehat, saat Anda malas belajar Anda akan ingat janji Anda; saya tdk boleh malas agar berhasil. Saat Anda mau melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang lain Anda akan ingat janji Anda: saya tidak boleh menyakiti orang lain. Bila Anda terlanjur melanggar janji Anda, segeralah minta maaf pada diri Anda sendiri dan berjanji tidak akan mengulangi pelanggaran janji Anda lagi. Yakinkan ke diri Anda sendiri bhw pelanggaran thd janji hanya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari. Bila Anda merasa berat, susah, atau tdk nyaman mengikuti janji Anda, katakan resikonya berat bila kau tdk melakukan ini. Kadang Anda perlu memotivasi diri dengan iming iming, misalnya setelah ini kamu boleh istirahat ya. Tapi ingat kata kata atau janji janji itu tdk boleh diketahui (atau disampaikan) kepada orang lain. Itu riyak namanya.

#17

Berita baik dan berita tidak baik.Berkaitan covid19 banyak berseliweran berita baik yang menggembirakan, menentramkan, menghibur. Berita positive ini banyak datang dari akademisi yg intinya menjelaskan bhw covid19 tidak berbahaya, tidak mematikan, tidak perlu takut, tdk ada korban mati krn covid19, yang diberitakan mati karena positive corona itu lebih disebabkan penyakit bawaannya, para medis yg diberitakan mati itu karena kelelahan seperti matinya sekian ribu panitia Pemilu yang lalu, ditambah lagi wis wayahe mati. Dampak negative berita berita baik ini adalah bisa membuat masyarakat sembrono, meremehkan, dan tidak hati hati. Namun ada banyak juga berseliweran berita tidak baik yang menakutkan. Berita tidak baik ini banyak datang dari tenaga lapangan yg terlibat langsung menangani korban corona yg melaportkan pertambahan jumlah korban yg terus meningkat, teriakan para tenaga medis, Rumah Sakit, para sopir ambulance yg berteriak teriak minta tolong agar kita tdk menambah jumlah korban, mereka sudah kewalahan krn tenaga medis tdk lagi mampu menangani semua, jalanan jkt yg masih macet di saat masyarakat diminta stay home. Intinya adalah covid19 berbahaya harus diwaspadai. Berita tidak baik ini membuat masyarakat hati hati dan mematuhi himbauan pemerintah. Namun yg dikhawatirkan adalah bisa membuat masyarakat ketakutan dan bisa menjadi korban bukan oleh corona tetapi oleh kepanikanya sendiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *