Guru yang baik

BEGINILAH GURU YANG BAIK MENURUT KH HASYIM ASY’ARI! KITA MENUNGGU JANJI MENDIKBUD. 
Oleh: Dr. Adian Husaini(Pendiri Pesantren Attaqwa Depok)
       Tahun 2019 lalu, dalam rangka menyambut Hari Guru, 25 November 2019, beredar sambutan Mendikbud Nadiem Makarim di internet. Di awal pidatonya, Nadiem menyatakan, bahwa ia ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. “Guru Indonesia yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan,” kata Menteri Nadiem. 
Ada beberapa poin penting pidato Mendikbud menyambut Hari Guru. Diantaranya ialah: (a) Guru ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktunya habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. (b) Guru tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan. (c) Guru ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan. (d) Guru frustasi karena tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal. (e) Guru tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi. (f) Guru ingin setiap murid terinspirasi, tetapi guru tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi. 
      “Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia,” begitu janji Menteri Nadiem. *****        Kita masih menunggu realisasi janji Menteri Nadiem tersebut. Insan pendidikan pasti sepakat bahwa kunci utama perbaikan pendidikan nasional adalah perbaikan kualitas guru. Pahlawan Nasional dan Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Mohammad Natsir — mengutip Dr. G.J. Nieuwenhuis — menyatakan, ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu  segolongan Guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” 
 Dalam acara Pengajian Alumni HMI UI tahun 1960 dan 1970-an di Jakarta, ada yang bertanya tentang masa depan pendidikan di era Menteri Nadiem. Saya jawab, “Jika Mendikbud Nadiem bisa menyederhanakan birokrasi pendidikan dan memberikan kemerdekaan kepada guru untuk mengajar dan mendidik, itu sudah bagus. Sebab, tantangan di lapangan sangatlah berat.”
Adab guru-murid    Problem pendidikan kita yang paling mendasar sebenarnya sederhana: hilangnya adab guru dan murid (loss of adab). Inilah akar masalah pendidikan kita, dan bahkan – menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas — menjadi akar krisis yang melanda umat Islam.  Di Nusantara, banyak kitab  adab gurudan murid  karya para ulama kita.                Di Jakarta, misalnya, Mufti Betawi Sayyid Utsman menulis kitab Adabul Insan – satu kitab kecil huruf Arab Melayu yang cocok diajarkan pada anak-anak tingkat sekolah dasar. Tokoh Persatuan Islam (Persis), A. Hassan menulis buku berjudul “Kesopanan Tinggi” dan “Hai Putraku”, tahun 1946, yang hingga kini belum diterbitkan menjadi buku. 
       Sastrawan besar kita, Raja Ali Haji, menulis kitab “Gurindam 12”, yang berisi panduan adab kepada diri, keluarga, pemimpin, bahasa, Nabi, juga Allah SWT.
        Salah satu Kitab Adab guru dan murid yang terkenal adalah kitab “Ādabul ’Ālim wal-Muta’allim” karya KH Hasyim Asy’ari. Santri-santri pesantren Attaqwa Depok, tingkat SMP, harus mengkaji kitab ini, disamping harus mengkhatamkan kitab “Gurindam 12”. Bahkan mereka dikirim selama satu bulan ke Jawa Timur untuk mengkaji kitab adab guru dan murid karya KH Hasyim Asy’ari ini. 
         Sebab, menurut Syekh az-Zarnuji, penulis Kitab “Ta’limul Muta’allim”, banyak orang mencari ilmu, dan akhirnya tidak dapat ilmu yang bermanfaat, karena salah niat dan salah jalan. Maksudnya, tidak beradab dalam mencari ilmu. 
        Sebagai contoh, dalam ”Ādabul ’Ālim wal-Muta’allim”  Kyai Hasyim Asy’ari menyebutkan sejumlah adab yang harus dijalani oleh guru. Misalnya, guru harus selalu berusaha mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, memiliki rasa takut kepada Allah, rendah hati (tawadhu’), khusyu’ dalam ibadah, mentaati hukum Allah, menggunakan ilmunya dengan benar, zuhud (tidak cinta dunia), selalu mensucikan jiwanya, menegakkan sunnah Rasul, dan sebagainya. 
        Tapi, bukan hanya guru yang harus beradab. Murid pun harus beradab. Diantara adab yang harus dimiliki oleh pelajar adalah: senantiasa berusaha membersihkan hati dari segala penyakit hati, seperti kedengkian, akidah dan akhlak yang rusak, ikhlas dalam mencari ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak bermaksud mengejar keuntungan duniawi. 
       Pelajar juga harus sabar atas kehidupan yang sederhana, mampu membagi waktu dengan baik, mengurangi makan dan minum, sedikit tidur, pandai memilih teman yang baik, dan sebagainya.
       Pelajar juga dinasehatkan oleh Kyai Hasyim Asy’ari untuk berhati-hati dalam memilih guru. Pelajar harus selalu memohon petunjuk pada Allah: kepada guru siapa ia harus mencari ilmu. Pelajar pun diminta mentaati gurunya, laksana pasien mentaati nasehat dokternya. Pelajar jangan melupakan jasa dan keutamaan guru. Ia perlu terus mendoakan gurunya, baik ketika hidup atau sesudah wafatnya. 
       Konsep penanaman adab dalam diri seorang pelajar (inculcation of adab) inilah, yang oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, disebut sebagai “the fundamental element of education.” Jika elemen yang paling mendasar ini hilang dari pendidikan kita, maka tak ada lagi yang namanya “pendidikan” (opvoeding)?  Bisa jadi tinggal pembelajaran (onderwijz), atau training!
       Ajaran para ulama Nusantara tentang adab ini bukan sekedar “local wisdom”, tetapi “universal wisdom” – yang lebih mendasar dan komprehensif dalam membentuk manusia unggul, ketimbang konsep karakter Thomas Lickona! 
       Percayalah ! (***).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *