Sejarah

*

NU Mendayung antara Masyumi dan PKI.
Oleh: H. Abdul Mun’im Dz
Sewaktu NU mengadakan Muktamar ke-20 di Medan, Desember 1956, daerah itu sedang bergolak akibat tindakan yang dilakukan oleh Dewan Gajah pimpinan Kol. Simbolon. Di Sumatera Barat, Dewan Banteng pimpinan Kol. Ahmad Husein yang juga melakukan tindakan sama, sehingga Muktamar berlangsung di bawah dentuman meriam dan tekanan bayonet. Untungnya semua hambatan bisa diatasi. Muktamar selesai dengan lancar, meski beberapa peserta termasuk Idham Cholid dan Djamaludin Malik sempat tertahan.
Selesai Muktamar, NU dikejutkan lagi dengan rencana Masyumi untuk menarik para menterinya di kabinet. NU berusaha keras membujuknya agar Masyumi tetap bertahan di kabinet, sebab kalau posisi itu ditinggalkan, maka akan diduduki PKI. Nasehat NU tidak digubris. Masyumi tetapkeukeuh menarik diri dari kabinet sehingga mengakibatkan Ali-Rum-Idham bubar.
Mengingat keadaan negara waktu itu sedang genting, maka Presiden Soekarno pada 14 Maret 1957 mengumumkan negara dalam keadaan bahaya (SOB). Padahal saat itu sangat dibutuhkan keamanan mengingat para wakil rakyat di konstituante sedang giatnya menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Dengan demikian, kehidupan sosial politik menjadi terganggu. Seluruh peraturan normal tidak berjalan lagi dalam mengatur kehidupan negara.
Tepat tengah malam pada 15 Februari 1958, Kiai Wahab terkejut bukan main mendengar Masyumi bergabung dengan pemberontak Dewan Banteng dan Dawan Gajah yang memproklamirkan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Tanpa menunggu waktu lama, Rais Aam PBNU itu segera mengutus santrinya untuk memanggi Ketua Umum PBNU KH. Idham Cholid dan yang lainnya untuk melakukan koordinasi.
Ketika mendapat panggilan dari Rais Aam, tanpa berpikir panjang Idham Cholid segera bangun dan bergegas berangkat. Tentu saja isterinya kaget di tengah malam seperti itu Sang Kiai hendak pergi.
Idham hanya bilang pada isterinya, “saya sedang mendapat tugas dari Pangti (Panglima Tertinggi),” demikian Idham biasa menyebut Rais Aam. Sang isteri segera mafhum terhadap watak Pangti-NU yang cerdik dan tak kenal lelah itu sehingga membiarkan suaminya pergi.
Ketika sampai di rumahnya, ternyata di sana telah berkumpul beberapa orang. Kiai Wahab segera menyambut Idham Cholid dan berkata, “Celaka Masyumi melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan sendiri dengan cara kekerasan dengan memproklamirkan PRRI di Sumatera Barat.”
“Wah ini sudah jelas bughot, tidak bisa dibenarkan, lalu apa yang musti kita lakukan kiai?” tanya Idham Cholid, “Kita harus segera membuat statement(pernyataan/sikap) agar tidak didahului oleh kelompok syuyuiyin (PKI), karena PKI akan memanfaatkan peristiwa ini untuk menggebuk Masyumi dan umat Islam semuanya. Karena itu, kita mengeluarkan pernyataan sikap ini dengan tujuan.
Pertama, agar PKI tahu bahwa tidak semua Islam setuju dengan pemberontakan PRRI. Kedua, agar dunia internasional jangan sampai menganggap bahwa pemerintah pusat sudah sepenuhnya dikuasai PKI, sebagaimana dipropagandakan Masyumi dan PSI untuk menggalang dukungan internasional.” Tandas Kiai Wahab dengan yakin.
“Kapan statement kita keluarkan?” tanya Kiai Idham. “Malam ini kita rapat untuk menyusun draftnya, besok pagi sudah harus diumumkan.”Jawab Kiai Wahab tegas, layaknya seorang Pangti.
Walaupun NU selalu bergandengan tangan dengan Masyumi, tetapi soal pemberontakannya tetap tidak setuju. Bagi NU, Masyumi merupakan mitra penting dalam menghadapi PKI. Karena itu ketika Masyumi dibubarkan tahun 1960, akibat pemberontakan PRRI itu, NU merasa sangat kehilangan mitra perjuangan, sehingga NU berjuang sendiri melawan PKI dalam Kabinet dan Nasakom.
Tetapi sejarawan berbicara lain. NU dituduh ikut mendorong pembubaran Masyumi, kemudian dituduh oportunis karena ikut masuk dalam pemerintahan Bung Karno. Padahal di sana NU tidak hanya bertopang dagu menikmati kekuasaan, melainkan berjuang sendirian menyelamatkan Islam, menyelamatkan negara dan termasuk menyelamatkan Bung Karno dari cengkeraman PKI.

Sumber: nu.or.id (15/1/2009) dan diterbitkan di buku Fragmen Sejarah NU Menyambung Akar Budaya Nusantara, Pustaka Compass, hal. 389

NILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA*
*Tgl 31 Oktober 1948 :*Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH. Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
*Akhir November 1948 :*Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan Seluruh Daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : 1. Ponorogo, 2. Magetan, 3. Pacitan, 4. Purwodadi, 5. Cepu, 6. Blora, 7. Pati, 8. Kudus, dan lainnya.
*Tgl 19 Desember 1948*Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
*Tahun 1949 :* PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
*Awal Januari 1950 :*Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
*Tahun 1950 :* PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
*Tgl 6 Agustus 1951 :*Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yang ada.
*Tahun 1951 :*Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
*Tahun 1955 :* PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
*Tgl 8-11 September 1957 :* Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.
*Tahun 1958 :*Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.
*Tgl 15 Februari 1958 :*Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontakan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
*Tanggal 11 Juli 1958 :*DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
*Bulan Agustus 1959 :*TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
*Tahun 1960 :* Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
*Tgl 17 Agustus 1960 :*Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang “PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)” dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
*Medio Tahun 1960 :* Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 Juta orang.
*Bulan Maret 1962 :* PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
*Bulan April 1962 :*Kongres PKI.
*Tahun 1963 :*PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.
*Tgl 10 Juli 1963 :* Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
*Tahun 1963 :* Atas desakan dan tekanan PKI terjadi penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : 1. KH. Buya Hamka, 2. KH. Yunan Helmi Nasution, 3. KH. Isa Anshari,4. KH. Mukhtar Ghazali, 5. KH. EZ. Muttaqien, 6. KH. Soleh Iskandar, 7. KH. Ghazali Sahlan dan8. KH. Dalari Umar.
*Bulan Desember 1964 :*Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
*Tgl 6 Januari 1965 :*Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.
*Tgl 13 Januari 1965 :* Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.
*Awal Tahun 1965 :*PKI dengan 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
*Tgl 14 Mei 1965 :* Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
*Bulan Juli 1965 :* PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota’y di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.
*Tgl 21 September 1965*:Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
*Tgl 30 September 1965 Pagi :* Ormas PKI Pemuda Rakyat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
*Tgl 30 September 1965 Malam :* Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut  GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : 1. Jenderal Ahmad Yani,2. Letjen R.Suprapto, 3. Letjen MT.Haryono, 4. Letjen S.Parman, 5. Mayjen Panjaitan dan6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh Aiptu Karel Satsuitubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan Rumah Jenderal AH. Nasution. PKI juga menembak Putri Bungsu Jenderal AH. Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, *Ade Irma Suryani Nasution*, yang berusaha menjadi Perisai Ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : 1. Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan2. Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta 3. Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain :*Angkatan Darat :*1. Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, 2. Brigjen TNI Soepardjo dan3. Kolonel Infantri A. Latief.*Angkatan Laut :*1. Mayor KKO Pramuko Sudarno, 2. Letkol Laut Ranu Sunardi dan 3. Komodor Laut Soenardi.*Angkatan Udara :*1. Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, 2. Letkol Udara Heru Atmodjo dan 3. Mayor Udara Sujono.*Kepolisian :* 1. Brigjen Pol. Soetarto,2. Kombes Pol. Imam Supoyo dan 3. AKBP Anwas Tanuamidjaja.
*Tgl 1 Oktober 1965 :*PKI di Yogyakarta juga Membunuh :1. Brigjen Katamso Darmokusumo dan 2. Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil Alih Kekuasaan.
*Tgl 2 Oktober 1965 :*Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.
*Tgl 6 Oktober 1965 :*Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
*Tgl 13 Oktober 1965 :*Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.
*Tgl 18 Oktober 1965 :*PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
*Tgl 19 Oktober 1965 :* Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
*Tgl 11 November 1965 :* PNI dan PKI bentrok di Bali.Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.
*Bulan Desember 1965 :*Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
*Tgl 11 Maret 1966 :*Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.
*Tgl 12 Maret 1966 :*Soeharto melarang secara resmi PKI. 
*Bulan April 1966 :*Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
*Tgl 13 Februari 1966 :*Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : *”Di Indonesia ini tidak ada partai yang Pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar Partai Komunis Indonesia…”*
*Tgl 5 Juli 1966 :* Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
*Bulan Desember 1966 :*Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pada tahun 1967.
*Tahun 1967 :*Sejumlah Kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.
*Bulan Maret 1968 :*Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.
*Pertengahan 1968 :*TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.
*Dari tahun 1968 s/d 1998*Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015
*Pasca Reformasi 1998*Pimpinan dan Anggota PKI yang dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yang sangat panjang, dan jangan biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini.
Semoga Tuhan YME senantiasa melindungi kita semua
*BAGIKAN SEJARAH INI.* *JADIKAN PELAJARAN**BUAT GENERASI YANG AKAN DATANG*
🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇮🇩*INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA*

ASAL TAHU AJA*”MEMOTONG SEJARAH ULAMA”Dahulu, ada tokoh pendidikan internasional, namanya  *Dr. Sudjatmoko* _(Rektor Universitas PBB)._
 Beliau pernah berkata, pada zaman akhir ini, alternatif pendidikan terbaik adalah *pondok pesantren,* dengan catatan: _*memakai manageman modern.*_
 Secara metode mengaji tetap memakai _*salafiyah,*_ namun dalam hal tata-kelola menggunakan manageman *modern*.
_Santri pondok pesantren itu ampuh._
 _Di tanah Jawa ini, yang paling ditakuti penjajah Belanda adalah santri dan tarekat._
Ada seorang santri yang juga penganut _tarekat,_ namanya *Abdul Hamid.*
Ia lahir di Dusun _Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta._ 
Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada _*KH Hasan Besari.*_
*Abdul Hamid* ngaji _kitab kuning_ kepada _*Kyai Taftazani Kertosuro.*_
 Ngaji _Tafsir Jalalain_ kepada _*KH Baidlowi*_ Bagelen yang dikebumikan di Glodegan, Bantul, Jogjakarta. 
Terakhir *Abdul Hamid* ngaji _ilmu hikmah_ kepada _*KH Nur Muhammad*_ Ngadiwongso, Salaman, Magelang.
*Abdul Hamid* sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama lima tahun, 1825-1830. 
*Abdul Hamid* wafat dan dikebumikan di *Makassar*, dekat Pantai Losari. 
*Abdul Hamid* adalah _Putra *Sultan Hamengkubuwono ke-III*_ dari istri Pacitan, Jawa Timur. 
*Abdul Hamid* patungnya memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang.
 Menjadi nama di Kodam Jawa Tengah.
 Terkenal dengan nama: *Pangeran Diponegoro.*
_Belanda resah menghadapi perang Diponegoro._
Dalam kurun lima tahun itu, uang kas Hindia Belanda habis, bahkan punya banyak hutang luar negeri.
Nama aslinya *Abdul Hamid.*Nama populernya *Diponegoro*. 
Adapun nama lengkapnya adalah _*Kyai Haji Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong.*_
Tidak hanya *Diponegoro*, anak bangsa yang didik para ulama menjadi tokoh bangsa. 
Diantaranya, di Yogjakarta ada seorang ulama bernama *Romo K Sulaiman Zainudin* di Kalasan Prambanan.
 Punya santri banyak, salah satunya bernama *Suwardi Suryaningrat.*
 _Suwardi Suryaningrat_ ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak _Pendidikan Nasional_ yang terkenal dengan nama *Ki Hajar Dewantara.*
 Jadi, *Ki Hajar Dewantara* itu santri, ngaji, murid seorang ulama besar.
 Sayangnya, sejarah *Ki Hajar* mengaji _al-Quran_ tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya _*Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.*_Itu sudah baik, namun belum komplit. Belum utuh.
 Maka nantinya, untuk rekan-rekan guru, mohon diterangkan bahwa *Ki Hajar Dewantara*  selain punya ajaran _Tut Wuri Handayani,_ juga punya ajaran _*al-Quran al-Karim.*_
Perlu diketahui bahwa ketika Indonesia merdeka, ada _*sayyid*_ warga _Kauman Semarang_ yang mengajak bangsa kita untuk bersyukur. 
Sang _Sayyid_ tersebut menyusun lagu syukur. 
Dalam pelajaran Sekolah Dasar disebutkan *H Muthahar.*
 _H Mutahar_ Itu bukan _Haji Muthahar_, namun *Habib Husein Muthahar*, yang menciptakan lagu syukur. Beliau adalah Pak Dhenya _Habib Umar Mutohar SH_ Semarang. 
Jadi, yang menciptakan lagu syukur yang kita semua hafal adalah seorang _*sayyid*_, cucu baginda Nabi. 
Mari kita nyanyikan bersama-sama.
_*Dari yakinku teguh*__*Hati ikhlasku penuh*__*Akan karuniamu*__*Tanah air pusaka*__*Indonesia merdeka*__*Syukur aku sembahkan*__*Kehadiratmu tuhan*_ Itu yang menyusun cucu nabi, *Sayyid Husein Muthahar,* warga kauman Semarang. 
Akhirnya oleh pemerintah waktu itu diangkat menjadi _Dirjen Pemuda dan Olahraga._ Terakhir oleh pemerintah dipercaya menjadi _Duta Besar di Vatikan,_ negara yang berpenduduk _Katholik_.
 Di _Vatikan_, *Habib Husein* tidak larut dengan kondisi, malah justeru membangun masjid.   _Hebat !!!_
Lebih hebatnya lagi, *Habib Husein Muthahar* menyusun lagu yang hampir se-Indonesia hafal semua. 
Suatu ketika *Habib Husein Muthahar* sedang duduk, lalu mendengar adzan shalat dzuhur.
 Sampai pada kalimat _*hayya alas shalâh*_, terngiang suara adzan.
 Sampai sehabis shalat berjamaah, masih juga terngiang. Akhirnya hatinya terdorong untuk membuat lagu yang cengkoknya mirip adzan, ada *“S” nya, “A” nya, “H” nya.*
Kemudian pena berjalan, tertulislah:
_*17 Agustus tahun 45*__*Itulah hari kemerdekaan kita*__*Hari merdeka nusa dan bangsa*__*Hari lahirnya bangsa Indonesia*__*Merdeka*__*Sekali merdeka tetap merdeka*__*Selama hayat masih dikandung badan*__*Kita tetap setia tetap setia*__*Mempertahankan indonesia*__*Kita tetap setia tetap setia*__*Membela negara kita*_
Maka peran para ulama, kyai dan para _sayyid_ tidak sedikit dalam pembinaan patriotisme bangsa. 
Malahan, *Bung Karno,* ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, minta didampingi putra ulama atau kyai.
 Tampillah seorang dari kampung _Batu Ampar_, *Maya Kumbung,* Sumatera Barat. _Siapa beliau?_ *H. Mohammad Hatta.* Beliau putra ulama.
 *Bung Hatta* adalah putra _Ustadz Kyai Haji Jamil,_ Guru _*Thariqah Naqsyabandiyyah – Kholidiyyah*_. 
Akhirnya, *Bung Hatta* menjadi wakil presiden pertama.
Sayang, sejarah *Bung Hatta* adalah putra ulama dan putra penganut _*tarekat*_ tidak pernah dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya *Bapak Koperasi*.
_Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh._ _Jangan sekali-kali memotong sejarah._ _Jika anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah anda akan dipotong oleh Allah SWT._  *Semoga bermanfaat .*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *