Hikmah

Adnan Latief <a.adnanlatief@gmail.com>9:11 AM (3 hours ago)
to me

Luar biasa,,, pada hari hari di bulan Syawal ini, tdk ada orang yg merasa benar,,, semua mengaku salah, dan tanpa malu2 meminta maaf,,, betapa damainya negeri ini bila “roh Idul Fitri” selalu menjadi marwah dlm kehidupan sehari-hari,,, baik di rumah maupun di lingkungan pergaulan/medsos,,, bahkan dilingkungan pekerjaan,,, mari kita biasakan menjadi orang yg berani mengakui salah, bukan orang yg selalu merasa benar atau hebat.Semangat..

๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

๐Ÿ˜Ž
๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

Adnan Latief <a.adnanlatief@gmail.com>9:11 AM (3 hours ago)
to me

Luar biasa,,, pada hari hari di bulan Syawal ini, tdk ada orang yg merasa benar,,, semua mengaku salah, dan tanpa malu2 meminta maaf,,, betapa damainya negeri ini bila “roh Idul Fitri” selalu menjadi marwah dlm kehidupan sehari-hari,,, baik di rumah maupun di lingkungan pergaulan/medsos,,, bahkan dilingkungan pekerjaan,,, mari kita biasakan menjadi orang yg berani mengakui salah, bukan orang yg selalu merasa benar atau hebat.Semangat..

๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

๐Ÿ˜Ž
๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

Adnan Latief <a.adnanlatief@gmail.com>9:11 AM (3 hours ago)
to me

Luar biasa,,, pada hari hari di bulan Syawal ini, tdk ada orang yg merasa benar,,, semua mengaku salah, dan tanpa malu2 meminta maaf,,, betapa damainya negeri ini bila “roh Idul Fitri” selalu menjadi marwah dlm kehidupan sehari-hari,,, baik di rumah maupun di lingkungan pergaulan/medsos,,, bahkan dilingkungan pekerjaan,,, mari kita biasakan menjadi orang yg berani mengakui salah, bukan orang yg selalu merasa benar atau hebat.Semangat..

๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

๐Ÿ˜Ž
๐Ÿ’ช

๐Ÿพ

Luar biasa,,, pada hari hari di bulan Syawal ini, tdk ada orang yg merasa benar,,, semua mengaku salah, dan tanpa malu2 meminta maaf,,, betapa damainya negeri ini bila “roh Idul Fitri” selalu menjadi marwah dlm kehidupan sehari-hari,,, baik di rumah maupun di lingkungan pergaulan/medsos,,, bahkan dilingkungan pekerjaan,,, mari kita biasakan menjadi orang yg berani mengakui salah, bukan orang yg selalu merasa benar atau hebat

Keharusan lock down atau PSBB termasuk penutupan masjid hanya diberlakukan untuk daerah yang oleh ahlinya dinyatakan rawan tertularnya covid19. Daerah yang dinyatakan aman tidak berlaku PSBB. Wilayah Indonesia ada (petanya) yaitu ada yang merah atau di Jawa Timur ada yang hitam. Bersyukurlah mrk yg berada di daerah aman tetap bisa menikmati berjamaah di masjid. Tetapi jangan lalu berkesimpulan umum bhw penutupan masjid di daerah rawan (untuk keselamatan jamaah sendiri) itu melanggar Al Baqoroh 114 karena faktanya daerah lain memang rawan. Malang sekarang dinyatakan rawan. Doakan kami yang berada di daerah rawan ini selamat dan bisa segera ikut menikmati berjamaah di masjid. Kami sangat iri pada kenikmatan yang Anda nikmati di wilayah aman.

Masyarakat kita terlanjur terbelah menjadi dua, yaitu yang mendukung (‘kami’) atau yang menolak (‘mereka’). Kedua kubu ini selalu saling menyalahkan yang lain terutama pada issue issue politik. Perbedaan itu rupanya sulit untuk dikompromikan. Menurut Gus Baha’ perbedaan sikap di Indonesia itu sah sah saja dan baiknya orang Indonesia itu (sangat civilized) tidak membawa perbedaan sikap itu menjadi kinflik fisik (kecuali dengan paham komunis). Yang bisa mempertemukan ke dua kubu itu adalah pihak ke tiga (‘kita’) yang bisa diterima oleh pihak ‘kami’ dan pihak ‘mereka’. Tetapi siapa yang mampu menjadi ‘kita’? Siapa yang kita bisa percayai menjadi ‘kita’? Kalau pertandingan kesebelasan ada tim pemain A melawan tim pemain B, dengan pihak wasit C. Tim A hanya mau melihat (subjectively) tim A yang selalu benar dan tim B yang salah, begitu juga sebaliknya. Hanya wasit yang bisa melihat (objectively) siapa yang salah atau benar. Menjadi pemain semua orang bisa tetapi menjadi wasit siapa yang bisa?

Sejarah Hujatan

Iskak Wijaya membuat video (kurang kerjaan atau mencari popularitas kali?) dengan judul ‘Sejarah Penghinaan’ terhadap Presiden Jokowi. Isi video itu adalah daftar panjang (rajin bener Iskak Wijaya ini, barangkali tugas skripsi?) kata kata kotor hujatan yang dilontarkan oleh orang orang yang tidak memihak Presiden Jokowi. Apa tujuan Iskak Wijaya dan penyebar video itu? Mungkin mendapatkan dukungan dana sponsor? Mengingatkan (mengajak) kita semua untuk merekam semua kekejian orang orang yang tidak mendukung Presiden Jokowi? Terus? Supaya apa? Supaya bangsa Indonesia marah dan melakukan pembalasan? Bukankah disadari tidak mungkin kita bisa memuaskan semua orang? Resiko menjadi pejabat adalah siap untuk dihujat. Orang bijak harus bisa menyikapi bahwa orang yang menghujat itu bagaikan melempar (menjual) sampah (kotoran) kepada yang dihujat, kalau yang dihujat itu menanggapi (merekam semua hujatan dan membalas) berarti (mereka satu level) bagaikan menerima (membeli) sampah itu yang berarti hujatan itu betul. Kalau yang dihujat itu tidak menanggapi (mendiamkan seperti yang dilakukan Presiden Jokiwi) berarti sampah (kotoran) yang mereka jual tidak dibeli dan kembali menjadi milik yang menghujat (penjual). Hujatan itu harus dilawan dengan fakta (dengan kerja kerja dan kerja) bukan dengan hujatan balik dengan kata kata. Biar fakta yang berbicara. Bangsa Indonesia yang cerdas (jangan under estimate kecerdasan bangsa Indonesia) akan mencatat (bukti sejarah) yang betul itu mereka yang menghujat Presiden Jokowi atau Presiden Jokowi yang dihujat. Saya yakin Iskak Wihaya membuat video itu bukan (atas perintah) Presiden Jokowi tapi justru saya curiga dibuat oleh Iskak Wijaya bersama orang orang yang ingin mencari keuntungan pribadi dengan memperkeruh suasana yang tidak menguntungkan presiden Jokowi. Mereka pasti bukan pendukung Jokowi. Bangsa Indonesia yakin Pesiden Jokowi tidak se naive Iskak Wijaya pembuat video itu.

Mulai menjalar declarasi kekhawatiran (tidak setuju) thd RUU HIP (di Riau, di Madura, di Kediri) bahkan sampai deklarasi ingin memakzulkan presiden. Kalau sikap kelompok masyarakat ini (dianggap) salah karena salah informasi, jangan dihujat, dilawan, atau dimusuhi, atau jangan dibiarkan karena membiarkan berati menyetujui kekhawatiran itu dan akan menimbulkan masalah. Tugas wakil rakyat dan pejabat pemerintah lah untuk menyampaikan info yang benar. Bisa saja nila setitik merusak susu sebelanga. Jangan salahkan orang yang berbuat salah karena ketidak tahu nya. Cari cara supaya mereka tahu yang benar. Bukalah forum dialogue untuk klarifikasi dengan bijak. Negara ini akan aman dan nyaman bila ada transparansi, tidak ada kecurigaan, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang belum tahu punya saluran untuk klarifikasi sehingga tidak ada dusta di antara kita.
Sekali lagi jangan memusuhi orang yang berbuat salah karena tidak tahu krn cara itu tidak akan menyelesaikan masalah

New (illogically) NormalGunakan paradigma berfikir baru supaya ngertiASN yang tidak mendapat tugas tambahan mulai 2 Juni 2020 harus tetap work from home (di rumah) tetapi harus mengisi presensi (menyatakan hadir di kantor on line). Jadi saya berada di dua tempat pada waktu yang sama, yaitu (on line) ‘hadir’ di kantor dan (off line) ada di rumah. Hari ke dua saya (off line) ada di rumah dan hadir (on line) terlambat satu jam.

Keyakinan bhw kita akan hidup selamanya tdk bertentangan dengan keyakinan bhw kita akan mati besok kalau kita tahu kapan digunakannya. Keyakinan bhw kita akan hidup selamanya digunakan saat kita bekerja dan belajar agar serious untuk berhasil semaksimal mungkin, tidak setengah setengah. Keyakinan bhw kita akan mati besok kita gunakan saat beribadah ritual sehingga ibadah kita khusyuk.

Karena beda kemapuan, beda latar belakang, beda kepentingan, maka berbeda pendapat itu sesuatu yang alami (sebuah keniscayaan) yang tidak mungkin ditolak. Bahkan Islam mengajarkan bhw perbedaan itu indah dan memerintahkan untuk saling belajar dari yang lain (lita’arofu). Karena perbedaan itulah kita berdiskusi. Tetapi keindahan perbedaan itu hilang (menjelma menjadi perdebatan, perselisihan, conflik, atau bahkan perpecahan, permusuhan) tatkala masing masing pihak tidak memiliki kemampuan (tidak memiliki kedewasaan berfikir, tidak memiliki kematangan emosi, tidak open mind, tidak memiliki i’tikad baik) untuk memahami mengapa pihak lain berbeda pendapat. Sudah seberapa dewasakah kita mengelola perbedaan pendapat?

Fakta berbicaraIssu covid19 menimbulkan perbedaan pendapat dan masing masing menampilkan fakta dukungannya. Kelompok Pro- memberikan bukti nyata (statistik) jatuhnya jumlah besar korban (sakit/meninggal) termasuk para tenaga medis yang meninggal krn menangani pasien covid19, beberapa RS terpaksa tutup karena over capacity, pabrik pabrik tutup krn pegawainya terserang positive covid19. Bukti itu tak terbantahkan mendukung benarnya issu menyebarnya covid 19. Oleh karena itulah kantor dan sekokah menggunakan PSBB dengan bekerja dan belajar di rumah, tempat tempat beribadah termasuk di Mekkah dan Madinah tutup sementara, bahkan program haji Indonesia 2020 ditunda. Namun (saya heran) ada juga pihak yang Con- atau tdk sepenuhnya mempercayai (atau mengabaikan) covid19 dan aman aman sehat semua. Pondok pesantren (berisi 350) anak yatim di Tegalwaru itu tidak terpengaruh covid19, mereka berkegiatan rutin, sekolah, tarweh, sholat Jum’at dan sholat Ied seperti biasa (tentu dengan mengikuti protokol). Saat diperiksa oleh tim kesehatan semua santri sehat. Masjid masjid lain di kampung itu aman sehat semua. Teman saya seorang pengembang rumah tetap bekerja dengan semua anggota team nya, tanpa mengenal psbb. Dua fakta yang berbeda tapi benar semua

Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan bekal (potensi) alternative (pilihan) menjadi baik atau menjadi tidak baik (Qur’an At Tien 4-5). Bila potensi ‘baik’ yang dikembangkan maka dia bisa menjadi manusia (mahluq) ‘sorgawi’ (terpuji) yang tidak disadari membuat siapapun merasa nyaman, aman, adem saat bersamanya. Tetapi sebaliknya bila potensi ‘tidak baik’ yang dipilih dan dikembangkan, dia bisa menjadi manusia (mahluq) ‘jahanami’ yang tidak disadari membuat siapapun merasa ‘panas’, tidak nyaman, tidak aman, merasa gelisah saat bersamanya. (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam, bagian 2 nomor 90)

Youtube video itu mempertontonkan orang banyak ber ramai ramai mengambil paksa jenazah salah seorang anggota keluarga mereka dari RS yang menahannya krn menyatakan jenazah tsb meninggal krn terjangkit positive covid19 dan harus dimakamkan dengan protokol covid 19 oleh RS. Mereka (anggota keluarga itu) tidak percaya dengan (menganggap berbohong) pernyataan RS itu, dan memaksa membawa pulang jenazah itu dengan menggotong berestafet, memandikan, dan mensholatkan seperti biasa. Ya Allah aku bingung, siapa yang harus aku percayai, betulkah lembaga medis melakukan kebohongan? Apakah info kematian para tenaga medis itu juga bohongan? Saya ingat pernyataan Prof. JE Sahetapy bahwa ‘kebohongan’ pasti terbongkar pada saatnya.

Upayakan berperan aktif untuk keberhasilan sebuah (work) team (berkontribusilah sebanyak mungkin dalam team), tetapi jangan membuat keberhasilan team itu selanjutnya bergantung Anda. Keberhasilan team itu tanpa peran aktif Anda adalah keberhasilan Anda juga. Kegagalan team itu hanya karena Anda tidak ikut berperan aktif adalah kegagalan Anda juga. Itulah namanya membangun sustainability. Dalam pembelajaran, guru berhasil dalam mengajar apabila murid (dan mantan murid) nya berkembang jauh melebihi kemampuan gurunya. Kyai berhasil bila mantan santrinya berkembang memiliki pengetahuan (ilmu) jauh melebihi kyainya.

Youtube video itu mempertontonkan orang banyak ber ramai ramai mengambil paksa jenazah salah seorang anggota keluarga mereka dari RS yang menahannya krn menyatakan jenazah tsb meninggal krn terjangkit positive covid19 dan harus dimakamkan dengan protokol covid 19 oleh RS. Mereka (anggota keluarga itu) tidak percaya dengan (menganggap berbohong) pernyataan RS itu, dan memaksa membawa pulang jenazah itu dengan menggotong berestafet, memandikan, dan mensholatkan seperti biasa. Ya Allah aku bingung, siapa yang harus aku percayai, betulkah lembaga medis melakukan kebohongan? Apakah info kematian para tenaga medis itu juga bohongan? Saya ingat pernyataan Prof. JE Sahetapy bahwa ‘kebohongan’ pasti terbongkar pada saatnya.

Ketika kita berdoa kita menengadahkan tangan ke atas. Jangan gunakan logika literal bahwa itu berarti Tuhan berada di suatu ‘tempat’ di atas sana. Di ‘atas’ itu artinya Tuhan ‘mengetahui’ seluruh machluqnya sekecil apapun karena Allah yang menciptakan seluruh machluq. Jadi tidak perlu bertanya Tuhan ada di mana, krn pertanyaan itu menunjukkan bahwa si penanya tak paham apa yang dia tanyakan krn dia berlogika literal belum mampu berfikir simbolic. Orang yang hanya mampu berlogika literal tidak mampu memahami agama.

Mari membacaWahyu (instruksi) pertama yang diberikan Allah swt melalui Rosulullah Muhammad saw adalah perintah ‘membaca’. Membaca itu bermakna luas, antara lain mencermati, mempelajari, merenungkan, mengkaji, meneliti. Tujuan ‘membaca’ adalah untuk memahami, mengerti, mengambil pelajaran, mengambil hikmah. Manfaat ‘hasil membaca’ adalah menjadi tahu, menjadi cerdas (knowlegable), menjadi pinter, menjadi bijak (berkompetensi tinggi) dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga hidupnya bernilai (bermanfaat). Manusia yang tinggi drajat/nilainya adalah yang amal perbuatannya bermanfaat. Tidak mungkin perbuatan seseorang bermanfaat bila dia tidak berkompetensi, kompetensi tidak mungkin dimiliki seseorang yang tidak berpengetahuan, seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan bila tidak mau membaca. Kegiatan membaca itu adalah melaksanakan perintah/instruksi/wahyu Allah swt. Apa yang harus dibaca? Semua fenomena alam baik yang sudah diwayukan Allah dalam bentuk verbal (al Qur’an) kepada Rosulullah, yang dicontohkan dan disampaikan, atau dibenarkan oleh Rosulullah Muhammad saw yang direkam secara verbal (hadits hadits) maupun fenomena yang terhampar di alam raya. Assumsi dasarnya adalah setiap fenomena baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis membawa makna/pesan kepada manusia. Makna itu akan datang kepada mereka yang mau membaca (mencermatinya) dengan niat ikhlas untuk memahami. Sesorang bisa jatuh ke dua kalinya pada lobang yang sama (bodoh) karena tidak mau membaca pengalamannya.

Fir’aun mengaku sebagai Tuhan dan dipercaya oleh semua balatentaranya kecuali Musa a.s. Tuhan itu yang menciptakan dunia dan seluruh isinya. Tuhan itu ada sebelum menciptakan dunia seisinya. Masuk akalkah kalau Fir’an itu menciptakan dunia dan seisinya padahal saat Fir’aun lahir, dunia dan seisinya sudah ada? (Gus Baha’)

Topk akherat

Mengapa 90% (atau mungkin lebih) topik bahasan para ustadx menjelaskan dan memotivasi kehidupan akherat? Apalagi kalau sudah topik tasawuf, semua kehidupan ini untuk akherat. Manusia tidak perlu lagi berfikir sebab akibat karena semua ditentukan oleh Allah. Kita berbuat baik itu krn Allah yang menggerakkan kita dengan semua fasilitasnya bahkan kita tdk perlu bersyukur krn pelakunya itu Allah, bukan kita (penjelasan sufisme oleh GBH). Semua meng encourage anak anak orang Islam belajar ke pesantren saja krn ilmu dunia itu tdk wajib. Lho pertanyaan saya apa bedanya tugas manusia dengan tugas malaikat ya? Bukankah manusia diberi tugas menjadi cholifah dengan kemampuannya, mempelajari, memilih dan mempertanggung jawabkan pilihannya? Fa man ya’mal mitsqoola dzarrotin…dst. yang mendorong mempelajari kehidupan dunia tdk banyak. Ustadz Zainuddin (yarhamukallah) menjelaskan kita ini seperti tim ke11an hrs berbagi peran jangan semua nggrombol menjaga back tidak ada yg bertugas menjadi penyerang. Kapan menangnya? UA Somad menjelaskan yang menghentikan pelacuran dan peredaran minuman keras itu hanya pejabat yg berwenang menerbitkan perda melarang pelacuran dan minuman kelas. Ustadz nggak bisa apa apa selain berceramah. Jadi jangan semua jadi ustadz.

Pertanyaan Pak Adnan seperti jeritan yg hanya jadi gema dan ditelan oleh padang pasir.  Upaya2 terobosan yang dilakukan oleh alm. Cak Nur n diteruskan oleh Paramadina, menurut hemat saya, adalah upaya utk “membuka ladang dunia”. Pak Adnan pasti masih ingat ketika Cak Nur menggunakan istilah “sekularisasi” (bukan sekularisme) yang akibatnya menghebohkan itu. Seingat sy, Cak Nur berargumentasi: perlakukanlah dunia sbg dunia, krn kita ini–spt kata Pak Adnan–adalah khalifah (wakil Allah) di bumi.  Tapi usaha Cak Nur banyak terbentur. Juga, ketika Ulil Abshar dkk aktif menulis a n JIL, menurut hemat saya, mereka juga mencoba melakukan terobosan yang lebih berani. Dan dikutuk orang banyak.  Seruan Pak Adnan di GWA Jamaah Haji kan juga tidak seorang pun yang menanggapi positif n memberi dukungan.

Sy sendiri tidak tahu jawabnya. Maka tidak heran kalo orang2 sekuler berpendapat bhw agama itu menghalangi kemajuan.  Padahal klo kita mampu berbagi tugas, spt saran Pak Adnan, yg terjadi adalah seluruh bidang kehidupan akan terisi (spt ceramah HbH sy kemarin) orang2 yg profesional n bermoral.

Semoga Pak Adnan tidak jemu menyeru.

Matur nuwun.

Effendi Kadarisman: Seruan Pak Adnan sepenuhnya betul.

Kesan sy: mereka yg hanya asyik ber-akhirat mirip anak2 yg sdg asyik bermain.

Ketika dipanggil Pak Adnan, utk membantu menyapu lantai kamar tamu dan menjemur cucian, gak ada yg menoleh.

Effendi Kadarisman: Jadi rupanya ada kemiripan antara kedua kelompok.

Orang2 sekuler mabuk oleh candu dunia. Orang2 Islam mayoritasnya mabuk oleh candu akhirat.

Huhuhuhhu

Perselisihan pendapat antar Ust. Adi Hidayat (UAH) dengan Gus Baha (GBH)’.

Menurut UAH sebaiknya penyebutan kata ‘Allah’ tidak disingkat karena tidak saya temukan dasar hukum hadis yang mendukungnya. Bila ada satu hadis saja (bahkan yang palsu) yang membolehkan menyingkat saya akan mengikutinya. UAH mempertanyakan dasar hukum dalil formal hadis pendukungnya.

GBH: menjawab berdasar dalil Linguistics. Kata “Allah” boleh saja disingkat menjadi ‘huhuhuhuhuhu’ kalau yang dimaksud adalah ‘Allah’ bukan yang lain boleh boleh saja. Itu salah satu bacaan dzikir salah satu tarekot untuk melafalkan Allah berapa ribu kali sehingga supaya cepat disingkat saja menjadi huhuhu sekian ribu kali.

Prof. Effendi Kadarisman (ahli Linguistics) diskusi Linguistics ini terkait dengan teorinya de Saussure: sign = signifier + signified.

UAH – signifier hrs tetap utuh agar signified nya terjaga

GBH – signifier boleh direduksi (Allahu –> Hu) dg signified yg sama.

Pertanyaan:

HU = ู‡ ? atau ู‡ูˆ ?

Argumentasinya beda. UAH mempertanyakan dasar hukum formal dari hadis (kalau ada hadis walaupun palsu saya akan ikut). Dia mempermasalahkan kebiasaan orang Indonesia memanggil tidak dengan nama lengkap seperti Ahmad hanya dipanggil Mad. Memang yang dimaksud Mad itu adalah Muhammad jadi tidak salah alamat tetapi Itu tidak sopan. Sementara GBH menjelaskan secara Linguistics bhw maksudnya tidak salah alamat, yaitu hu untuk merujuk pada huwa atau Allah.

Prof. Effendi: Menurut saya titik tolaknya juga berbeda. UAH berpijak dalam wilayah syar’ie sedangkan Gus Baha’ sudah masuk ke wilayah tashawuf. Ini seperti perdebatan antara ahli hukum dan seniman. Karena pijakan atau titik tolak yang berbeda, nampaknya tidak akan ada titik temu. 

Bila ditanya: mana yang benar? Jawabnya: keduanya benar di ranah masing2.

Bergaul dengan orang baik atau orang tidak baikKelompok satu: Orang baik memilih bergaul dengan orang baik dengan dalil (asumsi) bahwa bergaul dengan orang baik akan lebih bisa menjaga dirinya agar tetap baik atau bahkan menjadi lebih baik. Bergaul dengan orang tidak baik memberi peluang untuk (terpengaruh) menjadi tidak baik. Banyak dalil dalil (asumsi) yang mendukung sikap ini. Bergaul lah dengan penjual minyak wangi, engkau akan menjadi harum. Siapa diri kita bisa dinilai dari siapa yang menjadi teman sepergaulan kita. Sudah banyak terbukti anak anak dari keluarga baik baik menjadi tidak baik karena terpengaruh (dipengaruhi) oleh lingkungan pergaulan (teman temannya) yang tidak baik. Orang sholeh kumpulono.Kelompok dua: Orang baik memilih bergaul dengan orang tidak baik dengan dalil yang berbeda. Orang tidak baik itu hanya bisa menjadi baik kalau dia bergaul dengan orang baik. Jadi orang baik perlu bergaul dengan orang tidak baik untuk mengubahnya menjadi baik. Kalau tidak ada orang baik yang mau bergaul dengan orang yang tidak baik, lalu kapan (peluang) orang tidak baik itu berubah menjadi baik? Bukankah itu berarti sama dengan membiarkan (menyetujui) orang tidak baik tetap menjadi orang tidak baik? Apakah orang baik bisa bebas dari dosa perbuatan orang orang tidak baik yang mereka biarkan itu? Dokter itu bergaul dengan orang orang sakit untuk menyembuhkan sakitnya. Gus Mik (alm.) itu berdakwah di tempat tempat pelacuran. Memang ada risiko orang justru terpengaruh menjadi tidak, seperti para dokter yang mati karena mengobati para pasien yang terjangkit covid19. Tetapi itulah risiko sebuah perjuangan, kalau takut risiko ya diam saja tidak usah berjuang.

Taken for granted

Banyak kenikmatan yang (taken for granted) baru kita rasakan setelah kenikmatan itu berlalu. Sehingga kita lupa bersyukur. Misalnya pada saat sakitlah baru kita menyadari betapa nikmatnya kesehatan (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 44)..saat lampu mati sehingga air tidak mengalir baru sadar nikmatnya ada listrik dan air.

Nduk Nabila, Meskipun kita sendiri bukanlah orang yang sempurna, namun selalu berusaha menyempurnakan itu dengan menebar kebaikan semampu kita.
Sebagai seorang pendidik, ada yang sering mama sampaikan ke murid2 mama yaitu tentang ”Three B” ( Brain, Beauty and Behavior)1. BrainHarta yang tidak bisa hilang dan tidak bisa dicuri oleh orang lain adalah yang kita simpan di dalam Pikiran dan Hati kita. Syukuri kecerdasan yg Tuhan berikan kepada kita, dengan mengaktualisasi diri dan mengoptimalkan kemampuan kita, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.Dan seimbangkan semuanya itu dengan kelembutan hati kita agar mudah diterima dan luwes. Jadi lakukan sesuatu dari hati jg.
2. BeautySyukuri penciptaan Tuhan untuk kita. Setiap dari kita adalan cantik dan tampan. Maka rawatlah.. karena first  assessment dimulai dari mata. Berdandan sesuai kemampuan, jati diri, style, tempat dan situasi kita.
3. BehaviorIntegritas adalah karakter no 1 manusia kaitannya dengan kejujuran. Tutur kata yang tak menyakiti dipelajari oleh orang2 yg menyukai publik speaking.. apalagi guru sangat penting agar tutur katanya memotivasi dan meninspirasi. Percaya diri adalah pesanan papa untukmu.. ‘Tolong ma  ajarkan pada Nabila percaya diri.’ Untuk bisa percaya diri kita harus memiliki ke tiganya 3 B, punya ilmunya cantik penampilannya (style kita) dan baik sikapnya.
16 Mei 2020Ditulis mama untuk Nabila

Perasan puas, bangga, hebat (lebih baik dari yang lain) setelah melakukan (menyampaikan) kebaikan akan mengurangi nilai keikhlasan pada kegiatan kebaikan tersebut. Yang betul adalah ‘bersyukur’ telah dibimbing dan diberi kemampuan oleh Allah untuk melakukan (menyampaikan) kebaikan tersebut. Tanpa bimbingan dan bantuan Allah tidak mungkin kebaikan itu bisa dilaksanakan (Aa’ Gym). Sebaliknya merasa tidak salah setelah lalai melakukan kesalahan dengan menuduh Allah telah mentakdirkan kesalahan itu pada dirinya akan menambah dosanya. Yang benar adalah dia harus menyalahkan dirinya sendiri karena telah lalai melakukan kesalahan dan untuk itu dia memohon maaf kepada Allah agar dimaafkan kesalahannya (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 125)


Ada tulisan (di FB) yang berusaha menyudutkan Islam (walaupun saya menduga maunya otokritik) dan saya jawab dengan keras agak emodional. Itu tulisan dia.
Yg menjadikan saya bersikap ktitis terhadap agama, adalah akibat melihat orang orang beragama secara umum ternyata tidak menjadi lebih baik dari yg tidak menjalankan agama.
Orang yg beragama tetap saja bisa cemburu, malas, tidak ada yg mencegah mulutnya untuk terus menyebar fitnah dan tidak juga lebih mampu menjaga amanah.
Saya jadi bertanya apakah ini memang benar ajaran dari Tuhan?
Ayo coba saja kita amati apakah setelah beribadah dg hebat dibulan suci ini, para PNS akan lebih tulus dan professional dalam bekerja?
Apakah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan penyebaran ujaran kebencian akan menurun drastis?
Harusnya begitu ya kalau memang ibadah ini ada bekasnya dihati mereka.
Ini jawaban saya.
Penulis itu bukan berfikir kritis tapi (maaf) tolol, jangan diikuti, dia tidak bisa membedakan substansi ajaran Islam (dari Allah) dengan implementasinya (oleh manusia). Substansi Islam tdk mungkin salah tapi implementasi Islam bisa saja salah. Kesalahan implementasi tdk bisa digunakan menyalahkan substansi. Banyak muallaf yang masuk Islam bukan berdasarkan perilaku umat Islam (implementasi) tetapi setelah mencermati substansi ajaran Islam. Kita berislam berdasarkan ajaran Islam (substansi) bukan berdasarkan perilaku umat Islam (implementasi). Muslim yg bener bukan robot yg hanya ikut ikutan, walaupun orang Islam sedunia menjadi kafir (implementasi) tdk berarti Islam (substansi) salah dan kita ikutan menjadi kafir. Sayang penulis itu tdk mengkritisi Islam tapi mengkritisi perilaku (terutama kesalahan) orang Islam. Pasti penulis itu bukan sedang mencari Islam tetapi mencari kesalahan orang Islam. Islam itu sumbernya dari ajarannya (prescriptive=apa yang seharusnya dari tuntunan Allah bukan descriptive=apa faktanya). Pasti otaknya nggak ngerti bedanya ‘prescriptive’ dan ‘descriptive’. Prescriptive itu given dari Allah tidak pernah berubah sampai kapanpun (kalau berubah ubah itu bukan agama dari Allah tetapi hasil riset manusia berdasarkan perilaku manusia) kalau deskriptive itu simpulan hasil pemikiran atau penelitian berdasarkan fakta tingkah laku manusia. Saya tahu mungkin maunya otokritik tapi salah caranya.

‘ banyak orang yang mengerti bahwa perbuatan tidak baik itu pasti akan terbalas dengan dampak yang akan disesali tetapi tetap saja melakukannya karena belum yakin begitu banyak orang tahu yang baik itu pasti akan mendapat hadiah kebaikan tapi tidak juga melakukannya karena tidak yakin

Sarapan Pagi’
*_Sudahkah Anda Bersyukur?_*
Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar jantung kita tetap berdetak pagi ini?
Tapi alhamdulillah saat ini kita menikmati pagi dengan jantung yang masih berdetak, padahal kita tidak pernah memintanya.
Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mata kita tetap sehat sehingga dapat kembali menatap indahnya pagi ini?
Tapi Alhamdulillah pagi ini kita bangun dengan mata yang sehat, padahal kita tidak pernah memintanya.
Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih dalam keadaan sehat walafiat?Tapi Alhamdulillah.. Saat ini kita menikmati pagi dalam keadaan sehat walafiat, padahal kita tidak pernah memintanya.
Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih bisa berkumpul bersama keluarga tercinta ?Tapi Alhamdulillah.. Ternyata pagi ini semua anggota keluarga masih utuh dan semua dalam keadaan sehat walafiat, padahal kita tidak pernah memintanya.
Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mobil kita tidak mogok atau kecelakaan.?Tapi Alhamdulillah.. Pagi ini kita selamat sampai tujuan tanpa kurang sesuatu apa pun, padahal kita tak pernah memintanya.
Kalau begitu, pernahkah kita berpikir bahwa ternyata ada begitu banyak karunia Allah yang kita nikmati, padahal kita tak pernah memintanya.Lantas mengapa hanya karena satu doa yang belum kunjung terjawab kita lalu berprasangka buruk kepada Allah. Kita seolah lupa semua karunia-Nya. Tanpa rasa malu lidah kita pun mengucapkan kalimat yang menggambarkan keputusasaan, _โ€œSaya sudah meminta.. tapi Allah tidak mengabulkan permintaankuโ€._ Padahal bila Allah mengakhirkan pengabulan atas satu doa pasti ada hikmahnya.
BersyukurlahKarena kita masih dapat menikmati pagi dalam keadaan sehat, semua organ tubuh masih berfungsi dengan baik, kita juga masih bisa makan, minum dan menjalani aktivitas pagi dengan suka cita, padahal kita tak pernah mengangkat tangan ke langit dan berdoa meminta semua itu. Tapi Allah memberinya karena kasih sayang-Nya. Ternyata begitu banyak yang belum kita syukuri.
ููŽุจูุฃูŽูŠูู‘ ุขู„ูŽุงุก ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ูŽุง ุชููƒูŽุฐูู‘ุจูŽุงู†ู
โ€œMaka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?โ€(QS Ar-Rahman)
Mari ucapkan Alhamdulillahโ€ฆ
*_Semoga bermanfaat_*

Buah semangka itu aku belah dan sebagian aku blender jadi juice. Namun karena besar, sisa potongan nya beberapa hari kemudian (karena lupa aku taruh dalam kulkas) ditumbuhi jamur dan ada binatang setnya padahal aku bungkus rapat dalam plastik. Terpaksalah aku buang buah itu. Itu terjadi pada buah buah lain yang tak simpan dalam kulkas, seperti pisang, blimbing, buah naga, buah piir, melon. Pertanyaan saya dari mana binatang ‘set’ itu datang? Cerita Gus Baha’ dari tukang belah batu yang menemukan binatang binatang kecil dalam batu yang baru dipecah itu. Dari mana binatang binatang kecil itu? Bagaimana binatang itu bisa hidup sekian lama dalam batu yang tak berlubang sama sekali? Masya Allah

Makna contextual dari kata ‘good’ The food is good (enak). The movie is good (menarik). I am good (sehat). I am good at math (pandai). The business is good here (menguntungkan). The idea sounds good (bermanfaat). He is a good cook (ahli). It will not do me any good (nggak ngaruh). It feels good (terasa enak). Pak Djuwari is leaving for good (seterusnya nggak balik lagi). Pak Tommy Gumelar is doing a good job (memuaskan kualitas kerjanya)

Matahari siang terbenam dengan datangnya malam, matahari hati tak kan pernah sekalipun hilang (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 105)

Dalam mata kuliah Reading Comprehension (membaca) diajarkan perbedaan kalimat dengan berbagai tingkat makna pemahaman yang berbeda. Ada kalimat (tipe satu) dengan makna โ€˜literalโ€™ dan โ€˜explicitโ€™ seperti โ€˜Orang itu tinggal di Perumahan Landungsari Asri F38โ€™ yang maknanya konkrit, on the line, faktual, bisa dibuktikan dengan pengamatan. Tetapi ada juga kalimat (tipe dua) yang โ€˜inferensialโ€™ yang maknanya berupa pesan implisit, simbolik, figurative, yang โ€˜beyond the lineโ€™, seperti kalimat โ€˜Pak Guru itu sudah banyak makan garamโ€™,  yang artinya โ€˜Pak Guru itu sudah matang jiwanya karena telah mengalami banyak pelajaran hidup yang berhargaโ€™. Kalimat tipe dua hanya bisa difahami oleh orang yang pemahaman kalimat tingkat satu nya sudah tuntas. Begitu juga dalam Islam ada kalimat tipe satu yang terkait dengan urusan (aturan) dunia (faktual) yang bersifat KONKRIT, explisit, seperti hukum halal dan haram, dan ada kalimat tipe dua yang terkait urusan akherat (ghaib) yang implisit seperti pahala dan dosa yang bersifat SUBSTANTIF. Cara memahami ke dua macam informasi tipe satu dan tipe dua itu sangat berbeda. Informasi tentang pembagian warisan, misalnya, dengan jelas bisa difahami secara faktual KONKRIT dengan hitungan logika matematis (berapa % bagian dari masing masing ahli waris agar bagian warisan itu halal). Informasi dari kalimat tipe literal. Sebaliknya Informasi tentang pahala walaupun disampaikan dengan jumlah seperti pahala sholat berjamaah diberi pahala 27x dibanding sholat sendirian, sholat sunnah qobliyah sebelum shubuh lebih baik pahalanya dibanding dunia dan seisinya, sholat di masjidil haram diberi pahala 1000x lipat dsb adalah tipe kalimat inferensial, yang tidak tepat difahami secara literal dengan menghitung secara matematis tetapi harus dipelajari pesan SUBSTANTIF nya. Jangan pernah mengkalkulasi (secara faktual duniawi) jumlah pahala yang sudah kita dapatkan dan merasa cukup hitungan untuk modal masuk sorga. Informasi motivasional bagi pelaku perbuatan baik akan masuk sorga dengan sungai yang airnya jernih dengan bidadari bidadari cantik, dst atau ancaman bagi pelaku perbuatan tidak baik dengan gambaran neraka yang apinya menyala nyala jangan difahami secara faktual KONKRIT, dengan membayangkan sorga atau neraka dengan bayangan duniawi, (sampai ada pertanyaan yang tidak relevan: kalau bapak bapak mendapatkan bidadari lalu ibu ibu dapat apa? Kalau pahala berlipat ganda saat beribadah di masjidil haram, bisakah kita tabung pahala kita, dan kalau jumlah pahala sudah cukup tidak perlu mencari pahala lagi? bagaimana mungkin di sorga kita makan minum tak terbatas tanpa pernah perlu buang air?) tetapi harus difahami secara SUBSTANTIF. Sorga itu adalah gambaran betapa Allah menerima kita dengan penuh cintaNya saat kita kembali kepadaNya, begitu juga sebaliknya neraka itu adalah gambaran betapa Allah menolak kita saat kita kembali kepadaNya. Karena sorga dan neraka bukan informasi faktual matematis, tetapi SUBSTANTIF maka motivasi yang kita tanamkan dalam hati kita dalam nelakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan tidak baik adalah memperoleh โ€˜cintaโ€™ dari Allah swt. Seorang ulama bahkan menyatakan bila motivasi melakukan kebaikan dan menghindari yang tidak baik adalah sorga dan neraka dengan bayangan FAKTUAL duniawi (kegiatan itu seperti jual beli yang tidak ikhlas), maka akan saya bakar sorga itu dan akan saya padamkan neraka itu dengan menyiram air. Ada juga yang menyatakan jangan pernah hitung hitungan dengan Allah, jangan pernah merasa kebaikan yang kita lakukan cukup (secara matematis) untuk membeli tiket masuk sorga. Jadi intinya berbuatlah baik dan hindari yang tidak baik karena ingin dicintai oleh Allah, karena kalau Allah sudah mencintai kita, maka segalanya akan baik. Kita harus yakin bahwa kalau kita dimasukkan sorgaNya itu bukan karena jumlah pahala kita (secara matematis) mencukupi tetapi semata karena Allah mencintai kita. (Ibnu Athaโ€™ illah al-Iskandari, Hikmah 123-124).

Matahari siang terbenam dengan datangnya malam, matahari hati tak kan pernah sekalipun hilang (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 105)

ReplyForward

Ada 3 tingkatan pengetahuan kebaikan (hidayah), tingkat pertama: tidak tahu kebaikan yang harus dilakukan (belum mendapatkan hidayah), tingkat ke dua: mengetahui kebaikan yang harus dilakukan tetapi tdk melaksanakan (menolak hidayah), tingkat ke tiga: mengetahui kebaikan dan melaksanakan kebaikan itu (menerima hidayah). (Qurais Syihab). Semoga ibadah Romadhon ini mengantarkan kita untuk menerima hidayah. Aamiin. Orang orang yang dipenjara karena melakukan kesalahan bukan karena tidak ngerti tetapi karena menolak hidayah.

Menurut Prof. Qurais Shihab, takdir Allah swt ada yang berupa keputusan (mutlak) atau  dan berupa ketentuan (relatif). Takdir keputusan (Iradah kawniyah) seperti kelahiran (lahir di mana, dari orang tua siapa, berjenis kelamin apa), jodoh (dengan siapa), kematian (di mana, dengan cara apa, dalam usia berapa) itu โ€˜mutlakโ€™ yang harus diimani dengan penuh keikhlasan dan pengakuan terhadap kekuasaan Allah swt. Manusia tidak dimintai pertanggung jawaban atas takdir keputusan Allah yang bersifat โ€˜mutlakโ€™ ini. Takdir keputusan tidak bisa diganggu gugat oleh manusia. (Kata Gus Miftah: manusia tidak usah ikut mengatur Allah). Takdir โ€˜ketentuanโ€™ Iradah syar’iyah)  berupa hukum alamiah (sunnatullah) seperti โ€˜Jika iniโ€ฆโ€ฆ.maka akan terjadi iniโ€™ atau โ€˜Semakin iniโ€ฆ.semakin iniโ€™. Pada takdir ketentuan inilah manusia diharuskan mempelajari, melaksanakan, dan mempertanggung jawabkan, dan akan mendapat balasan. Takdir ketentuan ini โ€˜relatifโ€™ bisa berubah (Allah tidak mengubah nasib manusia bila manusia itu tidak berupaya mengubah nasibnya sendiri). Kedua takdir ini harus disikapi secara proporsional, takdir โ€˜ketentuanโ€™ harus disandarkan pada takdir โ€˜keputusanโ€™, makanya ada ungkapan โ€˜we have to do our best, God will do the restโ€™. Manusia diberi tugas melaksanan dan mengejar takdir ketentuan, tidak mengejar takdir keputusan. Inilah pengertian takdir โ€˜bisa diubahโ€™, kita meninggalkan satu takdir (ketentuan) menuju takdir (ketentuan) yang lain. Manusia dilebihkan derajadnya dibanding machluq lain dengan diberi tugas mempelajari, mematuhi, dan melaksanakan takdir ketentuan Allah. Machluq lain hanya tunduk bertasbih pada takdir keputusan dan tidak dimintai pertanggung jawaban. Marilah kita jadikan bulan romadhon ini sebagai upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan takdir โ€˜ketentuanโ€™ dan peningkatan kualitas keimanan terhadap takdir โ€˜keputusanโ€™ Allah swt.

Kata ambigu (memiliki makna lebih dari satu) sering menjadi bahan jokes (lucu). Misalnya kata preman: polisi boleh berseragam preman tapi preman nggak boleh berseragam polisi. Mukidi kecil batal nemui pakde nya yg bernama Sugeng krn di depan gapura ada tulisan Sugeng Tindak. Mukidi kecil karena bawa hp keluar meninggalkan masjid nggak jadi jumatan merasa terancam setelah ada pengumuman dari takmir ‘yang pegang HP matikan dulu’. Heheheee. Jokes itu terjadi karena kesalah pahaman komunikasi 2 arah, penutur maksudnya menggunakan makna kata A tapi pendengar atau pembaca mengambil makna B. Komunikasinya nggak nyambung. Jadi penutur dan pendengar harus hati hati menggunakan makna kata yang ambigue agar tidak terjadi kesalah fahaman. Perbedaan makna bisa juga terjadi karena beda konteks. Anak itu dikatakan ‘masih kecil’ nggak boleh ngrokok, tapi juga dikatakan ‘sudah besar’ nggak boleh ngompol, jadi anak itu gagal paham di luar kontek saya ini ‘sudah besar’ atau ‘masih kecil’? ‘Miscommunication’ bisa terjadi antara kita manusia dengan Allah swt sang Pencipta. Bahasa manusia Allah mencintai kita tatkala Allah mengabulkan semua permintaan (doa) kita dan tdk mencintai kita tatkala ada doa kita yang tidak dikabulkan. Padahal seringkali terjadi Allah swt tidak mengabulkan doa kita justru krn Allah mencintai kita, misalnya Allah ingin kita terus ingat (dzikir) kepada Nya, atau Allah mengabulkan doa kita pada saatnya yang tepat atau mengganti dengan yg lebih baik dari yang kita minta. Supaya tdk gagal faham berhusnudhonlah pada Allah bhw setiap keputusan Allah selalu ada hikmah kebaikan bagi kita (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 91)

Perbanyaklah harapan (keinginan mencapai sesuatu yang kita ikuti dengan upaya dan doa) tapi jangan banyak berangan angan (yang hanya berkhayal dengan berandai andai). (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 79)

Jangan patahkan semangat orang yang berupaya melakukan (menyampaikan) kebaikan. Kalau salah koreksilah kesalahannya tanpa mematahkan semangatnya.

Jangan takut salah dalam upaya melakukan (menyampaikan) kebaikan walaupun dihujat orang tapi jangan menyengaja kesalahan.

Seorang sahabat menceritakan pengalaman pahitnya saat kuliah pada saya tentang kekesalannya terhadap mantan dosennya. Dia sakit hati dan dendam saat kuliah dimarahi dosennya dan “mengancam” dalam hati ‘Awas aku akan buktikan bahwa saatnya nanti aku akan lebih berhasil dari kamu’. Sekarang (beberapa tahun kemudian) terbukti ancaman itu benar. Saya sampaikan kepada ybs ‘bukankah kamu berhutang budi pada dosen yang membuat sakit hati untuk kebaikan masa depanmu?

Dialogue mantan pejabat dengan penerusnya (copas)
Mantan pejabat: “lihat aku lebih berhasil memimpin daripada Bapak”
Pejabat penerusnya menjawab: Saya akui Bapak lebih berhasil memimpin karena masyarakat yang Bapak pimpin waktu itu kebanyakan seperti saya sedangkan masyarakat yang saya pimpin sekarang kebanyakan seperti Bapak”

Di Barat, orang yang tidak dikenal diprasangkai sebagai orang “baik’ (husnu dzon) kecuali yang sudah terbukti ‘tidak baik’ Di Indonesia, orang yang tidak dikenal diprasangkai ‘tidak baik’ (suu dzon) kecuali yang sudah terbukti ‘baik’

‘Perbanyaklah beribadah dan berdo’a agar dekat dengan Allah, karena dengan dekat pada Allah doa kita lebih banyak dikabulkan oleh Allah termasuk doa kita agar urusan kita di dunia dipermudah penyelesaiannya’. Karena panjang ungkapan ini sering disingkat menjadi ‘perbanyaklah beribadah agar urusan kita dipermudah penyelesianya’. Ini namanya elliptical construction dengan prinsip ekonomis, yaitu ‘kalau bisa diperpendek mengapa harus diperpanjang’. Namun banyak ustadz yang gagal faham menyalahkan ungkapan ini dengan mengatakan ibadah dan doamu tdk akan mendapatkan balasan di akherat karena sudah mrndapat balasan di dunia. Wallahu a’lam

Alam raya dengan semua isi dan fenomenanya ini mengandung banyak hikmah (rahasia, misteri, pelajaran) yang dibutuhkan oleh manusia. Hikmah yang bersifat rahasia itu hanya bisa ditangkap oleh manusia yang berupaya membuka tabir nya. Orang Jawa menyebut orang yang sudah mendapat hikmah dari kehidupan ini dengan sebutan ‘orang itu sudah banyak makan garam’. Menjadi tua itu otomatis tetapi menjadi dewasa itu harus diupayakan (membuka tabir, memakan garam). Prof. Efendi Kadarisman menyebut ‘knock at the door of wisdom, the door will open the wisdom for you’

Yang membedakan kita manusia dengan machluk lain adalah pada tugas dan tanggung jawab kita. Kita manusia diciptakan dengan tugas menjadi cholifah (menjaga kemakmuran, keselamatan, kesejahteraan, kenyamanan baik untuk diri kita sendiri, keluarga kita, maupun untuk manusia keseluruhan, kita tidak boleh melakukan kerusakan). Untuk itu setiap yg kita lakukan harus kita niatkan (arahkan) sebagai upaya melaksanakan tugas sebagai cholifah karena setiap yang kita lakukan harus kita pertanggung jawabkan, akan mendapatkan rewards atau penghargaan kebaikan dan sebaliknya pasti mendapatkan resiko hukuman untuk setiap keburukan yang kita lakukan. Oleh karena itu nilai harkat kita manusia diukur dari kebaikannya. Marilah kita berlomba (bekerjasama dan bersama sama) melakukan kebaikan untuk kebahagiaan kita bersama. (15 April 2020).

Bangunlah kebahagiaan dengan berupaya melupakan keburukan orang lain pada kita, dan melupakan kebaikan kita terhadap orang lain. Semoga berhasil

Cerpenku long time ago when my children were still small
Di Cengkareng mau pulang ke Malang aku tilpun anak anak mau dibelikan oleh oleh apa. Merka semua minta donought kesukaan mrk masing masing. Saya belikan sesuai pesanan mrk. Sampai di rumah anak anak bersorak sorai menyambut donought mereka. Tapi di rumah lagi ada tamu ibu ibu dan rupanya tidak ada suguhan. Basa basi disuguhkanlah doughnut ke tamu. Mereka suka sekali melahap doughnut itu. Anak anak dalam kamar pada berdoa agar tamunya segera pulang dan segera makan doughnut. Saat tamu pamit pulang basa basi ditawarkanlah sisa doughnut nya pada mereka untuk dibawa pulang. Dan dikira sungguhan dibawalah semua doughnut itu.

Alhamdulillaah tukang sapu itu tdk lagi membuang kotoran ke parit tapi langsung ditampung di bak sampah mobile. Maaf usil

Yang kita punya bukan milik kita tetapi hanyalah titipan yg dipercayakan kepada kita untuk kita gunakan sebermanfaat mungkin. Kita akan diminta pertanggung jawaban untuk.titipan itu

Penjelasan (nalar) menghadapi covid19 secara Islam ada 3, pertama pendekatan takdir pasrah (jabariyah), kalau sudah saatnya mati ya mati tdk ada hubungannya dengan covid19, jadi sarannya hidup biasa ajalah seperti biasanya. Yang kedua adalah pendekatan ikhtiar upaya (qodariyah), upaya yang lebih baik berresiko lebih kecil, jadi sarannya berupayalah sebaik mungkin menghindari wabah. Yang ketiga pendekatan tengah tengah (ahlus sunnah wal jamaah), wajib yakin adanya takdir (beriman) tapi juga wajib berupaya (amal sholeh untuk ikut menjaga lingkungan). Penjelasan ilmiah ada 2, pendekatan pertama adalah pendekatan apriori teoritis dari virologi bahwa covid19 tdk berbahaya, tidak mematikan krn mudah diatasi oleh orang yg imunnya tinggi, virus mati bila kena panas, virus lemah, oleh karena itu sarannya kita tdk usah takut covid19, hidup biasa sajalah yg penting jaga kesehatan. Yang mati kena virus itu matinya bukan krn virusnya tetapi krn penyakit bawaanya yg sudah parah (kesimpulannya covid19 tidak berbahaya). Pendekatan kedua adalah pendekatan aposteriori empiris secara medis bhw kenyataan (statistic) nya sekian ribu orang mati krn terjangkit covid19, dokter dan RS kewalahan, bahkan tenaga medis yang sehat menjadi korban (meninggal) setelah terpapar oleh sekian banyak pasien positive covid19. oleh karena itu kita disarankan untuk menghindari kegiatan yg ada kemungkinan terjangkit covid19 (kesimpulannya covid19 berbahaya).

Dalam setiap rokaat sholat, umat Islam membaca Surat Al Fatehah yang salah satu ayatnya berbunyi โ€˜ihdinas shirootol mustaqiimโ€™, ayat doa yang makna literalnya โ€˜tunjukkan aku jalan yang lurusโ€™. Apa yang kita maksudkan dengan memohon โ€˜petunjuk jalan yang lurusโ€™ ini?Ada ulama yang mencoba menggambarkan sebagai jembatan sebesar sehelai rambut dibelah 7 menuju sorga Allah di akherat. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa jalan itu tidak mungkin bisa dilalui manusia tanpa bantuan (irodah) Allah swt. Itulah yang kita minta dalam doa itu. Ada juga ulama (seperti Prof. Qurais Shihab) yang menggambarkan shirootol mustaqiimโ€™ itu sebagai jembatan seluas dunia ini tetapi menukik tajam sehingga tidak mungkin manusia berhasil mendaki sampai di puncak (sorga) tanpa bantuan Allah swt. Itulah yang kita minta dalam doakita. Kedua gambaran itu mencoba memvisualisasikanโ€˜jalan menuju sorga di kheratโ€™ dengan logikakonkrit sederhana duniawi.  Saya lebih memilih pemahaman โ€˜mohon petunjuk jalan lurusโ€™ sebagai mohon hidayah, bantuan, dan bimbingan pada setiap gerak yang kita lakukan (setiap langkah, setiap ucapan, setiap tulisan, bahkan setiap fikiran, dan persangkaan) agar sesuai dengan tuntunan Nya sehingga kita menjadi manusia yang mendapatkan cinta Nya. Wallaahu aโ€™lam.

Susu yang kita konsumsi dari binatang ternak sapi atau kambing itu diproses bersamaan dengan proses darah dan kotoran dalam binatang tersebut. Yang luar biasa adalah proses itu terpisah sama sekali (cholas) tidak pernah susu yg keluar dari binatang itu tercampur dengan darahnya atau kotorannya. Maasya Allah (ustadz Adi Hidayat)

Pada umumnya tiap kata bisa nemiliki beberapa makna yang berbeda tergantung konteknya. Kata ‘takut’ (dalam bhs Indonesia) dalam ungkapan ‘takut’ pada Allah swt itu artinya beriman sehingga konsekwensinya mematuhi semua perintah Nya (menyembah Nya dan beribadah kepada Nya) dan menjauhi larangan Nya. Takut corona itu artinya khawatir terjangkit corona sehingga konsekwensinya berusaha menjauhinya. Corona tdk boleh disembah, tdk punya perintah yg harus kita ikuti, tidak punya larangan yg harus kita jauhi. Jadi ungkapan: saya lebih ‘takut’ ke Allah swt daripada ‘takut’ korona adalah ungkapan yang salah (tidak sebanding). Sama dengan ungkapan: enak mana antara soto Lamongan dengan pecel Blitar?. Marilah kita belajar menggunakan logika bahasa. Ingat lelucon Mukidi yg mau berkunjung ke rumah Sugeng lalu batal karena ada orang yang menyapa Sugeng tindak Mas.

Berita baik dan berita tidak baik.
Berkaitan covid19 banyak berseliweran berita baik yang menggembirakan, menentramkan, menghibur. Berita positive ini banyak datang dari akademisi yg intinya menjelaskan bhw covid19 tidak berbahaya, tidak mematikan, tidak perlu takut, tdk ada korban mati krn covid19, yang diberitakan mati karena positive corona itu lebih disebabkan penyakit bawaannya, para medis yg diberitakan mati itu karena kelelahan seperti matinya sekian ribu panitia Pemilu yang lalu, ditambah lagi wis wayahe mati. Dampak negative berita berita baik ini adalah bisa membuat masyarakat sembrono, meremehkan, dan tidak hati hati. Namun ada banyak juga berseliweran berita tidak baik yang menakutkan. Berita tidak baik ini banyak datang dari tenaga lapangan yg terlibat langsung menangani korban corona yg melaportkan pertambahan jumlah korban yg terus meningkat, teriakan para tenaga medis, Rumah Sakit, para sopir ambulance yg berteriak teriak minta tolong agar kita tdk menambah jumlah korban, mereka sudah kewalahan krn tenaga medis tdk lagi mampu menangani semua, jalanan jkt yg masih macet di saat masyarakat diminta stay home. Intinya adalah covid19 berbahaya harus diwaspadai. Berita tidak baik ini membuat masyarakat hati hati dan mematuhi himbauan pemerintah. Namun yg dikhawatirkan adalah bisa membuat masyarakat ketakutan dan bisa menjadi korban bukan oleh corona tetapi oleh kepanikanya sendiri

Bimbibgan skripsi saya nenulis bhw data yg dikumpulkan untuk penelitiannya valid. Feedback saya: jangan pernah membuat claim bhw data yg terkumpul itu valid. Itu bukan tugas peneliti. Tugas peneliti adalah melakukan kegiatan yang menjadi indikator valid nya data. Sebagai ilustrasi jangan pernah mengaku jujur, itu bukan wewenang Anda. Lakukanlah kegiatan yg menjadi tuntutan orang jujur. Otomatis tanpa diminta orang lain akan menilai Anda jujur.

Manusia berusaha, Hasil hadiah dari Allah swt.Yang alami (rasional) usaha itu berbanding lurus dengan hasil, semakin baik usaha semakin tinggi hasilnya. Orang yang beriman selalu yakin usaha itu kewajiban manusia sedangkan hasil itu kita serahkan (tawakkal) kepada Allah.swt. Hasil itu harus kita syukuri dan kita yakini sebagai hadiah dari Allah swt bukan semata krn upaya kita. Bagaimana kita menerangkan keberhasilan Putra (5 tahun) dan putri (3 tahun) nya Ustadz Adi Hidayat yang hafal 30 juz AlQur’an? Tidak mungkin bisa kita jelaskan secara nalar kita kalau bukan karena ‘hadiah’ Allah swt. Secara nalar upaya menghafal harus membaca (padahal belum bisa membaca) atau mendengarkan berulang ulang (durasi waktu tdk mungkin krn sekarang baru usia 3 tahun). Ada beberapa contoh lain hafidz 30 juz Al Qur’an oleh anak kecil, bahkan ada anak kecil yang (maaf) tidak normal (handicapped) hafal Al Qur’an, ada anak kecil yang otaknya tdk bisa menggerakkan anggota badannya (lumpuh di kursi roda) hafal Al Qur’an, ada anak kecil yg autis hafal Al Qur’an. Mereka diberi hadiah oleh Allah berupa kemampuan hafal AlQur’an. Maasya Allah. Yang perlu kita pelajari adalah bagaimana memohon hadiah Allah swt.

Berjanjilah kepada diri sendiri bahwa Anda adalah orang baik dengan mengatakan (pada diri sendiri, bukan pada orang lain), misalnya: Saya orang baik, rajin, tidak malas, bisa dipercaya, aktif, peduli, penyayang, saya hanya melakukan sesuatu yg bermanfaat dst. Kata atau janji itu penting untuk mendidik diri Anda sendiri. Misalnya saat Anda merasa malas bergerak (olah raga) Anda akan ingat janji Anda: saya hrs bergerak agar sehat, saat Anda malas belajar Anda akan ingat janji Anda; saya tdk boleh malas agar berhasil. Saat Anda mau melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang lain Anda akan ingat janji Anda: saya tidak boleh menyakiti orang lain. Bila Anda terlanjur melanggar janji Anda, segeralah minta maaf pada diri Anda sendiri dan berjanji tidak akan mengulangi pelanggaran janji Anda lagi. Yakinkan ke diri Anda sendiri bhw pelanggaran thd janji hanya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari. Bila Anda merasa berat, susah, atau tdk nyaman mengikuti janji Anda, katakan resikonya berat bila kau tdk melakukan ini. Kadang Anda perlu memotivasi diri dengan iming iming, misalnya setelah ini kamu boleh istirahat ya. Tapi ingat kata kata atau janji janji itu tdk boleh diketahui (atau disampaikan) kepada orang lain.

Di hari hari pertama karantina covid19 saya merasa senang banyak di rumah seakan libur panjang bersama keluarga tapi kemudian timbul rasa bosan tdk ada variasi. Saya buat jadwal kegiatan harian dan sekarang terbiasa menikmati karantina ini. Olah raga tiap hari. Baca buku. Secara fisik memang terkungkung di rumah tapi secara social saya bisa terhubung dengan banyak orang (di berbagai wilayah, dalam negeri dan luar negeri spt Arab, Amerika, Inggris, Rusia, Jepang melalui baca buku, nonton video (banyak rekaman video para ustadz, streaming acara TV), baca dan update status WA dengan berbagai group, group telegram, Instagram, Facebook, Blog.

Manusia dewasa hanya melakukan (menyampaikan) sesuatu yang diyakini bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain, dan menghindari sesuatu yang diyakini tidak bermanfaat (atau merugikan). Untuk itu setiap yang kita lakukan (sampaikan) harus kita fahami, kita sadari, kita kontrol sepenuhnya dengan penuh kesadaran sendiri (bukan ikut ikutan orang lain) (bukan berdasarkan rasa rasanya) apakah yang kita lakukan itu (++) wajib (harus) kita lakukan karena kita yakini sangat bermanfaat, atau (+) sunnah (sebaiknya) kita lakukan, atau (-) makruh (sebaiknya) tidak kita lakukan, atau (- -) haram (jangan) kita lakukan karena mudzarat (hanya mendatangkan penyesalan). Sesuatu yg umumnya atau rasa rasanya ……. belum tentu…. Ingat kita harus minum obat saat sakit walaupun pahit rasanya. Kadang kita iri pada orang yang sukses tapi tidak mau iri terhadap perjuangan yg telah dilakukan untuk mencapai sukses itu.

Dosa, kesalahan, kekhilafan (apalagi yang sengaja) yang kita lakukan tidak akan pernah hilang tanpa bekas (tanpa akibat). (Imam Ibnu Al Jauzi)

Orang yang suka dengan sengaja membuat fitnah, mengobarkan fitnah, mendukung fitnah menjauhkan dirinya dari keselamatan (Imam Ibnu Al Jauzi)

Ibarat penumpang kapal (kehidupan) yang sedang berlayar di tengah samudra bergelombang besar yang menakutkan, tugas kita sesama penumpang adalah saling membantu, saling bekerja sama, saling menguatkan, saling memotivasi, saling bersahabat hingga saling mencintai, sambil terus berdoa bersama semoga badai segera berlalu

Copas dari KH. Ahmad Maimun Ali:

๐Ÿ“•

 PEMBELAJARAN DARI NILAI SEEKOR BIAWAK

Seorang santri sedang membersihkan kandang biawak milik kyainya. Ia takjub memandang biawak yang besar itu. Tanpa disadarnya, tiba-tiba sang kyai sudah berada di belakangnya.. “Kamu tahu berapa harga biawak itu?” tanya sang kyai.
“Tidak tahu, kyai,” jawab si santri..
“Coba kau tawarkan pada tetangga sebelah itu ya,” perintah sang kyai.
Segera ia mengambil gambar biawak itu dan menawarkannya ke tetangga sebelah. Tak lama kemudian, ia kembali menghadap sang kyai.
“Ditawar berapa, nak?” tanya kyai.
“50.000, kyai”, jawab si santri.
“Coba kau tawarkan ke toko reptile!”.
“Baik, kyai”. Sejurus kemudian,
“Ditawar berapa, nak?”.
“800.000, kyai”, jawab si santri dengan girang. Ia mengira sang kyai akan melepas biawaknya itu.
“Sekarang coba kau tawarkan pada si fulan (ktai menyebut nama seseorang). Bawa ini sebagai bukti bahwa biawak itu sudah pernah ikut lomba”.
“Baik Kyai”.
Ia pun pergi menemui si fulan yang disebutkan oleh gurunya. Tak lama kemudian, ia kembali menghadap sang guru.
“Berapa dia menawar biawak itu?”.
“50 juta, kyai”.
Si santri heran setelah mengetahui harga seekor biawak bisa berbeda-beda.
“Nak, sebenarnya aku sedang memberimu pelajaran bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar bila kamu berada di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah-marah karena tidak ada yang menghargaimu. Sebab, hanya orang yang mengetahui nilai kamulah yang akan selalu menghargaimu”.

Potongan dari gwa
ูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุนูŽุงุฏููŠูŒู‘ ูููŠ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ุฑูููู†ูŽุง
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุฑูŽุงุฆูุนููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽูู’ู‡ูŽู…ูู†ูŽุง
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.

ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ู…ูู…ูŽูŠูู‘ุฒููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจูู‘ู†ูŽุง
Kita istimewa dalam pandangan orang-orang yang mencintai kita.

ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ู…ูŽุบู’ุฑููˆู’ุฑููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ุณูุฏูู†ูŽุง
Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang mendengki kita.

ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุณูŽูŠูู‘ุฆููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ู‚ูุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง
Kita adalah orang-orang jahat di mata orang-orang yang iri pada kita.

ู„ููƒูู„ูู‘ ุดูŽุฎู’ุตู ู†ูŽุธู’ุฑูŽุชูู‡ูุŒ ููŽู„ุงูŽ ุชูุชู’ุนูุจู’ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ู„ูุชูŽุญู’ุณูู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุขุฎูŽุฑููŠู’ู†ูŽ
Setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usahlah bersusah payah untuk tampak baik di mata orang lain.

ูŠูŽูƒู’ูููŠู’ูƒูŽ ุฑูุถูŽุง ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ุŒ ุฑูุถูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุบูŽุงูŠูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ุชูุฏู’ุฑูŽูƒ
Cukup bagimu ridha Allah. Sebab, mencari ridha manusia adalah tujuan yang takkan pernah tercapai.

ูˆูŽุฑูุถูŽุง ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุบูŽุงูŠูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ุชูุชู’ุฑูŽูƒ ุŒ ููŽุงุชู’ุฑููƒู’ ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูุฏู’ุฑูŽูƒู’ ุŒ ูˆูŽุงูŽุฏู’ุฑููƒู’ ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูุชู’ุฑูŽูƒู’
Sedang ridha Allah adalah tujuan yang tak boleh diabaikan. Maka tinggalkanlah apa yang tak mungkin dicapai, dan berusahalah untuk mencapai apa yang tak boleh diabaikan.

(Alm) KH Hazim Muzadi (semoga Allah merahmati beliau): “Orang pinter (punya banyak ilmu) tidak jaminan menjadi orang yang bener”. Pinter itu di otak, bener itu di hati. Lebih mudah minter kan orang bener daripada benerkan orang (sudah terlanjur) pinter. Masya Allah patut kita renungkan.

Untuk menciptakan kebaikan bersama kita semua harus berlomba melakukan yang terbaik dengan berbagi peran, bekerja sama, saling.membantu, saling mengingatkan bukan dengan bersaing apik apikan, apalagi saling menjatuhkan, merasa paling baik sendiri.

Saking khusyuknya fokus beribadah sampai sampai menganggap tidak penting urusan dunia. Lalu kalau sholat di masjid apakah tdk penting urusan dunia ahli bangunan? Berceramah tdk perlu pakai sound system? Pergi ke Mekkah nggak perlu pesawat? Nggak perlu buat rumah yg nyaman untuk tempat beribadah? Untuk bisa membuat pondok apakah nggak perlu ahli manajemen pondok? Ahli bangunan, ahli sound system, ahli pesawat terbang, ahli manajemen tidak penting krn urusan dunia?

Di Yutub, Ustadz Ahmad Zainuddin menggunakan satu hadits yg isinya melarang dan mengharamkan minuman keras, zina, dan alat musik untuk mengkritik dengan keras ustadz Adi Hidayat (UAH) yg membolehkan musik. Kelihatan sekali beda kelas dua ustadz itu. Jawaban cerdas UAH: Anda membaca hadits lepas dari konteksnya. Dalam konteks apa saat itu musik dilarang? Anda belum membaca hadits lain yg membolehkan musik. Ilmu Anda belum lengkap. Musik dilarang dan haram bila terkait dengan perbuatan yang melanggar larangan Allah seperti minuman keras dan zina. Lagian ada dalil yang mengatakan bhw hukum tidak melekat pada objek tapi melekat pada penggunaannya. Seperti pisau tdk punya hukum. Pisau menjadi haram di tangan penjahat karena bisa menjadi alat kejahatan (jangan salahkan pisaunya) tetapi menjadi wajib di tangan tukang masak krn menjadi alat masak. Di yutub lain Pendapat ini didukung oleh Cak Nun, yang kamu haramkan musik itu apanya? Alatnya, liricnya, iramanya, penyanyinya? Kalau ada orang mabuk krn musik ya jangan salahkan musiknya.

Ditutupnya semua masjid karena covid19 sehingga umat Islam tdk bisa beribadah di masjid membuat umat Islam memindahkan masjid (tempat beribadah) itu ke rumah masing masing sehingga rumah rumah mrk menjadi masjid keluarga. Ibadah pada Allah tetap berjalan, upaya mencegah penyebaran covid19 sesuai instruksi pemerintah tetap tertaati.

Ustadz Adi Hidayat bisa menyebutkan urutan sanad Nabi Muhammad sampai Nabi Ibrahim. Padahal tdk ada buku sejarah yg merekam itu selain.dari Qur’an. Kok bisa ya. Kok bisa ya

Menurut Ibnu Atha’ illah al-Iskandari (Al Hikam 28) tampilan lahir (fisik) kita adalah cerminan dari keadaan batin kita. Hikmah ini dikuatkan oleh penelitian psycholog Amerika yg meneliti perbedaan tampilan wajah kelompok (experimental group) yang diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata positive, optimis, percaya diri, aman dalam waktu satu bulan terus menerus dengan tampilan wajah kelompok (control group) yg diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata negative, pessimis, jengkel, mengumpat terus menerus juga selama satu bulan. Terbukti hasilnya setelah satu bulan kelompok experimen berwajah ceria bahagia (bahkan tampak segar sehat) berbeda dengan kelompok control yang nampak capek, besengut, tidak happy, tidak sehat. Hikmah ini juga memperkuat teori Law of attraction, bhw bila yg kita fikirkan hal hal baik maka bagian dari alam raya yang baik baik akan tertarik (memfasilitasi) terjadinya hal hal baik yang kita fikirkan. Seorang Ulama menyampaikan agar jangan berpikiran negative (khawatir) krn itu bisa menjadi doa dan bisa terjadi

PENELITI Psycholog Amerika meneliti perbedaan tampilan wajah kelompok (experimental group) yang diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata positive, optimis, percaya diri, aman dalam waktu satu bulan terus menerus dengan tampilan wajah kelompok (control group) yg diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata negative, pessimis, jengkel, mengumpat terus menerus juga selama satu bulan. Terbukti hasilnya setelah satu bulan kelompok experimen berwajah ceria bahagia (bahkan tampak segar sehat) berbeda dengan kelompok control yang nampak capek, besengut, tidak happy, tidak sehat.

Para ustadz yg sebagian besar lulusan pesantren menyarankan agar orang tua mengirim anak anaknya ke pesantren agar dasar agama.mrk kuat. Benar sekali. Tapi saya berfikir bila anak anak muslim semua belajar ke pesantren, lalu semua menjadi ustadz, terus siapa yg harus berperan mengurus negara (politisi), kesehatan (dokter), teknologi (insinyur), information technology dlsb? Apakah kita serahkan saja semua itu kepada non muslim? Padahal tokoh tokoh Islam jam dulu banyak yg ahli berbagai bidang ilmu selain ilmu agama Islam.

Siapa tahu 

๐Ÿ‘‡

 bermanfaat

Ini Penyebab Lansia Rentan Terinfeksi Covid-19

RRI
2020/04/21 19:05
Ikuti

KBRN, Yogyakarta : Lansia termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan virus corona (Covid-19), bersama dengan orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta, dan perokok.

Pakar Geriatri UGM, Dr. dr. Probosuseno, Sp.PD., K-Ger., S.E., menjelaskan, *lansia rentan terhadap berbagai macam infeksi bakteri, virus maupun penyakit termasuk Covid-19.*

*Penyebabnya, karena kapasitas fungsional organ-organ tubuh lansia mengalami penurunan akibat penuaan.*

*โ€œLansia mengalami penurunan kapasitas fungsional hampir pada seluruh sistem tubuhnya, termasuk imunitasnya sehingga rentan terhadap infeksi apapun,* jelas ahli Geriatri itu, Selasa (21/4/2020).

Ia mencontohkan beberapa fungsi tubuh yang menurun seiring pertambahan usia. Misalnya : *hilangnya kelenjar timus, kulit semakin menipis, kelenjar lendir berkurang dan fungsi organ-organ tubuh menurun.*

Ditambah *nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi tidak tercukupi. Kondisi itu mengakibatkan kemampuan tubuh saat merespon tidak secepat dan seefektif ketika masih muda.*

*Lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Kelompok ini perlu lebih waspada, terlebih yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti penyakit autoimun, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, dan jantung.*

Selain itu, lansia dengan multipatologi atau mengidap sejumlah penyakit, jika tertular Covid-19, ia bakal mendapatkan komplikasi kesehatan yang cukup serius.

*”Lansia yang paling rentan atau rapuh adalah lansia tua diatas 80 tahun, diikuti lansia sedang usia 70-80 tahun, dan terakhir lansia muda usia 60-70 tahun,โ€* tutur dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini.

*Tips Jaga Lansia*

Lalu bagaimana melindungi lansia dari kemungkinan infeksi virus corona? Probosuseno membagikan *sembilan langkah* yang dapat dilakukan agar lansia sehat dan bahagia.

1. *Salah satunya menjaga asupan nutrisi yang baik dan halal serta menjaga kebutuhan cairan dengan minum air hangat yang cukup tanpa harus menunggu haus.*

“Jaga asupan nutrisi, makan sayur lodeh juga bagus krena mengandung zat-zat yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Probosuseno.

2. *Berikutnya, ia mendorong lansia untuk melakukan olahraga dengan intensitas ringan dengan durasi total 30 menit setiap hari. Olahraga tidak hanya bisa berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mental lanisa.*

Contoh olahraga yang dapat dilakukan lansia seperti : *tepuk tangan keras-keras selama satu menit dan mengayunkan tangan ke atas dan ke bawah 100 kali saat pagi, siang, dan malam.*

3. *Lalu menghindari stres. Sebab stres dapat menurunkan imunitas tubuh, memacu adrenalin, meningkatkan tekanan darah dan gula darah.*

Istirahat atau tidur yang cukup antara 4 sampai 9 jam setiap harinya. Sebab, saat tidur tubuh melakukan penggandaan sel darah putih dan sel lainnya yang sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

4. *Menjaga kebersihan lingkungan juga perlu dilakukan. Salah satunya dengan rajin mencuci tangan dengan sabun atau alkohol 70% terutama saat akan mengusap mulut , mengucek mata, atau membersihkan lubang hidung.*

5. *Selain itu juga meningkatkan ketaqwaan keimanan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ibadah, bersedekah, bersyukur, bersabar, dan berpuasa terbukti mampu meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh.*

6. *Tak kalah penting tetap beraktivitas di rumah seperti mengembangkan hobi.*

7. *Langkah lain adalah meninggalkan hal-hal yang tidak perlu. Tidak melakukan perjalanan atau bepergian apabila tidak ada kebutuhan mendesak. Pasalnya, seseorang akan lebih mudah terinfeksi virus saat berada di kerumunan.*

โ€œJika tidak mendesak jangan keluar rumah. Misal : mau kontrol kesehatan bisa dengan telemedicine sebagai alternatif konsultasi dokter secara online,โ€ imbau Probosuseno.

8. *Upaya lain yang dapat ditempuh dengan tetap melakukan kegiatan sosial. Namun ditengah situasi pandemi saat ini, Probosuseno menganjurkan untuk mengurangi interaksi sosial secara langsung.*

9. *Interaksi disarankan dilakukan secara virtual melalui chat, telepon, maupun video call.*

โ€œDengan cara ini mereka akan tetap terhubung dengan keluarga dan lingkungan sehingga tidak merasa kesepian yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisiknya,โ€ pungkas dokter Probosuseno. (Foto: Ant/Siswowidodo & Munarsih Sahana)

Orang cerdas selalu berupaya memilah dan memilih mana yang benar dan baik untuk diikuti dan mana yg salah dan tidak baik untuk dihindari. Mari belajar meningkatkan kecerdasan kita melalui ibadah Romadhon.

Puasa Romadhon adalah upaya pencerdasan mata (hati) agar bisa melihat lebih baik dan pencerdasan telinga (hati) agar bisa mendengar lebih baik karena kata Bimbo banyak orang punya mata tapi tak melihat dan punya telinga tapi tak mendengar.

Hati yang mati itu ditandai dengan ketidak mampuannya melihat, menyadari, dan menyesali kesalahan yg dilakukan sendiri
(Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 50)

Copas dari KH. Ahmad Maimun Ali:

๐Ÿ“•

 PEMBELAJARAN DARI NILAI SEEKOR BIAWAK
Seorang santri sedang membersihkan kandang biawak milik kyainya. Ia takjub memandang biawak yang besar itu. Tanpa disadarnya, tiba-tiba sang kyai sudah berada di belakangnya.. “Kamu tahu berapa harga biawak itu?” tanya sang kyai.”Tidak tahu, kyai,” jawab si santri..”Coba kau tawarkan pada tetangga sebelah itu ya,” perintah sang kyai.Segera ia mengambil gambar biawak itu dan menawarkannya ke tetangga sebelah. Tak lama kemudian, ia kembali menghadap sang kyai.”Ditawar berapa, nak?” tanya kyai. “50.000, kyai”, jawab si santri.”Coba kau tawarkan ke toko reptile!”. “Baik, kyai”. Sejurus kemudian,”Ditawar berapa, nak?”. “800.000, kyai”, jawab si santri dengan girang. Ia mengira sang kyai akan melepas biawaknya itu.”Sekarang coba kau tawarkan pada si fulan (ktai menyebut nama seseorang). Bawa ini sebagai bukti bahwa biawak itu sudah pernah ikut lomba”.”Baik Kyai”. Ia pun pergi menemui si fulan yang disebutkan oleh gurunya. Tak lama kemudian, ia kembali menghadap sang guru.”Berapa dia menawar biawak itu?”.”50 juta, kyai”.Si santri heran setelah mengetahui harga seekor biawak bisa berbeda-beda.”Nak, sebenarnya aku sedang memberimu pelajaran bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar bila kamu berada di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah-marah karena tidak ada yang menghargaimu. Sebab, hanya orang yang mengetahui nilai kamulah yang akan selalu menghargaimu”.
ูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุนูŽุงุฏููŠูŒู‘ ูููŠ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ุฑูููู†ูŽุงKita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.
ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุฑูŽุงุฆูุนููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽูู’ู‡ูŽู…ูู†ูŽุงKita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.
ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ู…ูู…ูŽูŠูู‘ุฒููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจูู‘ู†ูŽุงKita istimewa dalam pandangan orang-orang yang mencintai kita.
ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ู…ูŽุบู’ุฑููˆู’ุฑููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ุณูุฏูู†ูŽุงKita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang mendengki kita.
ูˆูŽูƒูู„ูู‘ู†ูŽุง ุงูŽุดู’ุฎูŽุงุตูŒ ุณูŽูŠูู‘ุฆููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ู†ูŽุธู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ู‚ูุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุงKita adalah orang-orang jahat di mata orang-orang yang iri pada kita.
ู„ููƒูู„ูู‘ ุดูŽุฎู’ุตู ู†ูŽุธู’ุฑูŽุชูู‡ูุŒ ููŽู„ุงูŽ ุชูุชู’ุนูุจู’ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ู„ูุชูŽุญู’ุณูู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุขุฎูŽุฑููŠู’ู†ูŽSetiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usahlah bersusah payah untuk tampak baik di mata orang lain.
ูŠูŽูƒู’ูููŠู’ูƒูŽ ุฑูุถูŽุง ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ุŒ ุฑูุถูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุบูŽุงูŠูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ุชูุฏู’ุฑูŽูƒCukup bagimu ridha Allah. Sebab, mencari ridha manusia adalah tujuan yang takkan pernah tercapai.
ูˆูŽุฑูุถูŽุง ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุบูŽุงูŠูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ุชูุชู’ุฑูŽูƒ ุŒ ููŽุงุชู’ุฑููƒู’ ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูุฏู’ุฑูŽูƒู’ ุŒ ูˆูŽุงูŽุฏู’ุฑููƒู’ ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูุชู’ุฑูŽูƒู’Sedang ridha Allah adalah tujuan yang tak boleh diabaikan. Maka tinggalkanlah apa yang tak mungkin dicapai, dan berusahalah untuk mencapai apa yang tak boleh diabaikan. []

28 April 2020

Padang Ekspres, 16 April 20

Rumahku Sekolahku
Muhammad Kosim
Dosen FTK UIN IB Padang dan Anggota Dewan Pendidikan Sumbar

Wabah Covid19 telah berdampak pada pendidikan.
Sekolah/madrasah tutup. Siswa pun harus belajar di
rumah. Ada yang belajar online dengan guru, belajar
melalui RRI dan TVRI, ada pula yang belajar sesuai
instruksi guru secara manual. Karena itu, rumah harus
didesain sebagai sekolah yang mencerdaskan,
memanusiakan, dan mencegah penyebaran Covid19.

Setidaknya ada lima hal yang perlu dilakukan
mendesain rumah sebagai sekolah di tengah pandemi
wabah korona. Pertama, paradigma orang tua sebagai
murabby (guru). Ketika anak belajar di rumah, orang
tua mesti memerankan diri sebagai guru. Bahkan peran
ayah dan ibu tidak sekedar orang tua biologis, tetapi
mesti berperan sebagai orang tua ruhani. Peran terakhir
inilah yang disebut guru atau murabby.
Dalam Islam, setiap anak diperintahkan untuk
mendoakan kedua orang tuanya: rabbirhamhuma kama

rabbayani shaghira (Qs. Al-Israโ€™/17: 24). Artinya: Wahai
Tuhan, kasihanilah mereka berdua (ayah dan ibu),
sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu
kecil. Kata rabbayani berarti mendidikku. Orang yang
mendidik disebut murabby.

Di antara alasan kuat kenapa anak diperintahkan
mendoakan kedua orang tuanya adalah karena mereka
berperan sebagai murabby bagi anak-anaknya. Orang
tua mesti mendidik anaknya agar teguh berakidah, taat
beribadah, dan berakhlakul karimah (Qs. Luqman/31:
12-19). Paradigma ini penting bagi orang tua sehingga ia
memiliki visi mendidik anak berbasis tauhid dan
berorientasi dunia akhirat.

Orang tua tidak boleh mengabaikan tugasnya sebagai
pendidik hanya karena menyekolahkan anaknya di
sekolah formal. Guru hanyalah mitra orang tua
mendidik anak. Penanggungjawab utama tetaplah
orang tua. Ketika sekolah formal ditutup sementara,
orang tua dituntut untuk lebih mengoptimalkan
perannya sebagai murabby di rumah.

Kedua, meluruskan dan meneguhkan akidah anak.
Adanya peristiwa Covid19 menjadi momen bagi orang
tua untuk terlibat aktif mendidik akidah anak. Anak

harus diberi pemahaman bahwa setiap yang terjadi
dalam kehidupan ini (termasuk musibah) adalah atas
izin Allah Swt. Orang yang senantiasa beriman kepada
Allah akan diberi petunjuk dalam hatinya (Qs. At-
Taghabun/64: 11).
Iman bukan mengabaikan ikhtiar. Sebab setiap mukmin
diperintahkan Allah Swt untuk memelihara dirinya dan
keluarganya dari segala sesuatu yang membahayakan,
menyengsarakan, terutama adzab di neraka kelak (Qs.
At-Tahrim/66: 6). Maka himbauan para ulama agar
beribadah di rumah, kebijakan pemerintah
memindahkan pembelajaran dari sekolah ke rumah
merupakan bagian dari ikhtiar seorang mukmin.

Ketiga, optimalisasi ibadah. Selama pembelajaran
sekolah dipindahkan di rumah, maka waktu
kebersamaan orang tua bersama anak lebih banyak,
apalagi jika orang tuanya juga banyak di rumah.
Kesempatan ini harus dimanfaatkan orang tua untuk
membiasakan anak beribadah. Ibadah menjadi kunci
utama menentramkan jiwa anak di tengah wabah
Covid19. Tanpa ketenangan, daya imun tubuh bisa
menurun dan membahayakan kesehatan.
Pelaksanaan ibadah di rumah sebaiknya disepakati
dengan anak. Misalnya, setiap shalat harus

dilaksanakan secara berjamaah. Imamnya adalah ayah,
atau anak laki-laki yang ada di rumah. Jika tiada ayah
dan anak lelaki yang mumayyiz, maka sang ibulah yang
menjadi imam. pastikan membaca qunut nazilah setiap
shalat fardhu, sebagai bentuk permohonan pada Allah
Swt agar terhindar dari wabah Covid19.

Anak juga dididik dengan ibadah-ibadah sunat. Di pagi
hari, anak diperintahkan untuk shalat dhuha. Bahkan di
waktu malam bangunkan keluarga, termasuk anak,
untuk mendirikan shalat tahajud. Banyak manfaat
qiyamul lail, di antaranya adalah meningkatkan daya
imun tubuh sekaligus menyehatkan mentalitas
seseorang. Allah Swt pun akan memuliakannya ke
tempat yang terpuji (Qs. Al-Israโ€™/17: 70).

Selama ini ada kesan orang tua tidak membangunkan
anaknya untuk qiyamul lail, alasannya khawatir
terlambat bangun pagi, atau mengantuk di sekolah.
Maka selama anak belajar di rumah, saatnya anak
dibiasakan bangun malam untuk qiyamul lail.

Selain ibadah shalat, tilawah dan zikir juga harus
dioptimalkan. Sesudah shalat maghrib, kondisikan anak
untuk tilawah dan menghafal Al Quran. Quraish Shihab
ketika menafsirkan surat Yunus ayat 57 menjelaskan di

antara fungsi al Quran adalah sebagai syifaโ€™ yaitu obat,
terutama penyakit jiwa. Penyakit jiwa bisa berdampak
pada fisik (psikosomatik). Ibn Masโ€™ud r.a.
memberitakan bahwa ada seseorang yang datang
kepada Rasulullah SAW dan mengeluhkan dadanya.
Nabi SAW bersabda: โ€œHendaklah engkau membaca Al
Quranโ€.

Anak juga harus dibimbing berzikir, seperti zikir pagi
dan sore. Di antara zikir tersebut mengandung
permohonan agar terhindar dari berbagai bahaya. Zikir
yang paling afdhal adalah la ilaha illallah. Dalam hadis
Qudsi Allah Swt berfiman: La ilaha illallah adalah
benteng-Ku, siapa saja yang masuk dalam benteng-Ku,
dia aman dari adzab-Ku (HR. at-Tirmidzi). Maka
perbanyaklah tahlil agar diberi keamanan dari berbagai
bahaya.
Keempat, pembiasaan dan keteladanan dari orang tua.
Untuk mendidik karakter anak, tidak bisa diserahkan
pada guru semata. Justru orang tualah yang memiliki
peran penting. Cara mendidik akhlak anak adalah
mengedepankan pendekatan pembiasaan dan
keteladanan, di samping ilmu tentang akhlak itu sendiri.
Rangkaian ibadah yang dijelaskan di atas, mesti
dibiasakan oleh orang tua. Bukan bersifat musiman. Jika

wabah ini berakhir, teruslah membimbing dan
mengawasi anak agar tetap beribadah secara kontiniu.
Ini yang disebut qanut, yaitu ketaatan secara terus
menerus.
Namuan pembiasaan itu tidak akan efektif tanpa
keteladanan. Keterlibatan orang tua dalam
mencontohkan perilaku baik, termasuk pelaksanaan
ibadah, lebih efektif dari sekedar menyuruh. Abu
Utsman al Hairi berkata: โ€œSatu contoh perbuatan
(keteladanan) dari seorang bijak untuk seribu orang,
lebih efektif dari pada nasehat seribu orang untuk satu
orangโ€.

Kelima, disiplin dan berkomitmen. Menjadikan rumah
sebagai sekolah, harus disiplin dan membuat komitmen
antara orang tua dan anak. Perlu membangun
kesepakatan tentang aktivitas harian selama di rumah.
Ada jadwal layaknya sekolah. Mulai dari bangun subuh
dengan shalat berjamaah, mandi pagi, membersihkan
rumah, sarapan dan makan bersama, belajar (sesuai
tugas yang diinstruksikan guru), shalat dhuha dan shalat
fardhu berjamaah, berjemur sesaat, bermain dan
berolah raga ringan, memasak, tilawah dan menghafal
al Quran, tidur hingga qiyamul lail.

Anak harus disiplin dalam menerapkannya di bawah
bimbingan dan pengawasan orang tua. Termasuk
disiplin hanya sekolah (belajar) di rumah, tidak
berkumpul dan bermain bersama di luar rumah, disiplin
menjaga kebersihan, disiplin mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, juga disiplin mengonsumsi
makanan halal dengan gizi seimbang. Jika hal ini
dilakukan dengan komitmen, maka rumah menjadi
sekolah yang menyehatkan: lahir dan batin.

Akhirnya, kita ambil beragam hikmah dari musibah
wabah Covid19. Di antaranya, mengoptimalkan peran
orang tua sebagai murabby dalam mendidik akidah,
ibadah, dan akhlak anak di sekolah utama: rumah
tangga. Dengan begitu, setiap anak akan bangga
menyebut: Rumahku Sekolahku! Semoga badai wabah
ini cepat berlalu, kualitas diri dan keluarga sebagai
hamba-Nya kian terasah dalam lindungan rahmat Allah
Swt. Wallahu aโ€™lam.

Menurut Ibnu Atha’ illah al-Iskandari (Al Hikam 28) tampilan lahir (fisik) kita adalah cerminan dari keadaan batin kita. Hikmah ini dikuatkan oleh penelitian psycholog Amerika yg meneliti perbedaan tampilan wajah kelompok (experimental group) yang diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata positive, optimis, percaya diri, aman dalam waktu satu bulan terus menerus dengan tampilan wajah kelompok (control group) yg diminta membisikkan pada diri sendiri kata kata negative, pessimis, jengkel, mengumpat terus menerus juga selama satu bulan. Terbukti hasilnya setelah satu bulan kelompok experimen berwajah ceria bahagia (bahkan tampak segar sehat) berbeda dengan kelompok control yang nampak capek, besengut, tidak happy, tidak sehat. Hikmah ini juga memperkuat teori Law of attraction, bhw bila yg kita fikirkan hal hal baik maka bagian dari alam raya yang baik baik akan tertarik (memfasilitasi) terjadinya hal hal baik yang kita fikirkan. Seorang Ulama menyampaikan agar jangan berpikiran negative (khawatir) krn itu bisa menjadi doa dan bisa terjadi. Mari kita bangun fikiran (mbatin) positive dan optimis.

Keyakinan bhw kita akan hidup selamanya tdk bertentangan dengan keyakinan bhw kita akan mati besok kalau kita tahu kapan digunakannya.  Keyakinan bhw kita akan hidup selamanya digunakan saat kita bekerja dan belajar agar serious untuk berhasil semaksimal mungkin, tidak setengah setengah.  Keyakinan bhw kita akan mati besok kita gunakan saat beribadah ritual sehingga ibadah kita khusyuk. 

26 April 2020

Di Yutub, Ustadz Ahmad Zainuddin menggunakan satu hadits yg isinya melarang dan mengharamkan minuman keras, zina, dan alat musik untuk mengkritik dengan keras ustadz Adi Hidayat (UAH) yg membolehkan musik. Kelihatan sekali beda kelas dua ustadz itu. Jawaban cerdas UAH: Anda membaca hadits lepas dari konteksnya. Dalam konteks apa saat itu musik dilarang? Anda belum membaca hadits lain yg membolehkan musik. Ilmu Anda belum lengkap. Musik dilarang dan haram bila terkait dengan perbuatan yang melanggar larangan Allah seperti minuman keras dan zina. Lagian ada dalil yang mengatakan bhw hukum tidak melekat pada objek tapi melekat pada penggunaannya. Seperti pisau tdk punya hukum. Pisau menjadi haram di tangan penjahat karena bisa menjadi alat kejahatan (jangan salahkan pisaunya) tetapi menjadi wajib di tangan tukang masak krn menjadi alat masak. Di yutub lain Pendapat ini didukung oleh Cak Nun, yang kamu haramkan musik itu apanya? Alatnya, liricnya, iramanya, penyanyinya? Kalau ada orang mabuk krn musik ya jangan salahkan musiknya.

(Alm) KH Hasim Muzadi (semoga Allah merahmati beliau): “Orang pinter (punya banyak ilmu) tidak jaminan menjadi orang bener”. Pinter itu di otak, bener itu di hati. Lebih mudah minter kan orang bener (yang belum pinter) daripada benerkan orang (sudah terlanjur) pinter (yang belum bener). Masya Allah patut kita renungkan.

HORMON_*      *_KEBAHAGIAAN_* ๐Ÿฅฐ

*Ternyata, ada hormon kebahagiaan yang dikeluarkan oleh tubuh kita sendiri* yang membuat bahagia, punya daya tahan tubuh yang lebih kuat terhadap penyakit, *yang disebut sebagai Hormon Endorfin*. Nama hormon ini seperti *obat tidur* yang diproduksi secara sehat oleh tubuh dan disebut-sebut juga sebagai penghilang rasa nyeri, bahkan jauh lebih kuat dari banyak obat sekalipun. *Bagaimana hormon endorfin ini diproduksi.?**Saat kita berpikir positif, berperasaan (emosi) positif, dan juga bertindak positif.* Saat kita bersyukur, secara otomatis tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin. Saat kita berpikiran baik, positif, tersenyum, berbahagia dalam hidup, akan lebih banyak hormon endorfin yang keluar. 
*Kalau banyak orang bertanya bagaimana mencari kebahagiaan dan ingin mendapatkannya…?* ternyata tidak perlu jauh-jauh karena yang kita cari ada di pikiran dan hati kita. 
*Kalau pikiran dan hati kita positif, maka* tubuh akan menghasilkan hormon kebahagiaan lebih banyak. *Tidak perlu mencari-cari sumber kebahagiaan dari luar sana, hanya melihat ke dalam diri sendiri, maka* kebahagiaan dan juga kesehatan akan didapatkan.
*Menariknya, hormon kebahagiaan ini* adalah juga *hormon kesehatan*. Kalau kita mau sehat, *hormon ini harus banyak-banyak keluar dari tubuh,   karena hormon endorfin ini bisa memperkuat daya tahan tubuh dan meningkatkan stamina.* Jadi, kalau sering loyo, sering sakit, pegel-pegel, bisa jadi karena masih banyak pikiran dan emosi negatif yang dikeluarkan. 
*Bagaimana agar hormon endorfin ini bisa keluar?*
*Pertama, bangun mindset positif. Berpikir yang positif.* Setiap sesuatu mempunyai dua sisi; positif dan negatif. *Lihatlah segala sesuatu dari sisi positif, dari sisi baiknya. Sehingga yang ada dalam pikiran kita adalah hal-hal baik.* Kalau yang dipikirkan adalah sisi negatif, yang terjadi adalah pikiran kita akan menjadi negatif. Akhirnya timbul rasa marah, kesal, dan juga menyesal. *Sedikit saja hal-hal negatif itu keluar, maka bukan hormon kebahagiaan yang timbul, tetapi hormon yang bahkan merusak tubuh.*
*Selalu bersyukur kepada Tuhan, atas semua nikmat yang diberikan.*Bersyukur … akan membawa kepada kebahagiaan. 
*Kedua, bangun perasaan dan emosi positif.* *Buang semua emosi negatif seperti* marah, dendam, takut, sedih, iri hati, merasa dihakimi, dan sebagainya. *Sebaliknya, bangun emosi positif seperti* cinta, kegembiraan, dan antusiasme dalam mengerjakan sesuatu. Dengan kita menebarkan cinta di rumah, di kantor, dan di mana saja akan membuat suasana menjadi lebih menyenangkan dan menyehatkan. *Saatnya menunjukkan kita adalah orang-orang yang bahagia.*
*Ketiga, lakukan kebaikan setiap saat. Mengerjakan kebaikan akan menjadi sumber kebahagiaan yang luar biasa.* Akibatnya, orang semakin sehat dan semakin positif karena merasa dirinya berharga dan bernilai. *Misi manusia di dunia ini adalah menebarkan kebaikan kepada sebanyak-banyaknya orang.* Dengan berbuat baik, hidup akan lebih bermakna. 
*Kebahagiaan, kesehatan, semua bermula dari hal-hal positif* yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. 

๐Ÿ™‹

๐Ÿปโ€โ™€ *INGIN SEHAT?*
Mulailah *berpikir lebih positif, mengeluarkan emosi yang positif, dan bertindak positif setiap hari.*

 _Salam Bahagia &_       _Salam Endorfin._

๐Ÿป Masihkah kita remehkan (menyombongkan diri dari) bahaya mematikan covid19? Di awal mewabahnya covid19 banyak orang yang โ€˜sombongโ€™ mengatakan bahwa covid19 tidak bahaya, tidak mematikan, yang meninggal itu bukan karena serangan covid19 tetapi karena penyakit bawaannya yang sudah parah seperti diabet, darah tinggi, stroke, dsb. Atau yang meninggal itu karena kepanikannya sendiri. Sekarang terbukti dengan fakta nyata tak terbantahkan bahwa serangan covid19 itu berupa menebalnya lendir yang menyumbat pernafasan, bukan karena diabetnya, tekanan darahnya, atau strokenya. Ada kelompok โ€˜Jabariyahโ€™ yang meremehkan bahaya mematikan serangan covid19 dengan meyakini bahwa tidak ada orang yang meninggal karena serangan covid19, ada atau tidak ada serangan covid19 kalau Allah swt memutuskan manusia itu saatnya mati ya mati. Titik. Tidak perlu khawatir, tetap saja berkegiatan seperti biasa, jamaah di masjid, tabligh akbar. Ini adalah kesombongan atas nama takdir Allah swt.  Mereka lupa bahwa Allah itu membuat keputusan (kun) dengan fenomena proses alami โ€˜sebab akibatโ€™ (fayakuun) agar manusia mau belajar dari fenomena itu. Ingat โ€˜kun fayakuunโ€™ artinya bila Allah telah mengambil keputusan โ€˜akanโ€™ terjadilah proses alami keputusan itu. Lihat kalimatnya โ€˜fayakuunโ€™  dalam bahasa Inggris โ€˜it will (naturally) happen, bukan it happenedโ€™. (Kata Cak Nun). Betul kata Ustadz Abdus Somad di awal mewabahnya covid19 (yang diserang banyak orang) bahwa ini adalah tentara Allah swt untuk menundukkan kesombongan manusia. Orang yang meremehkan bahaya covid19 sehingga tidak melakukan upaya menyelamatkan diri adalah orang yang โ€˜sombongโ€™. Orang yang mengatakan bahwa yang mematikan itu bukan korona tetapi takdir Allah swt sehingga tidak perlu melakukan upaya menjaga diri adalah โ€˜kesombonganโ€™. Allah tidak suka kesombongan karena kesombongan itu hanya milik Allah swt. Sekarang sudah terbukti tentara Allah swt ini tidak terkalahkan, tidak bisa kita usir dari bumi ini. Mereka akan pergi sendiri pada saatnya (fayakuun). Tugas kita adalah dengan merendahkan hati serendah rendahnya menyerah dan menyatakan kalah. Kita hanya perlu berupaya mempertahankan diri (bukan menyerang dan mengusir covid19) dengan meningkatkan daya imun tubuh, berhati hati dengan stay home, dan banyak berdoa memohon ampun dan perlindungan kepada Allah swt agar diselamatkan dari bahaya covid19, dan menyerahkan diri (pasrah bongkokan) bila saatnya meninggal kita mohon khusnul Khotimah. Aku ingat puisi terakhir (Almarhum) Hazim Amir, sastrawan UM (semoga Allah swt memberikan rahmat Nya) yang hanya terdiri dua kata yang sangat menyentuh hati setelah lama berjuang dengan penyakitnya yang berbunyi: (ya Allah) โ€˜Aku kalahโ€™.  Semoga Allah swt segera mengambil kembali covid19 dari bumi ini. Aamiinn.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *