Berusaha, sabar dan berdoa… Seekor rusa betina sedang bunting / Hamil ketika hampir detik-detik melahirkan, ia pergi ke suatu tempat yang jauh di pinggir hutan yang berdekatan dengan sungai. Tiba-tiba sesuatu yang tidak ia bayangkan terjadi, terdengar suara gemuruh dari langit dan tampak kilat yang menyambar kepermukaan bumi. Hutan kering ini terbakar dahsyat karena percikan api dari petir tersebut. Ketika rusa ini menoleh ke kiri, tampak seorang pemburu telah siap melesatkan anak panah ke arahnya, dan saat ia menoleh ke kanan, ia pun terkejut melihat seekor singa lapar yang siap menerkamnya. Maka tiada pilihan bagi rusa ini selain : 1. Mati dimangsa singa. 2. Mati terkena panah. 3. Mati terbakar. 4. Atau mati tenggelam karena melompat ke sungai. Yang jelas saat itu Bahaya mengancam dari berbagai penjuru dan tidak ada lagi kesempatan untuk berlari. Lalu apa yang harus ia lakukan? Bersedih ataukah merintih? Menangis dan menjeritkah? Atau ia harus berlari sementara kondisinya begitu lemah? Atau ia harus menyerah pada keadaan? Rusa pun pasrah, dia hanya fokus untuk melahirkan bayinya. Lalu apa yang terjadi? Kilat-kilat yang menyambar mengganggu pandangan si pemburu, akhirnya panah yang dilesatkan pun meleset dan mengenai si singa lapar. Singa malang itu mati seketika. Sementara itu tiba-tiba hujan datang begitu deras dan memadamkan kebakaran hebat di hutan tersebut. Karena lebatnya hujan yang tercurah saat itu, pemburupun lari mencari tempat berteduh dan tidak fokus lagi kepada rusa tersebut. Rusapun melahirkan dengan selamat. Sahabatku yang Budiman, terkadang dalam perjalanan hidup segala kesulitan menyerbumu dari segala arah. Masalah datang bertubi-tubi seakan tak memberimu kesempatan untuk bernapas lega, masalah di tempat bekerja, di dalam rumah, di jalan, kondisi pasangan dan anak-anak kita semuanya terkadang datang bersamaan, seakan kamu tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Lalu apa yang harus dilakukan? Jadilah seperti Rusa, biarkan semuanya berjalan apa adanya, tetaplah fokus dan optimis. Lakukan sesuatu yang mampu kau lakukan, selebihnya serahkan kepada Tuhan. Karena Tuhanlah yang mengatur jalan kehidupan kita. Selamat pagi Semoga semuanya Bahagia selalu =============================== Kita semua yakin bahwa hanya ‘kebaikan’ yang mendatangkan ‘kemaslahatan’ yang kita inginkan bersama dan sebaliknya kita yakin ketidak adanya kebaikan mendatangkan kerusuhan yang jelas tidak kita harapkan. Kejahatan tidak selalu sepenuhnya menjadi kesalahan pelaku kejahatan tetapi mungkin juga karena kesalahan orang baik yang membiarkan atau bahkan menciptakan peluang terjadinya kejahatan itu. Orang tua yang ketahuan mencuri hp itu bukan penjahat, tetapi orang baik yang sekedar ingin anaknya punya kesempatan belajar dengan daring. Untung pihak kejaksaan itu baik sehingga memaafkan pencuri hp itu dan memberi uang untuk beli hp agar anaknya bilsa belajar dari rumah. Mungkin banyak pencuri di era pandemi ini yang terpaksa mencuri bukan karena jahat tetapi sekedar untuk menyambung hidup dirinya dan anak istrinya. Tugas kita masing masing dan bersama sama adalah memasarkan moral kebaikan kepada semua orang lain dan memperkecil peluang kejahatan. Orang tua wajib memasarkan kebaikan kepada istri, anak dan cucunya, guru kepada para muridnya, kyai kepada para santrinya, ulama kepada umatnya, pemimpin kepada rakyat yang dipimpinnya, Setiap orang wajib memasarkan kebaikan kepada siapapun khususnya yang belum baik. Jadi siapapun yang belum baik harus menjadi calon ‘pembeli’ moral kebaikan yang kita jual. Kita yang memasarkan moral kebaikan tidak boleh memusuhi siapapun yang masih belum memiliki moral kebaikan agar tidak menjauhi kita. Setiap orang lain yg belum baik harus kita doakan segera mendapat hidayah kebaikan. Jadi tidak ada alasan untuk memusuhi siapapun termasuk yang memusuhi kita karena mereka calon pembeli moral kebaikan yang kita jual. Kita niatkan ikhlas memasarkan kebaikan untuk kemaslahatan kita bersama. Inilah perjuangan kita bersama. Ketika orang lain menyakiti kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu dan bisa kita lupakannya… Bila sesuatu yang baik dan luar biasa diperbuat orang lain pada kita, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin waktu dan akan teringat selamanya.” ================================================ Bila ada yang beda maklumilah Dalam kegiatan yang melibatkan rombongan seringkali ada satu atau dua orang yang beda yaitu selalu terlambat masuk kendaraan sehingga menjengkelkan bagi anggota yang lain.ya maklumlah. Rombongan hajiku 2ada satu pasangan suami istri yang beda, yaitu tdk mau mengikuti rombongan, sehingga menyulitkan ketua regu. Ya maklumilah. Dalam satu kelas yang telah diseleksi dengan ketat, seringkali ada satu atau dua orang yang ternyata tidak mampu mengikuti kelas. Ya maklumilah. Youtube video itu mempertontonkan orang banyak ber ramai ramai mengambil paksa jenazah salah seorang anggota keluarga mereka dari RS yang menahannya krn menyatakan jenazah tsb meninggal krn terjangkit positive covid19 dan harus dimakamkan dengan protokol covid 19 oleh RS. Mereka (anggota keluarga itu) tidak percaya dengan (menganggap berbohong) pernyataan RS itu, dan memaksa membawa pulang jenazah itu dengan menggotong berestafet, memandikan, dan mensholatkan seperti biasa. Ya Allah aku bingung, siapa yang harus aku percayai, betulkah lembaga medis melakukan kebohongan? Apakah info kematian para tenaga medis itu juga bohongan? Saya ingat pernyataan Prof. JE Sahetapy bahwa ‘kebohongan’ pasti terbongkar pada saatnya. Upayakan berperan aktif untuk keberhasilan sebuah (work) team (berkontribusilah sebanyak mungkin dalam team), tetapi jangan membuat keberhasilan team itu selanjutnya bergantung Anda. Keberhasilan team itu tanpa peran Anda adalah keberhasilan Anda juga. Kegagalan team itu hanya karena Anda tidak ikut berperan adalah kegagalan Anda juga. Ada kalanya semakin tinggi index angkanya semakin rendah nilainya, misalnya eselon 4 naik ke eselon 3. Semakin ‘rendah hati’ semakin ‘tinggi’ tingkat terpujinya. Bahkan yang ‘negative’a. lebih diinginkan dari pada yang ‘positive’, semua orang ingin negative wabah corona tidak ada yang mau terkena ‘positive’ korona. Orang yang rendah hati selalu berupaya rendah hati tetapi tidak pernah merasa dirinya rendah hati Alhamdulullaah prodi Bahasa Ingris S3, S2, S1 ELT, dan S1 Sastra UM mendapat akredirasi A semua dan BANPT Tidak terasa saya terbiasa (dan merasa nyaman) memahami dan mengganti kata ‘rata rata’ dengan ‘rerata’ tetapi saat membaca ‘gegara’ yang mengganti kata ‘gara gara’ telinga saya kok belum bisa nyaman. Ketika kita berdoa kita menengadahkan tangan ke atas. Jangan gunakan logika literal bahwa itu berarti Tuhan berada di suatu ‘tempat’ di atas sana. Di ‘atas’ itu artinya Tuhan ‘mengetahui’ seluruh machluqnya sekecil apapun karena Allah yang menciptakan seluruh machluq. Jadi tidak perlu bertanya Tuhan ada di mana, krn pertanyaan itu menunjukkan bahwa si penanya tak paham apa yang dia tanyakan krn dia berlogika literal belum mampu berfikir simbolic. Video petani menyuntik buah melon dengan zat pewarna. Semoga hoax. Sejahat itukah? Apa yang dimaksud hidup ‘berdampingan’ dengan vovid19? Membiarkannya saja krn kita tdk bisa mengusirnnya? Mengabaikan dan menganggap tidak ada? Tetap menganggap ada dan berbahaya tetapi kita yang memperketat protokol? Masjid besar di Dubai itu diberi nama ‘Maryam the mother of Jesus Mosque’ Mengapa menggunakan nams’Jesus’ bukan ‘Isa’? Bukankah Jesus itu berkonotasi pengakuan ‘Isa itu Tuhan? Apakah itu sekedar bahasa bhw Jesus itu adalah Isa, Nabinya orang Islam yang dipanggil Jesus oleh orang Barat yg tidak bisa berbahasa Arab? Mentri Agama mendatangi kantor MUI untk membahas penerapan kurikulum Bahasa Mandarin di Madrasah..Semoga hoax. Fir’aun mengaku sebagai Tuhan dan dipercaya oleh semua balatentaranya kecuali Musa a.s. Tuhan itu yang menciptakan dunia dan seluruh isinya. Tuhan itu ada sebelum menciptakan dunia seisinya. Masuk akalkah kalau Fir’an itu menciptakan dunia dan seisinya padahal saat Fir’au lahir, dunia dan seisinya sudah ada? (Gus Baha’) Mari membaca Wahyu (instruksi) pertama yang diberikan Allah swt melalui Rosulullah Muhammad saw adalah perintah ‘membaca’. Membaca itu bermakna luas, antara lain mencermati, mempelajari, merenungkan, mengkaji, meneliti. Tujuan ‘membaca’ adalah untuk memahami, mengerti, mengambil pelajaran, mengambil hikmah. Manfaat ‘hasil membaca’ adalah menjadi tahu, menjadi cerdas (knowlegable), menjadi pinter, menjadi bijak (berkompetensi tinggi) dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga hidupnya bernilai (bermanfaat). Manusia yang tinggi drajat/nilainya adalah yang amal perbuatannya bermanfaat. Tidak mungkin perbuatan seseorang bermanfaat bila dia tidak berkompetensi, kompetensi tidak mungkin dimiliki seseorang yang tidak berpengetahuan, seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan bila tidak mau membaca. Kegiatan membaca itu adalah melaksanakan perintah/instruksi/wahyu Allah swt. Apa yang harus dibaca? Semua fenomena alam baik yang sudah diwayukan Allah dalam bentuk verbal kepada Rosulullah, yang dicontohkan dan disampaikan, atau dibenarkan oleh Rosulullah Muhammad saw yang direkam secara verbal berupa hadits hadits, maupun fenomena yang terhampar di alam raya. Assumsi dasarnya adalah setiap fenomena baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis membawa makna. Makna itu akan datang kepada mereka yang mau membaca (mencermatinya) dengan niat ikhlas untuk memahami. Sesorang bisa jatuh ke dua kalinya pada lobang yang sama (bodoh) karena tidak mau membaca pengalamannya. Balaslah penghormatan yan diberikan orang lain dengan penghormatan yang lebih baik. (Qur’an An Nisa’ 86).Tetapi maafkanlah orang yang merendahkan (tidak menghormati) kita dengan doa untuk kebaikan dirinya. Assessmen (penilaian proses formative) atau evaluasi (penilaian hasil summative). Kegiatan pembelajaran (formal, informal, atau non-formal) selalu diarahkan untuk mencapai target kemampuan yang telah ditetapkan. Setelah seluruh proses pembelajaran selesai dilaksanakan, dilakukanlah penilaian (evaluasi) untuk menentukan (hasil final) apakah kegiatan yang telah dilaksanakan itu berhasil/lulus atau tidak berhasil/gagal/tidak lulus (summative evaluation). Namun sebelum dilakukan penilaian evaluasi summative (untuk menentukan hasil final), dalam proses pembelajaran dilakukan juga penilaian untuk melihat kemajuan pencapaiannya (formative assessment). Informasi dari penilaian formative ini dipakai untuk perbaikan proses pembelajaran agar lebih baik dalam mencapai target pembelajaran (bukan untuk nilai final). Kedua penilaian ini sangat berbeda, tidak boleh dirancukan. Penilaian kemajuan (formative assessmen) bisa dilakkukan oleh siswa sendiri (self assessment), oleh teman (peer assesment), atau oleh gurunya (teacher assessmen) berupa masukan perbaikan (feedback). Penilaian hasil (evaluation) hanya boleh dilakukan gurunya atau pihak lain yang terkait. Sesama teman hanya boleh melakukan formative ssessmen tidak berhak melakukan evaluasi final. Begitulah gambaran hidup ini. Kita semua berusaha mencapai target akhir kehidupan yg kita inginkan. Kita akan mendapatkan penilaian akhir (evaluasi final) dari Allah swt yang menentukan apakah kita berhasil atau tidak berhasil mencapai target hidup yang kita inginkan. Evaluasi hasil final itu akan diberikan oleh Allah swt kepada kita setelah kita dipanggil menghadap Nya (setelah proses/upaya dalam hidup ini selesai) dan tidak ada kesempatan untuk perbaikan. Namun sebelum itu kita akan mendapat penilaian proses (formative assesmen) sebagai feedback bahan perbaikan cara hidup kita. Kita sesama manusia boleh melakukan peer assessmen (masukan untuk perbaikan) tetapi tidak berhak memberikan final evaluation. Jadi kepada teman yang melakukan kesalahan, berikanlah masukan perbaikan yg bisa diterima dengan baik, jangan pernah menghakimi final. Siapa tahu dia akan berubah dan bahkan lebih dari kita (Gus Baha’) Gus Baha’ menyebutkan memahami agama itu jangan literal tapi harus menggunakan akal. Contoh Riba secara literal didefinisikan mengembalikan (hutang) lebih besar dari pinjaman nya. Kalau 2 tahun lalu pinjam Rp.5 ribu (seharga seekor ayam saat itu) sekarang diminta mengembalikan Rp. 15 ribu (seharga seekor ayam saat ini) ada ribanya apa nggak? Selisih Rp. 10 ribu itu Riba? Atau ngembalikannya juga tdk boleh dari Rp.5 ribu (seharga krupuk saat ini?) THR yang terkumpul sebesari Rp. 55 juta dibagi bagikan kepada para pejabat Kemendikbud oleh Rektor UNJ diberitakan terkena OTT KPK. Prestasi KPK kah ini atau kurang kerjaan? Sudah selesaikah mengurus korupsi milliaran para pejabat negara? Semoga ini hoax Orang beriman itu wajib mengikuti tuntunan Allah swt, meneladani (mengikuti contoh) Rosul, dan mentaati anjuran pemerintah (Qur’an An Nisa’ 59). Ukuran keberhasilan ibadah Romadhon adalah penerapan nilai nilai mulia yang kita latihkan pada diri kita selama bulan Romadhon (sustainability). Saya punya group WA perumahan saya yang beberapa anggotanya fanatik pembela Jokowi. Bila ada postingan yg menyalahkan pemerintah mereka marah luar biasa. Saat saya copas tulisan yg mengkritik pemerintah krn terlalu banyak didikte oleh para predator, mrk pun marah keras. Tetapi ketika saya copas kritik yg sama oleh Ade Armando (idola mereka) lho mrk kok tidak bersuara. Ketika saya posting Din Syamsudin yg mengkritik konser pemerintah mrk marah dengan kata kata kasar Orang sekelas Din Syamsudin ngawur ttg adanya konser. Setelah dari kelompok mrk ada yg posting gambar Said Aqil Siroj yang juga mengkritik konser itu lho mrk kok tidak komen sama sekali. Kesimpulan saya mrk selalu menolak infirmasi yg mrk tdk setuju dengan “menghoax kan’ info itu. Mereka mau mendengarkan bila info itu dari kelompok mrk sendiri. Era digital millenial dengan derasnya informasi dari media sosial yang tanpa kendali sekarang ini menuntut kita untuk cerdas memilah dan memilih informasi yang benar dan factual dari info yang bohongan/rekayasa/hoax, (videopun bisa direkayasa), informasi yang benar dan bermanfaat dari informasi yang tidak bermanfaat (walaupun mungkin benar apalagi yang salah), informasi yang objective logis dari informasi yang subjective emosional, informasi yang bertujuan memberi kritik (otokritik) membangun dari informasi yang menghujat menjatuhkan, informasi yang mengajak bersatu dari informasi yang memecah belah, dst Jangan sampai tertukar keliru menganggap yang benar itu hoax atau yang hoax itu benar, jangan keliru menganggap yg emosional itu objective atau yang objective itu emosional. Oleh karena itu doa yang terus kita panjatkan adalah ‘Ya Allah tunjukkan kepada kami bahwa yang benar itu benar (dan beri kami kemampuan untuk mengikutinya), tunjukkan kepada kami yang salah itu salah (dan beri kemampuan kami untuk menghindarinya). Berdiskusilah jangan berdebat Berdiskusi dilakukan dengan niat tulus untuk belajar meningkatkan (dan berbagi) pengetahuan dari kawan (wa tawaashou bil haq). Belajar (melalui diskusi) itu bisa terjadi (berhasil) bila kawan diskusi membuka diri (open mind) tidak ada filter emosional yang menghalangi masuknya informasi yang baik ke dalam otak (hati). Belajar (dengan berdiskusi) itu saling mendengarkan ide kawan dan saling mengingatkan kawan. Bila informasi yang disampaikan kawan dianggap salah, kawan diskusi saling mengorksi dengan baik. Bila terjadi perbedaan pendapat, kawan diskusi berusaha untuk saling memahami latar belakang (argumentasi) ide yang berbeda itu. Hasil berdiskusi adalah tambahnya pengetahuan, wawasan, meningkatnya kebajikan, dan semakin kuatnya silatur rohim antar kawan diskusi. Insya Allah semakin mendekatkan diri kepada Allah swt. Berdebat sangat beda dengan berdiskusi. Berdebat dilakukan dari awal dengan niat untuk memenangkan perdebatan. Dari awal sudah membawa kesimpulan debat bhw ide lawan diskusi harus salah atau harus disalahkan, tidak perlu didengar atau diperhatikan (closed mind). Seperti kata Bimbo : punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak mendengar. Peserta (lawan) debat tidak saling mendengarkan karena sibuk konsentrasi mencari kelemahan dari ide lawan dan sibuk memikirkan strategi untuk menjatuhkan lawan. Sering kita dengar istilah ‘debat kusir’. Hasil debat adalah kepuasan bathin (nafsu) telah berhasil memenangkan perdebatan (rasa unggul/lebih hebat/superior dan layak mendapat pujian/sanjungan dari lawan) bagi yang merasa menang atau kekecewaan bagi yg merasa kalah dalam perdebatan dan dendam untuk lain kali mencari peluang (syahwat) untuk membalas kekalahannya. Akibat perdebatan adalah semakin renggangnya hubungan antar lawan (bukan kawan) debat. Bagi yang lebih memilih berdiskusi kegiatan berdebat itu mubadzir karena tidak memberi nilai tambah, tidak ada gunanya menyampaikan ide sebaik apapun krn tdk akan pernah didengarkan oleh lawan debat. Bagi yang.lebih memilih diskusi upaya untuk dianggap “superior” itu justru yang dihindari karena itu adalah ‘riya dan sombong’ yang menghalangi ketulusan berbagi ilmu, menghalangi upaya mendekatan diri kepada Allah swt. ‘Hukuman’ Allah swt terhadap hamba Nya tdk pernah melebihi (mendholimi) ukuran kesalahan (yg dilakukan hamba tersebut) bahkan cenderung lebih kecil dibanding kesalahannya atau bahkan bisa dimaafkan bila bertobat. Tetapi ‘ganjaran’ kebaikan yang diberikan Allah swt kepada hamba Nya selalu berlipat ganda (tak terhitung kelipatannya) dibanding perbuatan baik yang telah dilakukan apalagi di bulan suci ini. (Qur’an surat An Nisa’ :40). Ketidak jujuran (adalah karakter/watak) yang cepat atau lambat akan ketahuan. Orang yang ketahuan (berwatak) tidak jujur akan sulit mencari partner kerjasama karena orang yang (berwatak) sangat tidak jujurpun lebih memilih partner yang (berwatak) jujur. Kata Bung Hatta: Partner yang kurang pinter (tapi jujur) bisa dilatih menjadi pinter, tetapi partner yang (berwatak) tidak jujur (tidak bener) (walaupun pinter) tdk bisa (sulit sekali) dilatih menjadi jujur (bener). Sekali saja kepercayaan yang diberikan itu tercederai (hilang) selamanya sulit untuk dikembalikan. Behaviouristic atau cognitivistic Upaya peningkatan intensitas keimanan dan ketaqwaan (iman dan taqwa itu ada dalam hati) harus terus menerus diupayakan (pesan utama setiap khutbah). Ada yang berupayan meningkatkan iman dan taqwanya dengan mengucapkan kalimat toyyibah berulang kali misalnya melafalkan dengan keras kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ 100x (atau sekian ratus kali) berjamaah setelah selesai sholat berjamaah (behavioristic). Penalarannya adalah bahwa isi hati manusia itu sangat berkaitan dengan kebiasaan kegiatannya. (bisa karena biasa). Ucapan bibir saat ajal datang terkait dengan kebiasaannya. Kebiasaan mengumpat saat hidup akan sulit mengucapkan kalimat tauhid saat ajal menjemput. Semakin banyak lesan mengucapkan dzikir semakin tinggi kualitas iman dan taqwa tertanam dalam hati. Ada yang berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwa dengan melakukan perenungan ayat ayat Allah atau kebesaran Allah (cognitivistic). Penalarannya adalah semakin intensive perenungan dalam fikirannya akan semakin tinggi kualitas iman dan taqwa tertanam dalam hatinya. Perbedaan cara ini syah dan indah tidak perlu saling menyalahkan. Perbedaan dalam memahami ajaran Islam itu menjadi indah bila saling menghormati tidak saling memusuhi Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan Ketika ditanya: bolehkah setelah selesai sholat berjamaah para jamaah bersalam salaman? Cak Nun balik bertanya pada si penanya: bolehkan menyalakan handphone setelah selesai sholat berjamaah? Perbuatan ‘baik’ yang dilakukan dengan ikhlas semata melaksanan ‘tuntunan’ Allah swt bernilai ibadah tinggi untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, tetapi nilai itu menjadi berkurang bila disertai harapan untuk mendapat ‘penghargaan’ atau ‘pujian’ dari orang lain (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 4). Jangan mendoakan ‘jelek’ pada orang yang berbuat ‘tidak baik’ tapi doakan dia mendapat hidayah dari Allah untuk bertobat (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 3). Sulit mendeteksi kedekatan manusia dengan Allah swt. Orang yang mendekat dengan Allah selalu berupaya menyembunyikan (dari orang lain) kedekatannya dengan Allah krn khawatir menjadi riya yg akan menggagalkan kedekatannya dengan Allah swt. (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam buku 2 no 1) Bukan berbangga atas keberhasilan yang telah dicapai tetapi bersyukur kepada Allah yang telah memfasilitasi upaya yang telah dilakukan dan telah menghadiahi keberhasilan lebih dari yang telah diupayakan. Manusia berusaha, Hasil hadiah dari Allah swt. Yang alami (rasional) usaha itu berbanding lurus dengan hasil, semakin baik usaha semakin tinggi hasilnya. Orang yang beriman selalu yakin usaha itu kewajiban manusia sedangkan hasil itu kita serahkan (tawakkal) kepada Allah.swt. Hasil itu harus kita syukuri dan kita yakini sebagai hadiah dari Allah swt bukan semata krn upaya kita. Bagaimana kita menerangkan keberhasilan Putra (5 tahun) dan putri (3 tahun) nya Ustadz Adi Hidayat yang hafal 30 juz AlQur’an? Tidak mungkin bisa kita jelaskan secara nalar kita kalau bukan karena ‘hadiah’ Allah swt. Secara nalar upaya menghafal harus membaca (padahal belum bisa membaca) atau mendengarkan berulang ulang (durasi waktu tdk mungkin krn sekarang baru usia 3 tahun). Ada beberapa contoh lain hafidz 30 juz Al Qur’an oleh anak kecil, bahkan ada anak kecil yang (maaf) tidak normal (handicapped) hafal Al Qur’an, ada anak kecil yang otaknya tdk bisa menggerakkan anggota badannya (lumpuh di kursi roda) hafal Al Qur’an, ada anak kecil yg autis hafal Al Qur’an. Mereka diberi hadiah oleh Allah berupa kemampuan hafal AlQur’an. Maasya Allah. Yang.perlu.kita pelajari adalah bagaimana memohon.hadiah Allah swt. Topik pembahasan keutamaan malam malam laylatul qodar adalah topic rohani berkaitan dengan hati/batin, bersifat figurative, imaginative, simbolic, hanya relevan untuk yang percaya (beriman) bukan topik literal konkrit visual. Jadi jangan coba coba divisualisasi (dikonkritkan) seperti apa. Misalnya tidak benar informasi bhw yg mendapatkan laylatul Qodar akan mengalami peristiwa (fisik visual) luar biasa. Sehingga yg tdk mengalami kejadian (fisik) luar biasa menganggap dirinya tdk mendapat keutamaan laylatul Qodar (Aa’ Gym). Masuknya laylatul Qodar itu ke (dirasakan) dalam ‘hati/rohani’ bukan ke dalam jasmani. Mari kita sambut keutamaan malam malam laylatul Qodar dengan lebih khusyuk bersujud memohon kasih sayang Allah, memohon bimbingan kepada Allah, memohon perlindungan Allah, agar kita bisa menjadi machluq yang selalu mendapat ridho Nya. Ada tulisan (di FB) yang berusaha menyudutkan agama (walaupun saya menduga maunya otokritik) dan saya jawab dengan keras agak emosional. Itu tulisan dia. Yg menjadikan saya bersikap ktitis terhadap agama, adalah akibat melihat orang orang beragama secara umum ternyata tidak menjadi lebih baik dari yg tidak menjalankan agama. Orang yg beragama tetap saja bisa cemburu, malas, tidak ada yg mencegah mulutnya untuk terus menyebar fitnah dan tidak juga lebih mampu menjaga amanah. Saya jadi bertanya apakah ini memang benar ajaran dari Tuhan? Ayo coba saja kita amati apakah setelah beribadah dg hebat dibulan suci ini, para PNS akan lebih tulus dan professional dalam bekerja? Apakah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan penyebaran ujaran kebencian akan menurun drastis? Harusnya begitu ya kalau memang ibadah ini ada bekasnya dihati mereka. Ini jawaban saya. Penulis itu mau bersikap kritis tapi tidak kritis, Ini pertanyaan (kesimpulan) dia ‘Saya jadi bertanya apakah ini memang benar ajaran dari Tuhan?’ Orang ini tidak bisa membedakan substansi ajaran agama (dari Allah) dengan implementasinya (oleh manusia). Substansi ajaran agama tdk mungkin salah tapi implementasinya bisa saja salah. Kesalahan implementasi tdk bisa digunakan menyalahkan substansi. Banyak muallaf yang masuk Islam bukan berdasarkan perilaku umat Islam (implementasi) tetapi setelah mencermati substansi ajaran Islam. Kita beragama berdasarkan ajarannya (substansi) bukan berdasarkan perilaku umat pemeluknya (implementasi). Pemeluk agama yg bener bukan robot yg hanya ikut ikutan, walaupun orang sedunia meninggalkan agamanya (implementasi) tdk berarti ajaran agamanya (substansi) salah dan kita ikutan meninggalkan agama yg kita anut. Sayang penulis itu tdk mengkritisi ajaran agama tapi mengkritisi perilaku (terutama kesalahan) implementasi oleh pemeluknya. Pasti penulis itu bukan sedang mencermati kebenaran ajaran agama tetapi mencari kesalahan para pengikutnya. Kalau mau mengkritisi agama cermatilah ajarannya (prescriptive=apa yang seharusnya dari tuntunan Allah bukan descriptive=apa faktanya). Prescriptive itu given dari Allah tidak pernah berubah sampai kapanpun (kalau berubah ubah itu bukan agama dari Allah tetapi hasil riset manusia berdasarkan perilaku manusia) kalau descriptive itu simpulan hasil pemikiran atau penelitian berdasarkan fakta tingkah laku manusia. Saya tahu mungkin maunya otokritik agar pemeluk agama lebih serius mengimplementasikan ajaran agamanya Prestasi dia sangat rendah, hampir di setiap MK dia nyaris tidak lulus. Kami sulit sekali membimbing penelitian dan penulisan thesisnya. Hanya satu hal yg kami lihat positive, yaitu kemauannya yg kuat untuk belajar. Setelah lulus dia minta rekomendasi untuk melamar ke jenjang S3 bidang yg sama yaitu Pembelajaran bhs Inggris, tentu kami keberatan memberi rekomendasi. Batal lah niat dia untuk Studi S3 bidang Pembelajaran bhs Inggris. Berberapa tahun kemudian secara kebetulan saya bertugas BANPT mengunjungi universits tempat dia mengajar. Teman teman di jurusan bhs Inggris di situ mengatakan dia tidk lagi mengajar di jurusan bhs Inggris. Saya menduga pasti karena kemampuannya yg sangat rendah. Ternyata saya keliru. Dia sudah pindah mengajar menjadi dosen di Fakuktas Ekonomi. Lho kok bisa? Pikir saya. Sejak kembali dari Malang dia ditugaskan mengajar bhs Inggris sebagai MK Umum di FE. Sejak itu dia tertarik dengan bidang Ekonomi. Dia mencoba apply S3 di Fak Ekonomi dan diterima. Studi S3 bidang Ekonominya lancar dan bahkan mengungguli prestasi mhs lain sekelasnya yg berlatar S2 bidang Ekonomi. Dia lulus Doktor bidang Ekonomi dan sejak itu dia menjadi dosen berprestasi di bidang Ekonomi di Fakultas Ekonomi. Siapa ngira? Kebahagiaan itu kita mulai sekarang dengan ikhlas menerima kondisi apapun (husnudzon kepada Allah swt) sambil tetap berusaha dan berdoa untuk mencapai yang lebih baik tidak perlu menunggu nanti kalau sudah…… Dosa yang diampuni oleh Allah swt adalah dosa yang disadari dan tidak akan diulangi Bila ingin berhasil urusan dunia ada ilmunya (ilmu dunia yang harus dipelajari) bila ingin berhasil urusan akherat ada ilmunya (ilmu akherat yang harus dipelajari) Bila ingin berhasil urusan dunia dan akherat harus mempelajari ilmu dunia dan ilmu akherat. Para tokoh Islam dulu banyak yang hebat mampu memiliki keahlian ilmu dunia dan akherat sekaligus (misalnya ahli tasawuf, ahli kesrhatan, ahli mat, sekaligus). Sekarang tidak mungkin orang Islam mempelajari semua, oleh karena itu kedepan hrs ada pembagian tugas, ada yang belajar rumpun ilmu agama dan ada lainnya yg belajar rumpun ilmu dunia. Tidak boleh ada yg merasa ilmunya lebih penting dari yg lain. Kalau ingin tahu sesuatu tanyalah ahlinya. Sekarang ini jaman heboh isu corona siapa yang bisa kita tanya? Kita tdk punya ahli virologi yg handal menjadi rujukan orang Islam. Akibatnya banyak orang Islam yg su’udhon. Kepada yg memberitakan ada wabah, kita su”udon jangan jangan itu menakut nakuti saja agar orang Islam tdk pergi ke masjid. Kepada yg memberitakan tidak ada wabah, itu hanya isu konspirasi, kita su’udon jangan jangan itu sengaja untuk membiarkan orang Islam terpapar wabah semua. Lho serba repot kan. Tidak ada sesuatupun atau fenomena apapun yang terjadi secara kebetulan, semua mengikuti hukum (qodar) Nya yang bila dicermati (dianalisa) akan memberikan pelajaran (pengetahuan) yang sangat berharga bagi manusia. Mengulangi kalimat Prof Effendi Kadarisman dalam kumpulan musingnya: ‘The nature has a lot of wisdom, if you knock at its door, the nature will open the wisdom to you’. Inilah barangkali yang dimaksud perintah Allah membaca (iqro’) yang diwahyukan kepada Rosulullah saw di awal kerosulannya. Iqro’ adalah perintah Allah swt kepada manusia untuk terus belajar (mempelajari) alam sekitar agar hidup ini menjadi pinter dan bener. Seberapa hebatpun seniman patung tak akan pernah bisa membuat patung nyamuk pada ukuran alaminya (Gus Baha’) Buah semangka itu aku belah dan sebagian aku blender jadi juice. Namun sisa potongan nya beberapa hari kemudian (karena lupa aku taruh dalam kulkas) ditumbuhi jamur dan ada binatang setnya padahal aku bungkus rapat dalam plastik Terpaksalah aku buang buah itu. Itu terjadi pada buah buah lain yang tak simpan dalam kulkas, seperti pisang, blimbing, buah naga, buah piir, melon. Pertanyaan saya dari mana binatang ‘set’ itu datang? Cerita Gus Baha’ dari tukang belah batu yang menemukan binatang binatang kecil dalam batu yang baru dipecah itu. Dari mana binatang binatang kecil itu? Bagaimana binatang itu bisa hidup sekian lama dalam batu yang tak berlubang sama sekali? Makna contextual dari kata ‘good’ The food is good (enak). The movie is good (menarik). I am good (sehat). I am good at math (pandai). The business is good here (menguntungkan). The idea sounds good (bermanfaat). He is a good cook (ahli). It will not do me any good (kebaikan) Masih ada yang mengatakan bhw takut ke masjid (berarti tidak berkeinginan untuk mendapat kebaikan sholat berjamaah) tetapi tidak takut ke pasar (berarti lebih takut kelaparan). Saya jawab kelaparan tdk bisa ditunda tetapi perintah sholah berjamaah ada aturan alternative keringanan (ruchsoh) nya yaitu boleh tdk dilakukan karena keadaan darurat. Nilai martabat setiap orang terukur dari committmentnya menjaga hubungan baik secara vertical dengan Tuhan yang disembahnya dan secara horizontal dengan sesama manusia (Qur’an: Ali Imron 112) dan bahkan dengan machluq lainnya. Semakin kuat committmentnya semakin tinggilah tingkat kemuliannya. Perasan puas, bangga, merasa hebat (lebih baik dari yang lain) setelah melakukan (menyampaikan) kebaikan akan mengurangi nilai keikhlasan pada kebaikan tersebut. Yang betul adalah ‘bersyukur’ telah dibimbing dan diberi kemampuan oleh Allah untuk melakukan (menyampaikan) kebaikan tersebut. Tanpa bimbingan dan bantuan Allah tidak mungkin kebaikan itu bisa dilaksanakan (Aa’ Gym). Sebaliknya merasa tidak salah setelah lalai melakukan kesalahan dengan menuduh Allah telah mentakdirkan kesalahan itu akan menambah dosanya. Yang benar adalah dia harus menyalahkan dirinya sendiri karena telah lalai melakukan kesalahan dan untuk itu dia memohon maaf kepada Allah agar dimaafkan kesalahannya (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 125) Pertanyaan yang harus kita.persiapkan jawabannya bukan seberapa besar hak kita yang telah kita terima tetapi seberapa besar tugas kita yang telah kita laksanakan. Matahari siang terbenam dengan datangnya malam, matahari hati tak kan pernah sekalipun hilang (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 105) Ada 3 tingkatan pengetahuan kebaikan (hidayah), tingkat pertama: tidak tahu kebaikan yang harus dilakukan (belum mendapatkan hidayah), tingkat ke dua: mengetahui kebaikan yang harus dilakukan tetapi tdk melaksanakan (menolak hidayah), tingkat ke tiga: mengetahui kebaikan dan melaksanakan kebaikan itu (menerima hidayah). (Qurais Syihab). Semoga ibadah Romadhon ini mengantarkan kita untuk menerima hidayah. Aamiin. Ingat joke Gus Dur (semoga dirahmati Allah) sopir metro mini di Jakarta lebih dulu masuk sorga dibanding ustadz krn saat nyopir ugal ugalan para penumpang takut dan ingat Allah. Sementara saat mendengarkan ustadz belum tentu jamaah ingat Allah. Artinya peluang ingat Allah lebih banyak saat kesempitan (khawatir, takut, kesulitan) dibanding saat kelapangan (mudah, gembira). (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 83). Semoga romadhon di saat pandemi ini memberi kita peluang lebih banyak ingat kepada Allah swt. Bersabar menjalani ibadah romadhon dalam masa karantina covid19. Dua kali aku kena semprit teman “bersabarlah Pak ini kan bulan puasa”. Sempritan pertama terjadi di awal Romadhon ketika saya sampaikan ajakan untuk mengikuti anjuran ‘stay home’ melalui wa group, saya mendapat respon keras dari anggota lain yg tdk setuju dengan ajakan tsb krn dia masih punya jadwal.banyak ngaji di berbagai masjid. Anggota lainnya melalui japri menasehati saya ‘sabar Pak ini kan bulan Romadhon’. Sempritan ke dua terjadi barusan di group lain ada yg menghimbau kembali meramaikan masjid dan saya respon dengan keras apakah tdk melihat banyaknya korban corona. Lalu seorang anggota yg lain mengingatkan pada saya ‘sabar Pak ini kan bulan Romadhon’. Ya Allah aku belum berhasil belajar sabar. Perbanyaklah harapan (keinginan mencapai sesuatu yang kita ikuti dengan upaya dan doa) tapi jangan banyak berangan angan (yang hanya berkhayal dengan berandai andai). (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 79) Kebahagiaan yang dinikmati orang baik adalah kesempatan dan kemampuan untuk terus berbuat kebaikan dengan ikhlas Kata ambigu (memiliki makna lebih dari satu) sering menjadi bahan jokes (lucu). Misalnya kata preman: polisi boleh berseragam preman tapi preman nggak boleh berseragam polisi. Mukidi kecil batal nemui pakde nya yg bernama Sugeng krn di depan gapura ada tulisan Sugeng Tindak. Mukidi kecil keluar meninggalkan masjid nggak jadi jumatan karena ada pengumuman dari takmir ‘yang pegang HP matikan dulu’. ‘Miscommunication’ bisa terjadi antara kita manusia dengan Allah swt sang Pencipta. Bahasa manusia Allah mencintai kita tatkala Allah mengabulkan semua permintaan (doa) kita dan tdk mencintai kita tatkala ada doa kita yang tidak dikabulkan. Padahal seringkali terjadi Allah swt tidak mengabulkan doa kita justru krn Allah mencintai kita, misalnya Allah ingin kita terus ingat (dzikir) kepada Nya, atau Allah mengabulkan doa kita pada saatnya yang tepat atau mengganti dengan yg lebih baik dari yang kita minta. Supaya tdk gagal faham berhusnudhonlah pada Allah bhw setiap keputusan Allah selalu ada hikmah kebaikan bagi kita (Ibnu Atha’ illah al-Iskandari: Al Hikam 91)ReplyForward |