Catatan Corona

 

Mencengangkan ! Aa Gym ungkap virus covid-19 akan mati pada frekuensi tertentu*
DESKJABAR- KH Abdullah Gymnastiar atau bisa disebut Aa Gym mengungkap adanya fakta tentang virus Covid-19 yang ada dalam tubuh manusia akan mati pada frekuensi tertentu. Virus Covid-19, menurut Aa Gym memiliki frekuensi getaran 5.5 hz dan akan mati diatas frekuensi 25 hz.
“Aa dapat artikel ini. Mudah mudahan manfaat. Walohualam! tapi Aa melihat videonya agar getarkan frekensi tubuh anda lebih tinggi dari pada frekuensi virus Covid-19 yang hanya berfrekuensi 5.5 hz. Insyaaloh dengan izin Alloh kita dapat kesembuhan,” ujar Aa Gym dalam video yang diunggah di akun twitternya, Minggu 3 Januari 2021.
Tips ini dikabarkan kepada masyarakat agar mengetahui, karena Aa Gym yang kini berada di RSPAD Jakarta, untuk dirawat karena terpapar Covid-19 sudah mengalami perkembangan signifikan. Aa Gym di rumah sakit sudah lima hari sejak dinyatakan terpapar Covid-19.
“Aa tidak banyak bermedsos, tapi banyak masyarakat yang ingin mengetahui keadaan Aa makanya Aa kabarkan disini,” ujar Aa Gym saat memberikan nasihatnya.
Aa Gym sendiri dalam vidio tersebut masih berada di kamar tidur rumah sakit untuk menjalani perawatan dan isolasi.
Aa Gym menceritakan, ada dokter datang, dan dia menyarankan agar mengajinya dikeraskan, suaranya dibunyikan. Aa Gym pun menanyakan kenapa harus dibunyikan. Menurut dokter, virusnya akan mati pada frekuensi tertentu. “Setelah Aa baca di artikel yang berjudul Power versus Force, dibuat David R Hawkins ternyata virus akan mati apda frekuensi tertentu,” ujar Aa Gym.
Dalam buku tersebut virus Covid-19 memiliki frekuensi getaran 5.5 hz dan virus Covid-19 akan mati diatas 25 hz. Dengan getarang tinggi dan positif di tubuh manusia maka infeksi dan iritasi ringan akan hilang sendiri.
Namun kalau frekuensi rendah justru sebaliknya akan semakin sakit.
Aa Gym pun menyebut beberapa sikap yang mengandung frekuensi rendah, yaitu: ketakutan, fobia, curiga, syuudzon, cemas, stress. Kemudian ketegangan, cemburu, kemarahan, benci keserakahan, rasa sakit hati.

Muhasabah untuk diriku sendiri dan untuk semua
*Kalau Memang kebersihan bisa mencegah corona.. mgkn Italia tdk 135.000  org, krn Italia termasuk Negara terbersih di Eropa.*
*Kalo Memang panas bisa membunuh corona..mgkn Iran tdk akan 67.000 org, krn iran negara gurun yg panas.*
*Kalo memang kehati-hatian bisa mencegah corona..mgkn pangeran Charles & bbrp keluarga kerajaan tdk akan terpapar covid19, krn hidupnya paling hati2 & terjaga.*
Dan . . . .*kalo memang org yg cuek & sembrono pola hidupnya pasti kena corona..mungkin para Gembel, Orang Gila, pengamen jalanan, kuli2 kasar & para pedagang pasar tradisional sudah pada tersungkur semua,*
_Kenapa demikian..?_ 
*Mungkin jawabanya Krn hidup ini tdk hrs slalu sejalan dgn teori, teknologi & akal manusia..*
Sudah byk tenaga medis yg terpapar dgn virus Covid-19..Apakah mereka tdk menggunakan APD dgn Benar?Atau apakah mereka tdk hati2 dlm menjalankan profesinya?
Belum tentu juga demikian.
Terus… apakah org yg kelihatan sudah sedemikian dekat dgn Tuhannya dijamin tidak akan terkena Corona?
Tidak juga demikian… krn sudah ada bbrp para Hamba Allah yg terjangkit virus ini bahkan meninggal.
Diperhadapkan pada situasi seperti ini…
Allah Swt seakan-akan hendak berbicara kepada Kesombongan kita Manusia… *_bahwa kita tanpa Tuhan memang hanyalah tumpukan daging yg bernafas.._*
*_Oleh krn itu jika Allah Berkehendak….. Logika & Teknologi manusia tak akan mampu melawannya.._*
*_Siapa yg sakit ? Bumi ini atau manusianya ? Tiba-tiba.._**Disney kehabisan magicnya..*_Paris kehilangan romantisnya.._*New York kota hingar binar akhirnya sunyi sepi…*_Tembok Cina tak lagi menjadi benteng yg kokoh, dan…_*Mekkah berdesak2an mendadak kosong..*
*Tiba-tiba kita menyadari bahwa kekuatan, kecantikan & uang tidak berharga ketika kita tidak bisa mendapatkan ventilator yg kita butuhkan.*
_Bumi tetap melanjutkan hidupnya & langit msh biru.. sdgkan kita manusia ada didalam sangkar._
*Seharusnya kita berfikir bahwa Allah sedang mengirimkan pesan buat kita :*_”Hi org sombong !_ _Kalian tdk diperlukan.._  _Udara, tanah, air & langit tanpa kalian baik2 aja. Ketika kalian keluar dari sangkar nanti ingatlah bahwa kalian adalah tamuku Bukan tuanku._
_Walaupun hanya sebuah kutipan mungkin bisa jadi bahan renungan kita bersama_
*_KITA BERCANDA, ALLAH SWT SERIUS_*
_Jelang pergantian tahun maunya cari kalender yang banyak tanggal merahnya…Allah kabulkan sekarang.._ 
*Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?*
_”Gak usahlah bersusah kerja di luaran, cukup dari rumah saja” Allah dengarkan dan kabulkan ekspektasi kita…_
*Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?*
_Kita berdebat bagaimana mengurai kemacetan Allah berikan solusi sekarang…_
*Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?*
_Kita ramaikan isu pemanasan global, bagaimana mendinginkan bumi Allah berikan jawaban sekarang…_
*Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?*
_Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui…_
_Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang…_
*Segala puji bagi Allah,  Penggenggam kuasa seru sekalian alam…*
_Smoga kita semua dapat, memaknainya, segera bertobat dan kembali pada Allah S

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera kepada Prof, Dokter guru-guru saya, serta rekan sejawat.
Perkenalkan saya dr Vinci Sp.P ingin melaporkan pengalaman dan penemuan saya selama menangani pasien COVID-19. Memang saya tidak banyak menangani pasien COVID-19, baik secara langsung sebagai anggota Tim Paru dan Tim COVID-19, atau secara tidak langsung karena saudara atau teman. Mungkin hanya sekitar 30-50 pasien.
Salah satu yang masih menjadi pertanyaan yaitu: kenapa ada pasien yang tidak ada gejala, gejala ringan, atau bahkan gejala berat.
Seperti Jurnal yang saya bagikan diatas, sudah ratusan penelitian yang membuktikan bahwa tidur dapat berpengaruh pada sistem imun. Namun belum banyak penelitian yang mengkaitkan langsung antara tidur dan penyakit infeksi.
Pertama kali saya melihat keterkaitan langsung antara tidur dan infeksi, yaitu saat mencari penyebab kenapa TB paru banyak di usia muda. Ternyata sebagian besar memang berkaitan dengan kurang tidur (Namun perlu dibuktikan dengan penelitian).
Dan saat menangani pasien2 COVID-19, sekali lagi saya menemukan keterkaitannya antara tidur dan COVID-19. Namun saat ini saya melihat ada *keterkaitan yang sangat erat.*Untuk data pastinya mohon maaf saya tidak mencatat, dan hanya berdasarkan ingatan saja.
Ternyata *±95% pasien COVID-19 yang bergejala, diawali dengan Kurang Tidur SEBELUM Sakit*Baik usia tua dan muda, dengan atau tanpa komorbid.Hanya 5% pasien COVID-19 yang tidurnya baik. Namun dari 5% itu, ternyata ±4% memiliki masalah dengan Gizi (tidak bisa makan) SEBELUM Sakit.Hanya 1 pasien yang bergejala, murni karena DM yang tidak terkontrol.
Selain itu saya juga melihat bahwa: *Semakin kurang tidurnya, semakin berat gejalanya*Pasien2 yang tidurnya sangat kurang, memiliki gejala yang berat. Meskipun pasien usia muda tanpa komorbid.
Ada banyak penyebab kenapa mereka kurang tidur. Ada yang memang insomnia. Ada yang tidak tidur karena mancing di laut 3 hari. Ada yang ikut seminar 3 hari (sebelum PSBB) hanya tidur 3 jam/hari. Ada yang kurang tidur karena masak berhari2 untuk acara keluarga. Dan tentu saja ada yang kurang tidur karena mengurus keluarganya yang sakit/meninggal karena COVID-19.Dan beragam penyebab lainnya. 
Menariknya, justru pada sebagian besar pasien2 yang dengan komorbid (DM, Obesitas, Geriatri,  gagal ginjal, atau gangguan jantung) hanya *bergejala ringan*, tidak ada yang memberat, dan 100% pasien sembuh bila tidur dan gizinya baik.Semua keluarga pasien (kontak erat) yang tidur dan gizinya baik, tidak ada yang sakit, tidak bergejala, meskipun ada yang menjadi positif.
Ada juga beberapa pasien COVID-19 (Diawali karena kurang tidur), yang sudah membaik gejalanya *sebelum diberi obat*, karena sudah memperbaiki tidur dan gizinya saat sakit, sebelum periksa ke RS.
Sampai saat ini, semua pasien dengan gejala ringan-sedang yang diperbaiki tidur dan gizinya, tidak ada yang memberat dan semuanya sembuh. Meskipun ada yang lama untuk mencapai PCR negatif.Hanya pada pasien2 yang masuk dengan kondisi berat atau langsung diintubasi di ICU, yang saat ini sangat sulit untuk bisa selamat.
Sayangnya temuan dan laporan saya ini tidak memiliki kekuatan ilmiah.Saya tidak punya kredibilitas sebagai peneliti dan saya tidak punya akses untuk mendapatkan banyak sampel penelitian.Akhirnya saya hanya bisa membuat *Hipotesis* yaitu:
*1. Sleep Depriviation is the major cause for COVID-19 Disease*
*2. There is a Very Strong Correlation between Sleep Depriviation and Severity of COVID-19*
*3. Good Sleep and Good Nutrition are the most important factor in COVID-19 treatment* 
Seandainya ada yang berminat untuk membuktikan hipotesis itu, dan bila ternyata terbukti benar, mungkin bisa memberikan pengaruh besar pada seluruh umat manusia. Mungkin bisa menyelamatkan ribuan/jutaan nyawa (terutama tenaga medis). Mungkin akan tercatat dalam sejarah. Dan InsyaAllah akan mendapat pahala yang sangat besar.
Kalau terbukti benar bahwa kurang tidur yang menjadi pemicu awal COVID-19, maka bisa dibuat *Hipotesis* baru bahwa: *COVID-19 is a Preventable Disease*
Sementara belum terbukti, tetap saya memberikan 3 rekomendasi utama untuk mencegah sakit COVID-19 (menurut pendapat saya pribadi) yaitu:
*”Jangan kurang tidur dan jangan kurang makan”**”Serta mengontrol penyakit pada pasien DM, Ginjal dan Jantung”*
Terutama pada kelompok rentan terinfeksi yaitu tenaga medis yang sering sekali mengorbankan tidur demi pasien.
Karena tidur dan makan baik itu lebih mudah dilakukan, daripada rekomendasi untuk berjemur, olahraga, atau minum suplemen atau jamu. Setidaknya sampai sudah tersedia Vaksinnya.
Semoga laporan saya ini bisa memberikan manfaat bagi rekan2 semua. Mohon maaf bila ada tulisan saya yang kurang berkenan. Semoga kita semua bisa tetap sehat. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ini ada penjelasan yg simple dan jelas sekali buat kita orang awam. Banyak orang berpikir yang penting immune system yg harus dijaga sudah cukup. Tapi mereka tidak mengerti ada yg namanya *Viral Load*Jika kita ke tempat2  yang viral load nya tinggi sebagai apapun daya tahan tubuh kita tidak akan sanggup untuk memerangi virus tersebut. 
*Dr Nikolas Wanahita, MD, MHA, FACC, FSCAI* Internist; General and Interventional Cardiologist, Mount Elizabeth Novena Hospital – Specialist Centre 38 Irrawaddy Road, #05-45, Singapore 329563 *Informasi penjelasan ilmiah mengenai Pandemic COVID-19*, *by Dr. Nikolas Wanahita.* 
Tidak terasa sudah 7 bulan sejak Pandemic Covid-19. saya banyak menerima pertanyaan dari kolega, pasien, keluarga atau teman-teman mengenai virus ini. Saya akan membahas dan menjawab dengan point-point dibawah ini.  *Topik : Important Awareness Of “VIRAL LOAD”.*  A. Mengapa ada orang yang terinfeksi tapi tidak timbul gejala, tapi ada pasien sehat terjangkit virus kemudian meninggal dunia?
Di dunia kedokteran ada yang disebut dengan *“viral load”.* Viral load adalah jumlah kuantitatif partikel virus yang masuk ke sistem  tubuh. Menurut penelitian ilmiah, *viral load* ini adalah “key factor/faktor penting” yang menentukan ringan atau beratnya infeksi dari Covid-19. Sebelum saya lanjutkan, saya ingin menegaskan bahwa tidak ada obat-obat yang bisa menyembuhkan *VIRUS.* Hanya immunitas badan yang bisa melawan dan memberantas virus dari sistem tubuh.
Golongan pasien dengan immunitas rendah adalah mereka dengan kondisi pre-morbid, contohnya penderita hipertensi/darah tinggi, diabetes, pasien yang pernah transplantasi organ, penderita HIV/AIDS, lanjut usia, atau penyakit kronis lainnya.
B. Mengapa banyak penderita berusia muda dan sehat seperti dokter pertama di Wuhan akhirnya terkapar parah di ICU dan meninggal.Demikian juga banyak dokter-dokter muda di Italy, US, Indonesia yang meninggal. Immunitas mereka harusnya bagus.
Ini karena selain daripada immunitas, *“faktor viral load”* ini sangat penting dalam menentukan infeksi ringan atau berat. 
*Skenario A* : Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran tanpa masker dan duduk berdekatan. Pak Fery ternyata mempunyai virus Covid-19, jumlah transmisi *viral load* yang masuk ke badan Pak David sangat tinggi.
*Skenario B*: Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran akan tetapi mereka menjaga jarak sedikitnya 1 meter, dan menggunakan masker.Dengan scenario sama dimana Pak Fery mempunyai virus di badan, *viral load* yang masuk ke badan Pak David jumlahnya jauh lebih sedikit. Maka dari itu, sangat penting untuk dokter, perawat, dan seluruh personel yang menangani virus Covid-19 untuk menggunakan APD lengkap mulai dari masker N95, goggle plastic, shield muka, dan baju. Semakin banyak penderita virus ini dimana jaraknya berdekatan, viral load akan semakin tinggi. *C. Jadi apakah berbeda apabila jumlah virus yang masuk banyak atau sedikit?* 
Setelah virus masuk ke tubuh kita, virus akan mengambil alih fungsi sel tubuh kita untuk berkembang biak/replikasi. Tetapi immunitas badan kita akan mengenali virus asing di tubuh dan dengan cepat mengeluarkan *“innate immune response/immunitas fase 1”*(Tubuh mengeluarkan protein2 seperti *cytokine dan interferon* untuk melawan virus asing.).Saat ini terjadilah *‘perang’* antara immunitas tubuh kita dan virus. Seperti yang terjadi di pertempuran, siapa yg bisa mengumpulkan ‘pasukan’ secara cepat dan banyak akan menang.
Kalau *viral load* yang masuk jumlahnya sangat banyak, sistem immunitas kita akan menjadi *“overwhelmed/kewalahan”* karena virus sangat cepat berkembang. Jika ini terjadi, virus ini kemudian akan turun dari hidung dan tenggorokan kita untuk menyerang sel di paru-paru, dan kemudian menyebabkan infeksi paru-paru berat. 
Lebih buruk lagi, kalau *viral load* ini sangat tinggi, sistem immunitas bukan hanya kalah tapi mereka akan berantakan dan memproduksi reaksi immunitas berlebihan. Ini disebut *“cytokine storm”* dimana immunitas badan berbalik menyerang badan, organ-organ, lalu terjadi shock dan kematian dapat terjadi cepat. 
Jika viral load yang masuk ke badan berjumlah sedikit, maka kemungkinan untuk “menang perang” tinggi. 
Dengan immunitas fase 1 mereka bisa mengontrol jumlah virus. Setelah itu badan kita belajar mengeluarkan *“acquired immune response/immunitas fase 2”* (Tubuh mengeluarkan B-cell and T-cell) yang spesifik untuk melawan virus. Sel2 tubuh yang dikeluarkan oleh immunitas fase 2 lebih kuat/efektif dibandingkan dengan immunitas fase 1. 
Jika immunitas fase 2 sudah jadi di badan kita, secara teori tubuh kita sudah bisa melawan dan membunuh virus. Badan kita sudah “mengenal” virus ini, apabila virus ini masuk ke badan kedua kali, immunitas ini sudah siap tempur untuk melawan. 
*Vaksin yang saat ini sedang diperkembangkan dan ditest untuk melawan Covid-19 mengandung immunitas fase 2.*
Saya tekankan disini untuk jangan mencoba *‘menginfeksikan diri’* dengan virus Covid-19 karena ini sangat berbahaya. Catatan terpenting dari penjelasan diatas: 1) *Viral load* sangat menentukan pasien akan terinfeksi ringan atau sakit berat. 2) Tips untuk mengurangi *Viral Load*: *Masker, Cuci tangan, dan Jaga jarak.* 3) Bahwa *‘new normal’* adalah juga *‘good normal’*. 4) Jaga Kesehatan dan Immunitas anda dengan hidup dispilin.
Semoga penjelasan diatas bisa membantu semua untuk lebih ‘aware’. Terima kasih dan Sehat selalu. *Nikolas Wanahita,* *MD,MHA,FACC,FSCAI Internist; General and Interventional Cardiologist Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore*

_Note [13]_  *Coronavirus ribuan tahun lebih tua dari manusia* 
Coronavirus telah menghuni bumi ribuan tahun lebih dulu dari kehadiran manusia. Partikel menular yang menghuni saluran pernapasan dan usus kelelawar ini selama jutaan tahun telah hidup secara harmonis dengan inangnya (host-nya). 
Namun ketika manusia melanggar batas habitat alami kelelawar, maka hal ini malah memberi kesempatan bagi coronavirus untuk pindah rumah.  Ini dikenal sebagai spillover event.
Ada tujuh kali tercatat dalam sejarah ketika coronavirus membuat lompatan ke arah manusia sebagai inangnya.  Empat dari coronavirus ini beredar sepanjang tahun dan menyebabkan gejala pilek.  Tiga coronavirus lainnya menyebabkan penyakit yang berpotensi fatal.
Coronavirus tidak akan memilih siapa atau apa yang akan terinfeksi.  Mereka tidak memiliki otak, hati, dan mata. Satu-satunya cara mereka dapat mereplikasi dirinya ditempuh dengan membajak mesin sel hidup inangnya.
Coronavirus pertama kali ditemukan pada tahun 1964 oleh June Almeida bersama Dr. David Tyrrell di St. Thomas’s Hospital Medical School, London. Dari mikroskop elektron, bentuk virus ini mirip korona matahari. Karena itulah virus itu dinamakan coronavirus.
Yang menarik, June Almeida yang berasal dari Skotlandia ini merupakan peneliti yang sangat handal di jamannya untuk urusan virus sekalipun ia tidak pernah menamatkan sekolah SMA karena kemiskinannya. Begitu dropout dari SMA beliau langsung bekerja sebagai teknisi laboratorium. Beliaulah pencipta salah satu teknik menggunakan mikroskop elektron untuk melihat wujud virus. Ia pensiun di tahun 1985 dan menjadi instruktur yoga sekaligus kolektor barang antik. 
Kepeloporan June Almeida yang menemukan coronavirus terus dilanjutkan oleh para peneliti lain sampai akhirnya bisa dikenali coronavirus yang mengakibatkan Covid-19. Coronavirusvirus tersebut  diberi nama SARS-CoV-2.
Dengan mempelajari urutan genetik, para ilmuwan telah menunjukkan coronavirus SARS-CoV-2 merupakan kerabat dekat dengan coronavirus lain yang mengakibatkan epidemi SARS pada tahun 2002-2003.
Tujuh tahun sebelumnya, leluhur terdekat dengan coronavirus SARS-CoV-2 lainnya ditemukan di gua kelelawar, sekitar 2.000 km dari Wuhan. Kerabat ini dikenal dengan nama RaTG13 yang ditemukan dalam sampel tinja kelelawar yang tinggal di gua dekat Kunming, di barat daya Cina.
Penemuan coronavirus RaTG13 ini terkait erat dengan peneliti bernama Shi Zhengli, anggota the Wuhan Institute of Virology. Lembaga penelitian ini merupakan salah satu pusat terkemuka di dunia untuk mempelajari coronavirus. Pada bulan Februari, timnya menerbitkan sebuah makalah di jurnal Nature yang menunjukkan urutan genetik coronavirus RaTG13 yang 96% identik dengan coronavirus SARS-CoV-2.
Pekerjaan Shi Zhengli selama dua puluh tahun terakhir telah difokuskan pada pembuatan katalog beragam coronavirus yang ada di dalam tubuh kelelawar.  Rekan kerjanya menjulukinya wanita kelelawar. Penelitiannya membantu memperkuat hipotesa bahwa kelelawar merupakan titik awal kemunculan SARS-CoV-2. 
Sebelum Covid-19 membalikkan dunia, pekerjaan Shi Zhengli di lembaga penelitian itu pada dasarnya tidak dikenali publik secara luas. Shi Zhengli telah menerbitkan artikel di komunitas virologi, termasuk di jurnal terkenal seperti Nature dan Science selama 15 tahun terakhir. Studinya sekarang tampak sangat canggih yang telah memperingatkan kemungkinan akan terjadinya spillover event, yaitu peristiwa coronavirus dari kelelawar melompat ke manusia dan menyebabkan penyakit baru.
Peringatan Shi Zhengli kini telah terwujud dengan wabah Covid-19.
Referensi:https://www.cnet.com/features/why-the-coronavirus-puzzle-still-hasnt-been-solved/
https://www.nationalgeographic.com/history/2020/04/june-almeida-discovered-coronaviruses-decades-ago-little-recognition/
_Catatan:_Tulisan ini bisa dibaca pula di asimplenotebook.wordpress.com

Transisi PSBB, Anies Prioritaskan Tempat Ibadah*
*Tony Rosyid*Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Di tengah tekanan sejumlah pihak agar gubernur DKI membuka mall, pasar, tempat wisata dan sejumlah gerai bisnis, Anies justru membuka tempat ibadah. 
Anies menghubungi seorang ulama, salah satu pengurus aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Berbincang yang intinya minta arahan dan fatwa terkait shalat jumat. 
Inilah yang bener. Pertama, agama harus dijadikan pondasi berbangsa. Komitmen beragama dapat menjadi landasan moral dalam mengelola negara. 
Negara ini harus punya ruh. Dan ruh itu Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana tertuang di sila pertama Pancasila. Setelah agama, masjid, gereja dll dibuka, baru mall dan bisnis lainnya. Begitu kata Jusuf Kalla, Ketua Dewan Masjid Indonesia. 
Kedua, umara (pemerintah) mestinya minta fatwa soal agama ke ulama. Jangan umara yang ngasih fatwa ke ulama. Kebalik! Jadinya ngaco. Serahkan kepada ahlinya. Atau tunggu petaka. Waduh… Ngeri.. 
Hari berikutnya, MUI rapat. Pro kontra dalam diskusi terkait teknis shalat jumat terjadi. Adu dalil dan argumentasi berjalan normal. Terkait shalat berjarak, masjid diperluas, mushalla digunakan untuk shalat jumat, hingga shalat jumat dua-tiga kali di satu tempat. Akhirnya, fatwa MUI Nomor 31 Tahun 2020 keluar. Keputusannya: shalat jumat seperti biasa dengan protab covid-19. Fatwa ini yang dijadikan pegangan Anies untuk membuat kebijakan. 
Agama sebagai basis Ketuhanan sebagaimana Sila Pertama Pancasila, harus dikembalikan fungsinya jadi pondasi bernegara. Untuk mengembalikan sila pertama jadi pondasi bernegara dan berbangsa, gak perlu harus dibuat lembaga seperti BPIH, atau UU Haluan Ideologi Negara (HIP). Ujung-ujungnya, malah konser. Orang lain ikut konser, ditangkap. Pening kepala rakyat. 
Pancasila dengan lima sila itu jelas, tegas dan mudah dipahami. Rakyat ngerti, pakai banget. Berbagai upaya regulasi, formulasi dan penafsiran seringkali malah membuat rakyat bingung. Yang muncul justru pancasila dalam berbagai versi kepentingan. 
Yang dibutuhkan rakyat cuma satu: keteladanan. Kalau para pemimpin dan elit politik itu bersikap dan bertindak ala Pancasila, rakyat ngikut. Rakyat hanya ingin lihat pemimpinnya menjalankan Pancasila. Titik! Gak perlu pakai teriak-teriak “Aku Pancasila”. Itu kuno! 
Gimana cara hidup pancasialis itu? Semua regulasi dan kebijakan mesti berorientasi untuk rakyat. Terutama pada aspek ekonomi. Bukan untuk oligarki, apalagi aseng. Kalau bicara jujur dan terukur. Kalau janji ditepati. Jaga persatuan dengan tidak menggunakan anggaran untuk buzzer. Adil dalam penegakan hukum. Ini diantara cara hidup Pancasilais. Mosok harus diajarin sih? 
Dalam Pancasila, sila pertama jadi ruh dan pondasi bagi empat sila berikutnya. Tanpa sila pertama, humanity dalam sila kedua, nasionality di sila ketiga, democracy yang tertuang dalam sila keempat, dan social justice di sila kelima tak akan terwujud. 
Ketuhanan tidak cukup di tempat ibadah. Tapi harus jadi ruh perundang-undangan dan kebijakan pemerintah dengan parlemen. Aspek ketuhanan diantaranya diukur dari kejujuran. Jujur gak ketika parlemen membuat undang-undang dan pemerintah menerbitkan aturan serta kebijakan. 
Kemanusiaan yang adil dan beradab mesti ditunjukkan dengan tegaknya hukum dan aturan. Gak pilih-pilih berdasarkan warna politik. Persatuan tidak memberi peluang kepada “buzzer premium” yang selama ini bikin gaduh dan merusak keutuhan berbangsa. Kerakyatan itu demokrasi yang menghargai perbedaan suara dan kebebasan berpendapat. Tak ada lagi teror, apalagi asal main tangkap. Keadilan sosial tak mengenal mana pendukung dan mana bukan. Dan ini tercapai jika ketuhanan sebagai simbol ketulusan dan kejujuran jadi landasan dasar bernegara. 
Ini yang mungkin jadi alasan mengapa Anies mengawali masa transisi PSBB ini dengan membuka tempat ibadah. Ini simbolis. Pesannya: kembali ke sila pertama dalam Pancasila. Jadikan Tuhan sebagai basis untuk menjaga ketulusan dan kejujuran dalam mengelola negara. Dari sini akan muncul keadilan dan persatuan. Dua kata yang berulang-ulang diungkapkan -dan sangat digemari- oleh gubernur DKI ini. 
Tidak hanya masjid yang dibuka Anies, tetapi semua tempat ibadah. Termasuk gereja, wihara, pure dan klenteng. Kalau para pemimpin betul-betul mengelola negara berbasis Ketuhanan Yang Maha Esa, maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila kelima) akan terwujud.
Lalu, kapan Spa dibuka? Cukup Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemprov DKI yang jawab. Dari 18 sektor usaha di Jakarta, sektor wisata seperti Spa, gerai pijat dan karaoke dibuka paling terakhir. Belakangan! Dan tak segan untuk dicabut ijin usahanya jika disalahgunakan. 
Jakarta, 8 Juni 2020

Keberkahan itu Kondisi kehidupan membaik
Beberapa Masjid disekitar kita mulai ber-operasi
Masjid  Ar Rahman, Masjid Assallam , Al Magfiroh, Baiturahim dll dibuka
Perdana Mentri Belanda  meminta agar Masjid dibuka dan adzan dikeraskan
Di Jerman adzan dikumandangkan di gereja gereja
Presiden Amerika lebih dahsyat lagi meminta seluruh Gubernurnya membuka Masjid dan tempat ibadah lainnya, Gubernur yg membangkang akan kena sanksi 
Mereka perintahkan buka masjid tanpa syarat
*TANPA SURAT BEBAS COVID*
Sementara mentri agama masih minta persyaratan “surat bebas covid”
Apa mereka lebih faham bahwa solusi langit lebih ampuh untuk menghentikan Biological warfare (BW) dan Konsfirasi
Harusnya Depag tahu bahwa Masjid adalah salah satu tempat di dunia yg diberkahi
 Ulama berkata makna keberkahan, ialah kebaikan yang banyak dan abadi
Keberkahan sebagai kebaikan yang banyak dan tetap atau tetapnya kebaikan Allah SWT terhadap sesuatu
Ulama lain memaknai berkah sebagai kenikmatan dan tambahan
Barokah bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu.
Allah-lah yang Memberikan kerajaan kepada orang yang Allah kehendaki dan mencabut kerajaan dari orang yang Dia kehendaki
Allah  muliakan orang yang Allah kehendaki dan Allah hinakan orang yang Allah kehendaki
Di tangan Allah-lah segala kebajikan
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
Semua Nikmat dan Karunia datangnya dari Allah
Dahulu Saba adalah negri yg diberkahi 
Penduduknya beriman dan beramal shalih, maka mereka dilingkupi dengan keberkahan
Disebutkan juga dahulu di negeri Saba’ tidak ada lalat, nyamuk, kutu, atau serangga lainnya
Dahulu krn keberkahan dari Allah biji gandum sebesar biji biji kurma
Kondisi ini berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa meliputi mereka
Kekufuran kpd Allah membuat negri ini  hancur
Untuk memperoleh keberkahan dalam hidup harus dipenuhi Dua syarat: Beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. 
‎وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 
“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS: Al-A’raf-96)
Ketaqwaan adalah Amal Shalih menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya 
Diantara amal shalih adalah istiqomah diatas agama Islam
Giat menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang  mendapat manfaat. 
Keberkahan juga bisa diperoleh jika seseorang berlaku jujur dalam jual beli
Qona’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan keberkahan
Masjid adalah Rumah Allah , tempat yg disucikan sehingga memakmurkan masjid adalah bagian amal shalih; shalat berjamaah, shalat jumat, itikaf , shalat taraweh, tadarus, memghadiri majlis ilmu
Amal shalih adalah perbuatan baik yang dapat membuat kebaikan dan dilakukan secara sengaja dan *SEBAIK-BAIK AMAL ADALAH SHALAT*
Mari sibukan diri kita dg amal shalih, Jangan menutup Masjid,  Makmurkan Masjid agar Allah turunkan keberkahan kpd negri kita…..Aamiiiin
Bumi Allah, 2 juni 2020*Abdullah Al Faqir/AS*

lah cara Islam membuat imunitas diri semakin kuat. Apalagi cara-cara yang ditulis di bawah ini adalah cara yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam dan diridhoi oleh Allah Ta’ala.
Tiga cara tingkatkan imunitas diri di awal pagi adalah; 1) Qiyamul Lail, 2) Tilawah Alquran, dan 3) Shalat Subuh.
Qiyamul Lail dan Tilawah Alquran amat dianjurkan untuk dilakukan di awal pagi. Lakukan Qiyamul Lail sebisa mungkin, meski 2 rakaat atau paling tidak 10 menit sebelum Subuh. Allah Ta’ala berfirman dalam surah al-Muzammil ayat 6, “Inna nasyiatal lail hiya asyaddu wath’an”. (Sungguh bangun malam itu lebih kuat untuk diri dan jiwa manusia). Kekuatan diri ini adalah imunitas yang bisa didapatkan dengan cara qiyamullail.
Sedang tilawah Alquran juga dianjurkan untuk dibaca pada saat qiyamul lail sebagaimana dalam surah al-Muzammil ayat 4, “Wa rattil qur’aana tartila”, bacalah Alquran dengan perlahan-lahan) (saat qiyamul lail). Atau bacalah Alquran di waktu Fajr (Subuh). Sebab bacaan Alquran di waktu fajar disaksikan oleh para malaikat. Lih.QS. 17:78
Dr Ahmed Al-Qadhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, melakukan sebuah riset dan berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan dan membaca ayat suci Alquran mampu menangkal berbagai macam penyakit. Penemuan yang sama juga dilakukan Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston.
Keduanya menyatakan bahwa membaca Alquran dengan bersuara akan membuat vibrasi atau getaran yang membuat sel-sel yang sudah rusak pada tubuh akan kembali sembuh dan bekerja dengan baik kembali.
Hal ini selaras dengan firman Allah Ta’ala, “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS 17:82).
Amalan ketiga untuk tingkatkan imunitas diri di awal pagi adalah dengan shalat Subuh. Dalam hadis riwayat Muslim disampaikan bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa yang shalat Subuh maka dia berada dalam jaminan Allah.” 
Shalat Subuh akan membuat diri kita dijamin oleh Allah. Dijamin rezekinya, dijamin keselamatannya. Juga dijamin insya Allah dari wabah corona yang mengkhawatirkan. 
https://m.republika.co.id/berita/q7ne6u469/tiga-cara-tingkatkan-imunitas-diri-emalaem-rasulllah-saw

*MINYAK KAYU PUTIH MENGHAMBAT REPLIKASI VIRUS.*Prof. Idrus Paturusi.
LAWAN COVID-19 dengan Minyak KAYU PUTIH.Prof Idrus Paturusi, Universitas Hasanuddin.
Oleh : Dr. Idrianti Idrus Sp.KK
Kisah nyata..Setelah di Vonis Positif COVID-19, ayahku langsung masuk ke Ruang Isolasi RS. Unhas di temani Ibu. Pada hari ke-2 atau hari ke-3, saya di sarankan oleh sahabat ayahku Dr. Murni, Sp.B. agar bapak *diberikan Minyak Kayu Putih*.
Ibu ku memang pecinta Minyak Kayu Putih dan Minyak Tawon dari dulu dan rajin menggosokan minyak ini di tubuhnya. Ayahpun sangat suka dengan Minyak Kayu Putih karena pengalamannya saat Kecil selalu di balur Minyak Kayu Putih. Jadi masuk di kamar Isolasi pun persediaan Minyak Kayu Putih sudah ada.
Singkat cerita, ayah dan ibu ku memakai Minyak Kayu Putih merasakan dadanya Plong dan Lega.
Alhamdulillah.. Setelah Swab ke-3 dan ke-4, Ayahku negatif dan bisa keluar dari RS. Akhirnya banyak yang telepon ke ayahku, Termasuk salah satu pejabat pusat yang kenal dekat dan ketika itu hasil Rapid-Test nya ayahku adalah Positif. Ayahku memberitahukan tentang semua pengobatan yaitu Minyak Kayu Putih.
Saya sempat kesal pada orang-orang yang menawarkan berbagai macam obat dan suplemen, karena tidak semua suplemen bisa menyembuhkan COVID-19.Akan tetapi saat ini banyak orang yang memanfa’atkan situasi dengan menjual suplemen atau obat, yang katanya Obat yang paling mujarab untuk para pasien COVID-19.Karena kami orang dari Akademisi, tentu harus melakukan beberapa penelitian untuk mendapatkan suatu terapi and its a Long Journey.
AKHIRNYA ayahku membentuk team di awal bulan April 2020, meneliti Efek dari Minyak Kayu Putih ini.Karena Minyak Kayu Putih sangat masuk akal bisa menghambat Replikasi Virus.
Ayah pun melakukan sedikit Literature Review dan mendapat beberapa jurnal pendukung kalau Minyak Kayu Putih ini ternyata sangat banyak manfaatnya, yaitu :
– Anti Bakteri,- Anti Jamur.- Bisa meng-inaktivasi Airborne Virus.- 1.8-Cineol yang merupakan Zat Aktif Minyak Kayu Putih bisa sebagai Anti Inflamasi.- Kandungan Eucalyptus-nya berfungsi sebagai Ekspektoran, Mukolitik dan Decongestan.
Ketika melakukan pertemuan melalui Zoom dengan anggota team peneliti yang di Ketuai oleh Prof. Elly dari Farmasi, maka kami mendapatkan lagi tambahan beberapa jurnal pendukung, bahwa :
“Unsur dari Kayu Putih yang Bernama EUCALYPTUS Bisa Bertindak Sebagai Anti Virus.”
Penelitian kamipun berjalan sejak itu. Team kami Gabungan dari para dosen Unhas di Makassar, Inggris, Jepang dan Korea Selatan.Sehingga Penelitian kami menghasilkan sesuatu yang berguna untuk para pasien COVID-19, yaitu :
1. Ambil Minyak Kayu Putih secukupnya, lalu balurkan ke tubuh. Fungsinya sebagai penghangat tubuh dan agar lebih fresh.
2. Untuk menangani orang yang Positif Covid-19, caranya :- Tuangkan Minyak Kayu Putih secukupnya ke jari.- Letakkan jari tsb di tengah Lidah.Lakukan 3 – 4x/hari.Hasilnya : Orang yang sudah Positif Covid-19, Insya Allah Negatif.
3. Minum Teh Hangat yang telah diberi 1 (satu) tetes Minyak Kayu Putih, lalu di minum selagi hangat.Lakukan 2 – 3x/hari.
SEMOGA BERMANFAAT.
Sumber :https://www.google.com/search?q=minyak+kayu+putih+bisa+memghambat+replikasi+virus&oq=minyak+kayu+putih+bisa+memghambat+replikasi+virus&aqs=chrome..69i57j0.16692j0j7&client=ms-android-xiaomi&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

*DR. Ir. Hj. Sri Nurdiati (Dekan FMIPA IPB dan Dosen Biokimia IPB)*_Mhn di sosialisasikan :_
“`Banyak orang nggak sadar pentingnya “ANTIBODI” stoknya harus selalu ada. Orang lebih panik masker atau hand sanitizer hilang di pasaran. Harusnya kita lebih panik kalau “ANTIBODI” hilang di tubuh, karena virus tidak mungkin dihindari.“`
*Point penting dari diskusi:*
“`1. Virus itu hanya bisa dikalahkan oleh “ANTIBODI”“`
“`2. “Antibodi” yg di dlm tubuh itu kyk pabrik, kadang banyak kadang sedikit.“`
“`3. Supaya produksi “anti bodi” banyak, sering konsumsi vitamin C dan E setiap hari serta berjemur Sinar Matahari Pagi.“`
“`4. Virus itu ngga mungkin dihindari, jadi pasti selalu ada, contohnya kalau bersin, bisa dipastikan ada virus disitu. Bersin indikasi tubuh menolak.“`
“`5. Kalau berhasil tembus ke hidung dekat tenggorokan, tubuh akan batuk, tanda menolak.“`
“`6. Kalau masih tembus juga, baru demam. Kalau masih tembus juga, barulah “antibodi” keluar dr pabrik utk melawan perang dgn virus.“`
“`7. Kelemahan virus itu sm sabun. Kalau ngga ada hands sanitizer, pake sabun apa saja bisa bahkan sabun cuci piring jg bisa. Dlm 3-5 menit, virus akan mati sama sabun.“““8. Selama 14 hari “antibodi” kita akan merekam virus ini dan disimpan dlm *sel memori* di otak.“`
“`9. Jadi kalau kita sembuh dan suatu saat kena corona lagi, sel memori ini akan aktif dlm 24 jam (ngga perlu menunggu 14 hari lagi)“`
“`Jadi, mari kita lebih  fokus ke dalam tubuh dgn meyakinkan“`  “STOCK ANTIBODI”  “`cukup alias vitamin C/E rutin dikonsumsi dan Berjemur Sinar Matahari yg paling mudah.“““Catatan tambahan dari Redaksi:Sumber vitamin C dan E terdapat pada Buah2an, kacang2an dan sayur2an, antara lain:“`*✔ Jeruk Manis/nipis**✔ Tomat**✔ Jambu Biji**✔ Kacang Tanah**✔ Kacang Hijau**✔ Bayam**✔ Pucuk Melinjo**✔ Pucuk Kates.*
“`Semoga bermanfaat Untk kita semua & masyrakat…“`
“`Terus semangat berusaha melawan Virus Covid 19 & jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar di beri kesehatan ,kekuatan,dan keselamatan kita sekeluarga , segenap bangsa indonesia.“`

Perhatikan Perbedaannya !!! (Supaya tidak berprasangka buruk) 
1. Batuk kering + Bersin = Polusi udara.
2. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek = Pilek biasa.
3. Batuk + Lendir + Bersin + Pilek + Sakit tubuh + Kelemahan + Demam ringan = Flu.
4. Batuk kering + Bersin + Nyeri tubuh + Kelemahan + Demam tinggi + Kesulitan bernapas + Hilangnya indra pengecap dan perasa =  Corona virus.
Departemen patologi AIIMS, Din. Kes. 

*CORONA MEMBUAT SEMUA JADI TERBALIK ??* 

_Kangge renungan… mugi2 kita tdk terbawa arus & masih saged berpikir sehat ……._  

1. Dulu ketika masuk bulan Ramadhan, syaitan laknattulah yang dikurung.,Sekarang sperti nya di bulan Ramadhan, kita yang akan dikurung di rumah…! (Dunia sudah tua)
2. Dulu kalau rajin ke Masjid namanya orang SALEH, sekarang orang ke Masjid dikira orang SALAH..!(Dunia sedang kacau balau/kritis)
3. Dulu IMAN yang harus di usahakan kuat, sekarang IMUN yang justru diperhatikan..!(Dunia sedang waspada)
4. Dulu orang ditegur kalau tidak pergi Jumatan. Sekarang  justru yg ditegur adalah  orang yang pergi Jumatan..!(Dunia sdh Terbalik)
5. Dulu kalau ada orang bersin dibacakan  Alhamdulillah.,Sekarang klo ada orang bersin.. Innaalillaahi…diwaspadai kena corona..!(Dunia sedang terguncang).
6. Dulu bersatu kita teguh… Sekarang bersatu kita runtuh..!(Dunia sudah beda pepatah )
7. Dulu ada tamu, bawa rahmat. Sekarang ada tamu dianggap bawa sial..!(Dunia Sudah Payah)
8. Dulu kalau ketemu jabat tangan. Sekarang ketemu angkat tangan  (cepat pergi)..!(Dunia sedang Sakit)
9. Dulu Anak disuruh cuci kaki sebelum tidur, Sekarang disuruh cuci tangan sebelum tidur.   (Dunia sedang panik)
10. Dulu parfum yang kita bawa di tas, sekarang hand sanitizer spray yang dibawa.! (Dunia sedang dilanda ketakutan)
11. Dulu senyum sedekah, sekaramg masker yang disedekahkan..!(Dunia dilanda kesulitan)
12. Dulu kata negatif tidak bagus, sekarang kata positif tidak bagus..!(Dunia sedang bergetar)
13. Dulu pulang kampung   membawa kebahagiaan. Sekarang pulang kampung  disangka membawa penderitaan.! (Dunia Sudah Aneh).
Semoga kita selalu mendapat lindungan-Nya 
Semoga Alloh SWT segera mengangkat Virus Covid-19 segera menurunkan TAUFIK DAN HIDAYAH kepada KITA SEMUA.
*MARHABAN YAA ROMADHON 1441 H.*

Terimakasih Ya Allah, Engkau Turunkan Wabah Corona

[: Prof. KH Nadirsyah Hosein]

Terimakasih ya Allah, Engkau turunkan wabah Corona, kata Gus Nadir atau Prof Nadirsyah Hosen setelah mengungkapkan hikmah di balik pandemi global Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tadi malam, Kamis (09/04/2020), via streaming video pada acara Doa Bersama dan Pertaubatan Global Bersatu Melawan Corona Bersama NU Seluruh Dunia yang disiarkan serentak secara live oleh Kompas TV, TV9 Nusantara, BBS TV, serta beberapa channel Youtube dan Fanpage Facebook.

Menurut putra tokoh MUI KH. Ibrahim Hosen ini, jika ada sementara pihak yang protes kenapa masjid ditutup dan kemudian muncul teori-teori konspirasi, sebenarnya mereka lupa bahwa pusat perjudian di Las Vegas, Australia, dan Singapura juga tutup. Semua bar dan club di New York, Paris, dan London tutup. Tempat prostitusi di Jerman, Belanda, dan Rusia juga tutup. Semua kemaksiatan berhenti seketika akibat Corona, bukan karena takbir dan pentungan.

“Pantai menjadi bersih dari sampah plastik. Ikan berenang gembira karena tak lagi diganggu kapal pesiar mewah. Burung terdengar bersahutan karena jalan raya tidak lagi berisik dengan suara knalpot dan klakson. Keluarga yang selama ini tak pernah duduk makan bersama dan saat bertemu biasanya hanya uang dan kerja yang dibahas, kini lebih banyak berkumpul di rumah, beribadah dan beraktifitas bersama keluarga”, tutur santri yang berhasil menjadi guru besar Hukum Islam di Monash University Faculty of Law, Australia ini.

Peraih gelar Ph.D in Law dari Wollongong University dan Ph.D in Islamic Law dari National University of Singapore ini mengungkapkan, di saat manusia terkapar karena terpapar Corona, justeru perlahan alam menemukan kembali harmoninya.

“Kita pun bertanya, inikah musibah atau anugerah? Inikah bencana atau rencana Allah? Inikah aib kemanusiaan atau inikah sebuah proses alam ghaib untuk memanusiakan kembali kemanusiaan kita? Inikah azab atau inikah cara Allah yang sedang mengajarkan manusia pada semesta? Inikah misteri atau inikah solusi?”.

Menyikapi wabah Corona yang dirasakan sebagian orang sebagai musibah, Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa NU Australia dan New Zealand ini mengutip hikmah sufi legendaris, Syekh Ibn ‘Athaillah, boleh jadi seseorang akan mendapatkan pengalaman batin dalam penderitaan, yang tidak bisa ia dapatkan dalam puasa dan shalatnya. 

“Pengalaman batin saat diuji adalah cara Allah untuk menarik manusia lebih dekat lagi kepadaNya. Bukan hanya dalam beribadah saja, tapi juga saat mengalami kerugian dan musibah”, ungkapnya.

Sebab itu, mengutip Syekh Ibn ‘Athaillah, Gus Nadir mengatakan, bermacam ujian itu hakikatnya adalah hamparan pemberian. Datangnya cobaan tak hanya meniscayakan kesabaran, tapi juga syukur. Karena di balik syukur itu ada karunia yang hendak diberikan Allah.

Sembari  mengutip QS Al-Baqarah ayat 286 yang terjemahnya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”, kyai yang telah menulis banyak buku dan makalah yang diterbitkan secara Internasional ini mengucap syukur.

“Terimakasih ya Allah. Engkau turunkan wabah Corona ini, artinya Engkau percaya kami akan sanggup menjalani dan menghadapinya. Terimakasih atas kepercayaan Engkau ya Allah. Kami pun percaya bahwa wabah Corona ini tidak akan membebani kami di luar batas kesanggupan kami. Karena itulah janjimu”, katanya.

18 April 2020

Terjawab sudah ujian kita hari ini*
*Ya Allah, apakah gerangan yang  sedang menimpa kami saat ini?*“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan” (QS. Al-Baqarah : 155).
*Mengapakah kami harus diuji dengan wabah corona seperti ini?*“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut : 2)
*Untuk apa sesungguhnya ujian ini, ya Allah?*“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya”(QS. At-Taghabun :11)
*Namun, mengapa harus terjadi pada kami?*“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut : 3)
*Darimana datangnya musibah ini ya Allah?*“Dari mana datangnya ini?” Katakanlah: “Itu dari dirimu sendiri” (QS. Ali Imran: 165).
*Tapi ya Allah, wabah ini sungguh buruk bagi kami….*“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)
*Telah sesak nafas kami, berat hidup kami, gara-gara wabah ini….*“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah : 286)
*Kami tidak bisa bekerja ya Allah, kami dikurung di rumah saja, kami tidak bisa berbuat apa-apa….*“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139)
*Terkadang, wabah ini memberikan tekanan yang demikian dahsyat kepada kami. Rasanya kami telah menyerah kalah. Sebagian dari kami bahkan telah berputus asa.*“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf : 87)“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat” (QS. Al-Hijr: 56)
*Kami menjadi gelisah, tidak tenang, karena beban berat yang kami hadapi akibat wabah ini….*“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28).
*Di saat sempit seperti ini, masih adakah jalan keluar bagi kami? Masih adakah pintu rezeki untuk menyambung hidup kami ya Allah?*“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. Ath-Thalaq: 4).
*Tapi, perusahaan sudah memotong gaji kami. Bahkan sebagian dari kami, sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Siapa yang akan memberikan rezeki kepada kami?*“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Hud: 6)
*Sudah lebih dari sebulan kami menjalani kebijakan Stay At Home. Rasanya sudah tidak kuat untuk terus menerus dikurung di dalam rumah. Lelah ya Allah. Sungguh kami tidak tahu, sampai kapan suasana ini….*“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran : 200)
*Mengapa Engkau menyuruh kami untuk bersabar?*“Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran : 146)
*Adakah balasan atas kesabaran kami ya Allah?*“Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 96)
*Alhamdulillah. Seberapa banyakkah pahala yang akan Engkau berikan kami?*“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar : 10)
*Subahanallah… Lalu bagaimana nasib kami kelak di akhirat ya Allah?*“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (surga), (sambil mengucapkan) ‘SeLamat untuk kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’du : 23-24)*Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Sekarang kami tenang ya Allah. Kami ridha dengan ketentuan-Mu. Kami bersabar dengan ujian-Mu.*“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya” (QS. Al-Bayyinah : 8)“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar” (QS. At-Taubah : 72).Wassalamu alaikum wr wb..

WfH & SaH
Work from Home atau Stay at Home atau sebutan lain yang lebih keren yang penting isinya produktif. Produktif untuk diri sendiri, untuk jamaah, dan anak didik.
Dari nata pot, masak, korah-korah sampai membuat coretan & catatan digital dengan target buku, misalnya, adalah produktif untuk diri sendiri. Mengatur persiapan jamaah masjid agar salat tarawih di rumah saja agar tidak terjadi kerumunan masif dalam rentang waktu lama (sebagaimana tampak dalam kutipan pesan WA berikut)  adalah produktif untuk jamaah. Kalau kita, jamaah, nggak taat social & physical distancing dan terus terjadi penularan, kan kontra produktif. Memberi bimbingan skripsi di GWA (sebagaimana tampak dalam sreenshot) adalah ibadah mendidik anak bangsa.
SAYA: Ketua Takmir sudah saya telepon, Pak. Saya sampaikan beberapa hal berikut. (1) Saya minta masjid tidak menyelenggarakan salat tarawih berjamaah karena menjadi tempat berkumpul orang secara masif dalam waktu lama. (2) Mulai jumat pekan ini, salat jumat dilaksanakan dengan jarak aman (kiri-kanan 80 cm). Untuk itu, halaman utara dan depan (jalan dipakai salat). Khutbah dan salat jumah dilaksanakan dalam eakyu relatif singkat. (3) Saya tidak ingin masjid kita jadi klaster penyebaran Covid19. Sejumlah tempat kegiatan keagmaan Islam menjadi  klaster penyebaran Covid 19, misalnya, (a) jamaah Tabligh di Masjid Tamansari Jakbar, (b) ijtimma’ ulama jamaah Tabligh di Gowa, (c) Ponpes Temboro Magetan jadi sorotan dunia karena santri yang pulang ke Malaysia SEMUANYA POSITIF CORONA; dan (d) BIMTEK Haji di Sukolilo (8–18 Maret 2020) yang bebagian pesertanya positif Corona, baik PDP, PPC, maupun meninggal.
KETUA RT: Baik pak, seyogyanya memang demikian. Kami akan koordinasi dan segera memberi info ke warga jika tidak ada sholat taraweh berjamaah di madjid, sekaligus mengatur/memberi tanda agar jarak setiap jamaah 80 cm. Swn.
SAYA: Inggih, Pak. Jika ada jamaah perlu penjelasan lebih lanjut, saya bersedia menjelaskannya. Nuwun sanget.

CORONA MEMBUAT SEMUA JADI TERBALIK*
1. Dulu ketika masuk bulan Ramadhan, syaitan laknattulah yang dikurung.,Sekarang sperti nya di bulan Ramadhan, kita yang akan dikurung di rumah…! (Dunia sudah tua)
2. Dulu kalau rajin ke Masjid namanya orang SALEH, sekarang orang ke Masjid dikira orang SALAH..!(Dunia sedang kacau balau/kritis)
3. Dulu IMAN yang harus di usahakan kuat, sekarang IMUN yang justru diperhatikan..!(Dunia sedang waspada)
4. Dulu orang ditegur kalau tidak pergi Jumatan. Sekarang  justru yg ditegur adalah  orang yang pergi Jumatan..!(Dunia sdh Terbalik)
5. Dulu kalau ada orang bersin dibacakan  Alhamdulillah.,Sekarang klo ada orang bersin.. Innaalillaahi…diwaspadai kena corona..!(Dunia sedang terguncang).
6. Dulu bersatu kita teguh… Sekarang bersatu kita runtuh..!(Dunia sudah beda pepatah )
7. Dulu ada tamu, bawa rahmat. Sekarang ada tamu dianggap bawa sial..!(Dunia Sudah Payah)
8. Dulu kalau ketemu jabat tangan. Sekarang ketemu angkat tangan  (cepat pergi)..!(Dunia sedang Sakit)
9. Dulu Anak disuruh cuci kaki sebelum tidur, Sekarang disuruh cuci tangan sebelum tidur.   (Dunia sedang panik)
10. Dulu parfum yang kita bawa di tas, sekarang hand sanitizer spray yang dibawa.! (Dunia sedang dilanda ketakutan)
11. Dulu senyum sedekah, sekaramg masker yang disedekahkan..!(Dunia dilanda kesulitan)
12. Dulu kata negatif tidak bagus, sekarang kata positif tidak bagus..!(Dunia sedang bergetar)
13. Dulu pulang kampung   membawa kebahagiaan. Sekarang pulang kampung  disangka membawa penderitaan.! (Dunia Sudah Aneh).
Dunia sudah terbalik2…

Profesor Fisiologi Kedokteran Jepang, Profesor Dr Tasuku Honjo, menciptakan sensasi di depan media hari ini dengan mengatakan bahwa virus korona itu tidak alami.
 Jika itu alami, itu tidak akan mempengaruhi seluruh dunia seperti ini.  Karena, sesuai sifatnya, suhu berbeda di berbagai negara.  Jika itu alami, itu akan berdampak buruk hanya pada negara-negara yang memiliki suhu yang sama dengan Cina.
 Sebaliknya, menyebar di negara seperti Swiss, dengan cara yang sama menyebar di daerah gurun.  Padahal kalau itu alami, pasti sudah menyebar di tempat dingin, tetapi mati di tempat panas.
 Saya telah melakukan 40 tahun penelitian tentang hewan dan virus.  Itu tidak alami.  Ini dibuat, dan virus ini sepenuhnya buatan.
 Saya telah bekerja selama 4 tahun di laboratorium Wuhan di Cina.  Saya sepenuhnya kenal dengan semua staf laboratorium itu.  Saya telah menelepon mereka semua, setelah kecelakaan Corona.  tapi, semua ponsel mereka mati selama 3 bulan terakhir.  Sekarang dipahami bahwa semua teknisi laboratorium ini telah meninggal.
 Berdasarkan semua pengetahuan dan penelitian saya sampai saat ini, saya dapat mengatakan ini dengan keyakinan 100% bahwa Corona tidak alami.  Itu belum datang dari kelelawar.  Cina telah membuatnya.
 jika apa yang saya katakan hari ini terbukti salah sekarang atau bahkan setelah kematian saya, pemerintah dapat menarik Hadiah Nobel saya.
 Tapi Cina berbohong dan kebenaran ini suatu hari akan diungkapkan kepada semua orang. “
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Tasuku_Honjo

Artikel Rektor IPB di *Media Indonesia* Rabu 28 April 2020. 
*INSTALL ULANG TATA KEHIDUPAN*Oleh :*Arif Satria*Rektor IPB
Pandemi Covid-19 yang bersifat global telah berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Bermula hanya berdampak pada aspek kesehatan, kemudian meluas kepada aspek ekonomi, pendidikan, keagamaan, pemerintahan, dan pangan. Sejalan dengan tugas menjalankan ibadah bulan Ramadhan, tentu tugas kita adalah bagaimana menemukan hikmah dari bencana ini. Melihat karakteristik Covid-19 dan multiplier effect yang ditimbulkan, prasangka baik kita adalah bahwa Tuhan tidak saja sedang menguji kesabaran kita, tetapi juga sedang meminta kita untuk meng-install ulang tata kehidupan baru. Mengapa ?
*Pertama, install ulang tata kehidupan ekologis*. Bumi sudah merasakan beban yang berat. Kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Polusi udara, pencemaran sungai dan laut, sampah menggunung, deforestasi, dan bahkan pemanasan global telah kita rasakan. Seiring meningkatnya intensitas aktivitas ekonomi maka carbon footprint juga meningkat. Lapisan ozon makin menipis. 
Namun kini sebagian besar orang berdiam di rumah dan menjalankan pekerjaan dari rumah. Akibatnya jalan sepi, pasar sepi, toko tutup, warung sepi, dan mobilitas sosial makin terbatas. Kemudian polusi udara teratasi, lapisan ozon membaik, langit makin bening biru, sampah berkurang, dan udara makin segar. Saat bumi beristirahat seperti sakarang ini, mestinya menjadi momentum kita untuk merenung: apakah ketika pandemi Covid-19 berakhir lalu alam yang sudah tenang seperti ini akan tetap tenang dan membuat hidup kita lebih nyaman dan sehat? 
Semua tergantung kita, tapi sebenarnya Pandemi Covid-19 adalah pesan bahwa kita harus berubah dan memulai hidup dengan cara baru. Pandemi Covid-19 memberi pesan bahwa bumi harus istirahat agar kondisi lingkungan pulih. Adalah tugas kita untuk saat ini merancang bagaimana pemulihan lingkungan terus terjaga meski Pandemi Covid-19 telah berakhir. 
Suatu saat di Los Banos saya bertemu dengan profesor dari Jepang yang bercerita tentang pendidikan ekologi manusia (human ecology) di Tokyo University. Beliau mengatakan bahwa pendidikan ekologi manusia ada di fakultas kedokteran, bukan di fakultas lingkungan. Ini memang agak aneh. Ternyata baginya menjaga kesehatan bukan persoalan tersedia-tidaknya obat. Rezim obat-obatan adalah masa lalu. Sebaliknya dia menegaskan bahwa ke depan kesehatan adalah akibat kondisi lingkungan. Bagi Jepang, harmoni dengan alam dan harmoni secara sosial adalah “obat” paling mujarab menjaga kesehatan kita, karena keduanya adalah sumber kebahagiaan. Jadi, kesehatan, kebahagiaan dan status lingkungan hidup semakin kuat tali temalinya. 
*Kedua, install ulang tata hidup sehat. Hidup sehat kini menjadi obsesi semua orang*. Pandemi Covid-19 telah memaksa kita semua untuk mengubah cara hidup. Sebelum ini hand-sanitizer hanya kita gunakan saat keluar masuk ruang rawat inap rumah sakit. Cuci tangan dengan sabun sebelumnya hanya saat sebelum dan sesudah makan. Namun kini setiap saat orang mencuci tangan. Kini semua orang tahu apa itu hand-sanitizer dan menggunakannya setiap saat. Masker dulu hanya digunakan tenaga medis, kini digunakan semua orang. Hal ini karena kesadaran masyarakat makin meningkat tentang mobilitas virus. Kini orang berlomba-lomba untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengingat daya tahan tubuh adalah “obat” penangkal efektif Covid-19. Orang pun tanpa disuruh mulai rajin berolahraga dan berjemur. 
Praktik baru tersebut sebagian besar merupakan bagian dari prinsip gizi seimbang. Dulu, para ahli gizi mempromosikan prinsip gizi seimbang hingga berbusa-busa. Namun kini orang dengan sendirinya telah menerapkan prinsip gizi seimbang meski tidak tahu bahwa yang dilakukannya adalah implementasi gizi seimbang. Dengan demikian Covid-19 telah memaksa kita meng-install ulang cara hidup kita dengan cara hidup sehat yang lebih baik. 
*Ketiga, install ulang tata kehidupan sosial-ekonomi*. Solidaritas sosial makin berubah. Dulu individualisme orang perkotaan begitu menonjol. Kini empati mereka makin meningkat. Gerakan solidaritas untuk membantu korban ekonomi Covid-19 semakin marak. Aneka program donasi melalui media sosial berkembang secara spontan. Telah meningkat kesadaran kolektif bahwa musibah ini harus dihadapi bersama-sama. Solidaritas sosial ini merupakan modal sosial yang luar biasa. Masyarakat modern yang telah terspesialisasi, berhubungan dengan sesama atas dasar ikatan kontraktual, kini tergerak untuk bersama-sama atas dasar ikatan moral. Jiwa kemanusiaan makin tumbuh. Tata kehidupan sosial kota telah berubah.
Namun sebenarnya yang menarik adalah bukan semata solidaritas dalam konteks ekonomi. Bukan semata berbagi rezeki kepada golongan menengah ke bawah yang terkena dampak ekonomi Covid-19 tetapi solidaritas berbagi nilai moral dan ilmu. Seruan moral untuk membangun optimisme diviralkan melalui media sosial. Tips-tips untuk beradaptasi dengan situasi baru ini beredar dimana-mana. Berbagi nasehat dan berbagi ilmu tiap hari kita rasakan. 
*Keempat*, install ulang tata kehidupan para pembelajar. Kini kita berlomba-lomba dalam inovasi. Ternyata musibah ini mendorong para pembelajar untuk mengerahkan ilmunya untuk memberikan solusi. Banyak inovasi bermunculan, baik inovasi peralatan medis, inovasi pelayanan medis, maupun inovasi obat-obatan. Musibah ini memberi pelajaran pentingnya mencari ilmu yang bermanfaat. Di saat-saat seperti inilah taruhannya pada kapasitas keilmuan kita. Ilmu bukan untuk unjuk kebanggaan tetapi ilmu untuk solusi. Karena itulah kesadaran para pembelajar makin meningkat untuk melakukan riset-riset transformatif, yakni riset-riset yang berdampak, dan bukan sekedar riset untuk riset. Install ulang mindset para pembelajar telah terjadi. 
*Kelima, install ulang kehidupan spiritual*. Semula Tuhan dianggap terlalu jauh dari urusan duniawi, namun kini orang berusaha agar Tuhan hadir sedekat-dekatnya dengan kita. Kebetulan Pandemi Covid-19 terjadi pada bulan Ramadhan, semakin membuat proses install ulang spiritual kita makin sempurna. Salah satu proses refleksi spiritual penting adalah bahwa kita ternyata bukan siapa-siapa. Menghadapi virus kecil saja tak berdaya. Ilmu kita benar-benar hanya setetes air dari lautan luas. Disinilah kesadaran spiritual mulai tumbuh. 
Semua tidak mungkin terjadi tanpa kehendak Tuhan. Kapan pandemi berakhir pun mesti dengan campur tangan Tuhan. Namun intervensi Tuhan untuk memulihkan keadaaan juga melalui proses-proses yang obyektif. Tuhan meminta kita tidak sombong dengan ilmu yang kita miliki, sehingga kita dengan rendah hati belajar dan belajar untuk menemukan cara pengobatan dan pencegahan Covid-19. Tuhan meminta kita untuk saling menolong. Tuhan telah meminta kita untuk menjaga alam. Tuhan telah meminta kita untuk mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan. Mungkin hidup kita sudah kebablasan jauh dari koridor yang telah Tuhan tetapkan, dan mengabaikan sejumlah permintaan Tuhan tersebut. 
Mungkin inilah cara Tuhan meminta kita untuk meng-install ulang tata kehidupan kita, agar kita makin bersyukur atas nikmat alam, nikmat kesehatan, nikmat ilmu dan nikmat iman. Kita telah dikaruniai akal dan hati. Mari kita gunakan untuk meng-install ulang tata kehidupan sebagai wujud syukur kita, dengan tatap didasari keyakinan bahwa kita bukan siapa-siapa di hadapanNya. Ikhtiar install ulang ini penting sebagai sikap tunduk kita pada QS Ar-Ra’d:11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka”.
Bogor, 28 April 2020

Presiden Uganda YOWERI MUSEVENI dengan gusar  memperingatkan rakyatnya yang bersikap meremehkan selama wabah  COVID-19 ini:
 _”Tuhan memiliki banyak pekerjaan, Dia memiliki seluruh dunia untuk dijaga. Dia tidak bisa hanya berada di Uganda mengurusi orang2 idiot…”._ 
Di bawah ini adalah pidatonya yang menarik:
_”Dalam situasi perang, tidak ada yang meminta siapa pun untuk tetap di dalam rumah. Anda tetap di dalam ruangan sebagai pilihan terbaik, tanpa ada yang meminta._ _Bahkan, jika Anda memiliki ruang bawah tanah, anda bersembunyi di sana selama peperangan  berlangsung._ 
_Selama perang, anda tidak menuntut kebebasan Anda._ _Anda rela menukarkan kebebasan Anda demi bertahan hidup._ _Selama perang,  anda tidak mengeluh kelaparan. Anda sabar menahan  kelaparan dan berdoa agar anda masih hidup untuk bisa makan lagi.__Selama perang, anda tidak berdebat tentang membuka bisnis anda. Anda bahkan menutup toko anda (jika anda punya waktu), dan berlari untuk menyelamatkan hidup Anda._ _Anda berdoa agar hidup lebih lama dari perang sehingga anda dapat kembali melakukan bisnis anda (jika belum dijarah atau dihancurkan oleh tembakan mortir).__Selama perang, anda bersyukur kepada Tuhan karena melihat matahari esok sebagai orang hidup._ _Selama perang, anda tidak merasa  perlu untuk khawatir tentang sekolah anak2 Anda._ _Anda berdoa agar pemerintah tidak memaksa mereka sebagai tentara untuk dilatih di gedung sekolah yang dirubah  menjadi pangkalan militer._
_Ketahuilah, dunia saat ini dalam keadaan perang._ _Perang tanpa senjata dan peluru._ _Perang tanpa tentara manusia._ _Perang tanpa batas._ _Perang tanpa perjanjian gencatan senjata.__Perang tanpa medan tempur,  tanpa melihat  tempat suci._
_Tentara dalam perang ini tanpa belas kasihan._ 
_Musuh kita tak punya “sisi baik” manusiawi, musuh kita bersikap kejam,  tidak menghormati anak2, wanita, atau tempat ibadah._ 
_Tentara ini tidak tertarik pada rampasan perang._ _Tentara musuh kita ini  tidak memiliki niat untuk mengganti  rezim._ _Tidak peduli dengan sumber daya alam didalam bumi._ _Bahkan tidak tertarik pada hegemoni agama, etnis atau ideologis._ _Ambisinya tidak ada hubungannya dengan superioritas ras.__Tentara musuh kita ini adalah pasukan yang tak terlihat, cepat, dan efektif tanpa ampun._
_Agenda satu2nya adalah *panen kematian*. Tentara itu  hanya merasa puas setelah mengubah dunia menjadi *satu daerah kematian besar*._ 
_Kemampuannya untuk mencapai tujuannya tidak diragukan. Tanpa tank darat, mobil amfibi dan tanpa pesawat, tentara musuh kita memiliki basis di hampir setiap negara di dunia._ _Gerakannya tidak diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun._ 
_Singkatnya, tentara itu mengikuti aturan yang ia buat sendiri. Tentara musuh kita itu adalah *Corona virus*. Juga dikenal sebagai *COVID19*._
_Syukurlah, pasukan ini masih memiliki kelemahan dan bisa dikalahkan._ 
_Hanya dibutuhkan tindakan, disiplin, dan kesabaran kita bersama. COVID-19 tidak dapat bertahan jika ada jarak sosial dan fisik._ _Tentara itu  hanya tumbuh subur  dan kuat jika Anda menemuinya._ _Tentara musuh kita itu senang jika dihadapi secara fisik._ _Tentara itu akan menyerah jika kita bisa  menghadapinya dengan melakukan social distancing dan physical distancing secara bersama-sama.  Tentara itu akan membungkuk tunduk jika kita melakukan pola  kebersihan hidup pribadi yang baik._ 
_Tentara itu akan tidak berdaya ketika anda menyadari bahwa keselamatan anda kini sedikit banyak ada di tangan anda sendiri dengan menjaganya agar tetap bersih dan sesering mungkin mencucinya._
_Ini bukanlah  saatnya bagi kita untuk menangis tentang roti dan mentega seperti anak-anak manja. Lagi pula, kitab suci memberi tahu kita bahwa manusia tidak akan hidup dari roti saja. Mari kita patuhi dan ikuti instruksi pihak berwenang. Mari kita ratakan kurva COVID-19. Ayo berlatih sabar._ 
_Mari menjadi penjaga saudara kita. Dalam waktu singkat, kita akan bisa mendapatkan kembali kebebasan, usaha, dan kehidupan sosial kita…_
_Di tengah keadaan DARURAT, kita perlu mempraktekkan pentingnya pelayanan dan pentingnya cinta kasih terhadap sesama..”

to me

https://www.facebook.com/100022858113237/posts/696695111102420/?sfnsn=wiwspwa&extid=Y1mrRelHef3hfJeP
Waduh, jawaban Geng Shuang dari Kemenlu China, benar² tdk dapat dianggap main². Silakan ihat terjemahannya.———————————-
Pada konferensi pers reguler Kementerian Luar Negeri, beberapa wartawan bertanya kepada Geng Shuang: Presiden AS Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat masih ingin mengirim penyelidiknya sendiri ke Cina untuk menyelidiki situasi terkait epidemi, dan mengatakan bahwa Amerika Serikat selalu membahas masalah ini dan  Negosiasi di Cina.  Trump mengatakan bahwa jika Cina memiliki tanggung jawab untuk penyebaran virus, itu harus menanggung konsekuensinya. 
Selain itu, dua anggota Kongres AS memprakarsai rancangan UU di Kongres yg meminta agar warga negara AS dan pemerintah setempat diizinkan untuk menuntut pemerintah Tiongkok atas penyebaran epidemi global yang disebabkan oleh WHO yang menyesatkan China.  Apakah Anda punya komentar?
Jawaban Geng Shuang: Virus adalah musuh bersama seluruh umat manusia, dan dapat muncul kapan saja dan di mana saja di dunia.  Seperti negara-negara lain, China telah diserang oleh virus corona baru. Ia adalah korban, bukan pelaku, juga bukan “kolaborasi” dari virus tersebut.
Pada tahun 2009, flu H1N1 pertama kali didiagnosis di Amerika Serikat dan menyebar di wilayah yang luas, menyebar ke 214 negara dan wilayah, yang mengakibatkan kematian hampir 200.000 orang. Adakah yang meminta AS untuk memberikan kompensasi?  Pada 1980-an, AIDS pertama kali ditemukan di AS dan menyebar ke seluruh dunia. Saya tidak tahu berapa banyak orang yang menderita sakit. Adakah yang mencari kesalahan dari AS?  
Selain itu, beberapa hari yang lalu, Ma Kaishuo, seorang profesor di Universitas Nasional Singapura, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa gejolak keuangan di Amerika Serikat pada thn 2008 dan keruntuhan Lehman Brothers akhirnya berubah menjadi krisis keuangan global. Adakah yang meminta Amerika Serikat untuk menanggung konsekuensinya?
Amerika Serikat harus memahami bahwa musuh mereka adalah virus, bukan Cina.Jawaban Geng Shuang sangat jelas, bahwa China adalah korban virus mahkota baru, bukan pelakunya, juga bukan “kolusi” virus itu.  
Jika Trump dan Pompeo tidak merasa  bersalah atas kegilaan orang tua tsb, maka mereka harus tahu bahwa China bukan negara yang diizinkan utk diinjak-injak oleh “koalisi 8 negara.” China bukan Irak, Venezuela, Suriah, atau Anda.  Datanglah kapan pun Anda mau, periksa apakah Anda mampu.  Cina tidak bersalah, tetapi Anda tidak memenuhi syarat.
Pada tahap awal epidemi, kami mengambil inisiatif untuk mengundang WHO dan para ahli Cina untuk melakukan inspeksi bersama di area epidemi, dan mengusulkan hasil pemeriksaan pendahuluan tentang wabah dan penyebaran coronavirus baru.  Permintaan penyelidikan yang dibuat oleh Trump murni tidak masuk akal dan merupakan manifestasi dari hegemoni.  
Sebagai organisasi internasional mereka lebih baik dari AS dan seluruh umat manusia, dan tampaknya hanya mereka yang bisa dipercaya. Dan apakah Amerika Serikat benar² kredibel?  Irak dan Venezuela adalah biktinya. Dan penampilan mereka juga diakui di AS.
Dalam epidemi saat ini, politisi Amerika tidak berkonsentrasi mengorganisir perang melawan virus, tetapi membuang panci di mana², bukannya mengatakan yang sebenarnya kepada orang² Amerika secara  jujur, tapi mereka membual tentang diri mereka sendiri setiap hari, yang sebenarnya membunuh orang dan membangun citra  presiden mereka sendiri dengan mayat orang Amerika. Demi Tahta. Kami harus memperingatkan Trump bahwa jika kami berhitung dengan sempoa China, yang terbaik bagi dia adalah memikirkannya lagi.  Karena 1,4 miliar orang tidak akan setuju, 2 juta tentara China bukanlah hiasan, tetapi Tembok Besar baja China.  Rudal Dongfeng China tidak digunakan untuk menyapu, tetapi untuk melawan anjing serigala.  
Kapal selam nuklir China tidak digunakan untuk melakukan perjalanan di dasar laut, tetapi untuk memerangi tamu tak diundang.  Senjata nuklir Cina tidak digunakan untuk menakuti siapa pun, tetapi untuk berjaga. Siapa pun yang ingin merasakan sesuatu, pikirkan tentang hal itu, katakan padaku. Kami ingin memperingatkan Trump bahwa jika China menginginkan kompensasi, itu akan dihitung dari saat Pasukan 8 Kekuatan menyerbu Cina, dan menghitung sampai beberapa kasus yang baru saja diusulkan Geng Shuang. Anda akan mengkompensasi akun lama historis Tiongkok dan dunia terlebih dahulu.
Kami ingin memperingatkan Trump bahwa jika dia ingin menyelidiki epidemi di Tiongkok, tolong jelaskan berapa banyak orang yang meninggal di AS pada tahun 2019 karena Pneumonia Koroner Baru, dan mengapa ketiga generasi Coronavirus Baru muncul di Amerika Serikat.  
Yang jelas, pertama jelaskan kondisi dan keberadaan lima pasien yang berpartisipasi dalam Pertandingan Militer Wuhan, kemudian jelaskan alasan dan konsekuensi dari penutupan mendadak laboratorium biologi Fort Dietrick. Juga  jelaskan mengapa Anda berperilaku seperti itu pada awal wabah. Ini sangat masuk akal, tetapi hasilnya kontraproduktif. Kita harus memperingatkan Trump bahwa ketika Cina menderita7 epidemi, dia mrrasa sangat beruntung dan gembira, dan dia telah meletakkan semua sarana tercela ke permukaan tanah, dan dia ingin membunuh Cina. Jalan pikiran dia sudah dikenal oleh semua orang. Orang² Cina dan dunia tidak akan melupakan itu.
Ada pepatah lama yang terkenal di Tiongkok: “cepat atau lambat dia harus membayar kembali”.  Cepat atau lambat akun ini akan dihitung sendiri oleh dia. Kita harus memperingat kan Trump, karena kesombongan, ketidaktahuan dan keegoisan dia telah menyia-nyiakan suatu periode di mana Cina telah membuat pengorbanan besar bagi dunia. 
Dan orang² Amerika telah terinfeksi hampir satu juta orang dan lebih dari 50.000 meninggal. Kehidupan manusia hilang hanya untuk dia. Hutang darah dia kepada orang² Amerika pasti akan datang menagih kepada dia. Trump, tolong lakukan sesuatu sendiri.

Kami kirimkan tulisan Prof. Arif Satria. Semoga bermanfaat.“`Artikel Dimuat di Harian *Republika* 2 Mei 2020.
*COVID-19 DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0*Oleh : *Arif Satria*Rektor IPB
Film *the Internship*, yang dibintangi Owen Wilson dan Vince Waughn, adalah contoh menarik ketika dua mantan salesman yang minim penguasaan teknologi informasi tersebut magang di kantor Google. Beda suasana kerja kantor lama dan kantor baru tersebut membuat keduanya menjadi “aneh” dan serba terkaget-kaget. Ada lagi *film the Intern* yang disutradai Nancy Meyers diperankan oleh Robert De Niro (Ben) dan Anne Hathaway (Jules), mengisahkan hal yang mirip. Ben seorang pensiunan berusia 70 tahun magang di perusahaan online. Hari pertama masuk kerja saat setelah duduk, Ben mengeluarkan alat kerjanya: buku catatan, pulpen, dan kalkulator besar. Sementara di sebelahnya karyawan milineal mengeluarkan telpon pintar, flashdisk dan laptop. 
Kedua film tersebut sebenarnya menggambarkan dunia nyata. Boleh dikata dua perusahaan tempat magang di kedua film tersebut adalah potret kerja di era Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0). Apakah kita disini sudah memasuki RI 4.0? Apa hubungan RI 4.0 dengan Covid-19?
Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) telah membawa kita kepada dunia baru. Memang salah satu pemicunya adalah revolusi teknologi 4.0 yang antara lain mencakup kecerdasan buatan, internet of things, robotik, drone, cetak 3 dimensi, dan blockchain. 
Namun sebenarnya RI 4.0 tidak sekedar aplikasi teknologi canggih yang serba digital tersebut, melainkan juga memerlukan perubahan cara berpikir dan cara bekerja sehingga perlu penguasaan skill baru yang lebih adaptif terhadap situasi baru ini. RI 4.0 telah membawa perubahan baru dalam kehidupan. Perubahan adalah keniscayaan, dan apakah kita sudah beradaptasi terhadap perubahan baru ini? 
Ternyata Pandemi Covid-19 mempercepat kita beradaptasi dengan RI 4.0. Sebagian masyarakat yang selama ini belum mencoba atau belum menganggap penting, suka atau tidak suka telah masuk dalam “perangkap” RI 4.0. Lebih-lebih di era WFH ini, semakin terasa kehidupan ini berubah. Jadi kita masuk ke RI 4.0 karena dipaksa keadaan (by accident). Ada 6 bidang yang mengalami perubahan nyata. 
*Pertama*, dunia pendidikan kini dipaksa memberlakukan pembelajaran daring, baik dari SD hingga perguruan tinggi selama masa pandemi ini. Dosen pun terpaksa harus belajar menyiapkan materi kuliah dan ujian daring, serta cara menilai ketercapaian _learning outcome_. Kampus terpaksa harus menyiapkan aturan main serta infrastrukturnya. Mahasiswa terpaksa harus siap dengan belajar cara baru dan bahkan harus siap ekstra kuota internet. Dalam taraf tertentu, belajar menjadi lebih fleksibel. Hasilnya kini semua dosen melek teknologi digital, sebelumnya masih gamang untuk memulai pembelajaran daring. 
*Kedua*, dunia kerja dan birokrasi kini dicirikan dengan WFH. Ternyata kita bisa bekerja lebih fleksibel, efisien dan cepat dengan media daring, dengan hemat kertas, listrik, dan bahan bakar minyak. Kita semua makin adaptif dan terbiasa dengan tele-conference lintas kota dan bahkan lintas negara. Bahkan sehari bisa ikut 5 pertemuan intensif lintas kantor tanpa terkendala kemacetan lalu lintas. Dengan cara kerja baru, dunia kerja menghadapi tantangan menetapkan indikator kinerja para pegawainya, yang berbeda dengan cara-cara lama. Sistem insentif pun akhirnya mesti berubah. Memang manajemen organisasi kerja sedang mengalami disrupsi, dan kita baru bisa beradaptasi secara parsial.
*Ketiga* , dunia kesehatan memasuki RI 4.0. Saat Pandemi Covid-19 ini ada kekuatiran pasien untuk berkunjung ke rumah sakit. Interaksi dosen-pasien di masa sekarang ini dianggap berisiko. Karena itu kini muncul konsultasi dokter secara daring dan obat dikirim melalui jasa ekspedisi daring. Bahkan di negara maju kini sudah sampai pada praktik tele-medicine yang berbasis kecerdasan buatan. Sebenarnya kita pun sudah menikmati kecerdasan buatan untuk kesehatan dengan gawai pintar, seperti menghitung jumlah langkah sehari atau denyut jantung.
*Keempat*, dunia sosial sangat diuntungkan dengan berbagai platform yang memungkinkan adanya donasi secara luas atau _crowd funding_ dengan lebih cepat dan efisien. Di saat pandemik Covid-19 ini banyak kalangan memanfaatkan platform ini untuk mencari dana untuk berbagai kepentingan sosial. Bahkan artis-artis terkenal pun tanpa harus berkumpul mampu mengadakan konser amal secara daring dengan sukses.
*Kelima*, dunia transportasi daring makin meluas. Saat WFH ini, kirim barang dan beli makanan cukup menggunakan jasa ojek daring tanpa ada rasa kuatir. Artinya kita sudah percaya pada platform daring yang terkoneksi ke berbagai hal. Sistem daring seperti ini telah mengendalikan perilaku manusia.
*Keenam*, dunia pertanian dan perikanan menghadapi cara baru. Di era pandemi Covid-19, sebagian produk pertanian mengalami over suplai di desa dan harga jatuh. Distribusi konvensional terbatas. Namun kini sebagian petani mitra IPB menikmati penjualan secara daring dengan harga lebih baik. Konsumen pun menikmati harga yang lebih murah. Sebenarnya kebuntuan distribusi ini mestinya bisa diatasi dengan instrumen blockchain untuk mengatur logistik pangan lebih efisien. 
Agenda ke depan agromaritim 4.0 adalah penerapan drone untuk memupuk dan pengendalian hama, traktor tanpa awak, robot bawah laut, satelit untuk melihat unsur hara di tanah dan kondisi ekosistem laut, dan bioinformatika untuk menghasilkan benih unggul. 
Jadi, Pandemi Covid-19 secara tidak disadari menggiring kita pada kehidupan baru yang merupakan cerminan RI 4.0, meski masih bersifat amat parsial. Apakah perubahan ini hanya sementara saja semasa WFH dan lalu kita akan kembali ke pola kehidupan sebelumnya? Ataukah perubahan ini permanen dan sekaligus mengantar kita ke pintu gerbang RI 4.0 yang sesungguhnya? 
RI 4.0 hanyalah cara hidup, namun kalau kita ingin _survive_ maka cara hidup juga harus berkembang menyesuaikan zaman. *Seperti kata Darwin, yang survive bukanlah yang paling kuat dan paling pinter, tapi yang responsif terhadap perubahan*. 
Bogor, 2 Mei 2020

Konsep Ibnu Sina dalam Menghadapi Pandemi*
Prof Dr Syihabuddin Qalyubi
BARU-BARU ini viral di medsos *film berbahasa Soviet berdurasi 4 menit, menceritakan metode Ibnu Sina dalam menghadapi pandemi*. Film Avicenna (Ibnu Sina) yang diproduksi oleh Rusia di masa Uni Soviet pada tahun 1956, disutradarai Gregory Cooperschmitt, telah menghebokan Facebook dan WhatsApp, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, terutama di Timur Tengah, sebagaimana di lansir dalam berbagai surat kabar on line antara lain el-Syuruuq, el-Syarq, el-Quds el-Araby, el-Bilad, dan el Qabas.
Dalam film itu dijelaskan tentang kejeniusan Ibnu Sina, dan pengetahuannya tentang seluk beluk dunia medis, terutama karena *informasi dan diagnosisnya yang sangat akurat tentang Wabah Hitam (Black Death)* yang waktu itu menewaskan jutaan orang. Apa yang disampaikannya ini sangat mirip dengan gejala penularan corona serta metode untuk mengatasinya.
Abu ʿAli al-Ḥusayn ibn ʿAbdillah ibn Sina dikenal dengan Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Karyanya yang sangat monumental adalah al-Syifa (Penyembuhan, terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) dan al-Qānūn fī al-Ṭibb (Canon of Medicine, Aturan Pengobatan) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Orang Barat menyebut Ibnu Sina dengan panggilan the Prince of Doctors (Pangeran para dokter) dan the *Father of Modern Medicine in the Middle Ages* (Bapak Kedokteran Moderen di Abad Pertengahan).
Dalam salah satu adegan film itu, Ibnu Sina dan murid-muridnya pergi menemui seorang ulama, Abu al-Rayhan al-Bīrūni. Ini adalah pertemuan kali yang pertama di antara mereka. Al-Bīrūni menyambut Ibnu Sina dengan dua tangan terbuka untuk memeluknya, tetapi *Ibnu Sina mundur dan menolak menyentuhnya*, ia minta disediakan pakaian baru untuknya dan orang-orang yang menyertainya, serta minta mangkuk dengan larutan cuka untuk mencuci tangan dan wajah mereka. 
Apa yang *disampaikan Ibnu Sina ini merupakan protokol kesehatan yang tidak jauh berbeda dengan tata-cara mencegah infeksi virus Corona* pada masa sekarang ini, di samping penggunaan sabun atau etil alkohol (alkohol murni) untuk membunuh virus.
Al-Bīrūni terkejut dengan permintaan Ibnu Sina tersebut seraya bertanya kepadanya: “ Ini tradisi bangsa mana ?Ibn Sina menjawab: “Tradisi ini harus berlaku di negara-negara tempat “Wabah Hitam” (Black Death ) bersembunyi.”
Ibnu Sina menyadari bahwa sulit bagi publik untuk berusan dengan virus yang tidak mereka lihat. Ia berbicara hal tersebut ketika mikroskop dan cara melihat virus tidak dikenal seperti sekarang ini. Namun demikian, Ibnu Sina telah mengidentifikasi virus ke murid-muridnya dengan sangat tepat, seolah-olah ia memiliki laboratorium ilmiah modern. 
Ia mengetahui bahwa semua *penyakit menular disebabkan oleh kāināt daqīqah (mikroorganisme)* yang tidak dapat dilihat, dan bisa menempel pada apa saja, seperti pakaian, wajah, tangan, dan rambut.
Dalam adegan lainnya, Ibn Sina menjelaskan kepada sahabatnya bahwa *tidak usah takut menghadapi wabah ini, tetapi hadapilah dengan suka cita dan kegembiraan*, karena wabah itu tidak takut kepada pengecut dan penakut.
Berbagai inovasinya, sebetulnya, selaras dengan ilmu pengetahuan modern, antara lain, bahwa pasien dalam kondisi sikap mental yang optimis, lebih cepat merespon pengobatan dari pada pasien yang takut karena panik. Rasa takut, secara signifikan dapat melemahkan imunitas atau kekebalan tubuh.
Dia menjelaskan pula, bahwa wabah itu disebabkan oleh partikel yang tidak terlihat oleh mata telanjang, menembus udara, rambut, pakaian, dan sentuhan, serta ditularkan melalui gesekan antar manusia.
Sehubungan dengan hal di atas, Ibnu Sina menyampaikan kata mutiaranya:
اَلوَهْمُ نِصْفُ الدَاءِ، وَالإطْمِئْنَانُ نِصْفُ الدَوَاءِ، وَالصَبْرُ بِدَايَةُ الشِفَاءِal-wahm nişfud-dā-i, wal-ițmi’nān nişfud-dawā-i, wal-şabr bidāyah al-syifā
Delusi (serba khawatir) adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh pengobatan, dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan.
Di samping tidak boleh takut kepada penyakit, dalam film itu Ibnu Sina juga menerangkan *cara pencegahan wabah lainnya,* yaitu yang bersangkutan harus *menjauhi kerumunan manusia, uang harus disterilkan dengan air cuka, masjid dan pasar harus ditutup sementara*, sehingga setiap orang shalat di rumahnya masing-masing, agar rantai penyebaran infeksi tidak berlanjut.
Di samping itu, *dokter dan paramedis yang merawat pasien, agar mensterilkan hidungnya* dengan kapas yang direndam dalam cuka dan mengunyah auraq al-syaikh (semacam daun-daunan), yang semuanya ini baru dikenali oleh orang-orang setelah wabah pandemi Corona menyebar ke berbagai negeri.
Pada masa Corona sekarang ini, yakni hampir seribu tahun setelah Ibnu Sina wafat, kita baru menyadari bahwa kosep dan inovasi Ibnu Sina sudah digunakan dalam pengendalian penyebaran Corona di berbagai negara di dunia. Dahulu, Ibn Sina pernah curiga ada beberapa penyakit ditularkan oleh mikroba, maka untuk mencegah infeksinya di antara sesama manusia, ia menemukan *metode dengan mengisolasi yang bersangkutan selama 40 hari*. Metode ini dia sebut al-arba’iniyyat (40 harian) lalu dikenal dalam bahasa Itali dengan quarantine lalu diserap dalam bahasa Indonesia menjadi karantina. Karena kemajuan ilmu kedokteran, untuk masa sekarang ini karantina lazimnya dilakukan selama 14 hari.
Dari film yang berdurasi relatif pendek itu, kita mendapat informasi yang sangat berharga. Bahwa *ilmu kedokteran yang dikembangkan ahli medis muslim di abad pertengahan pernah mempengaruhi dunia kedokteran* terutama di daratan Eropa.
Inovasi-inovasi Ibnu Sina dalam bidang medis terutama dalam usahanya membatasi penyebaran wabah, sangat relevan untuk digunakan pada pembatasan penyebaran Corona masa sekarang ini. Apa yang diinisiasi oleh Pemerintah dan WHO tentang physical/social distancing, menggunakan masker, menghindari kerumunan orang, cuci tangan, dan karantina mandiri tidak usah diperdebatkan, tetapi untuk segera dilaksanakan, sehingga bangsa Indonesia ini bisa segera mengendalikan korban yang berjatuhan, dan dapat mengakhiri covid-19 dengan sesegera mungkin. 
Amin.
Prof. Dr. Syihabuddin Qalyubi, Lc., M.Ag, Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Saya punya group WA perumahan saya yang beberapa anggotanya fanatik pembela Jokowi. Bila ada postingan yg menyalahkan pemerintah mereka marah luar biasa. Saat saya copas tulisan yg mengkritik pemerintah krn terlalu banyak didikte oleh para predator, mrk pun marah keras. Tetapi ketika saya copas kritik yg sama oleh Ade Armando (idola mereka) lho mrk kok tidak bersuara. Ketika saya posting Din Syamsudin yg mengkritik konser pemerintah mrk marah dengan kata kata kasar Orang sekelas Din Syamsudin ngawur ttg adanya konser. Setelah dari kelompok mrk ada yg posting gambar Said Aqil Siroj yang juga mengkritik konser itu lho mrk kok tidak komen sama sekali. Kesimpulan saya mrk selalu menolak infirmasi yg mrk tdk setuju dengan “menghoax kan’ info itu. Mereka mau mendengarkan bila info itu dari kelompok mrk sendiri.

Adnan Latief <a.adnanlatief@gmail.com>9:19 AM (0 minutes ago)
to me

MENGAPA VAKSIN COVID-19 SULIT DITEMUKAN? 
Oleh: Istamar Syamsuri
Vaksin itu kan bibit penyakit yang dilemahkan. Dibuat semaput.  Virus yang dilemahkan itu disebut vaksin. Tubuh sehat diberi vaksin yang sudah semaput.  Maka tubuh mudah menaklukkan virus semaput itu.  Nah Subhanallah tubuh kita diberi kemampuan menghasilkan senjata pelawan vaksin.  Caranya tubuh oleh Allah dilengkapi sel memori.  Sel memori bukan di otak (seperti banyak disampaikan) tetapi ada di darah yaitu dalam bentuk sel darah putih.  Namanya sel T dan sel B.  Karena sudah berhasil mengalahkan virus,  sel memori ini “mengingat” struktur molekul virus yang dikalahkan tadi.  Sel memori memproduksi molekul yang dapat “memborgol” virus tadi.  Jadi jika ada virus sungguhan, sel memori tubuh kita telah siap melawan menghancurkan dan memakannya.  Masyaallah. Allah Maha Sempurna.  
Nah covid-19 ini aneh.  Cepat bermutasi.  Cepat ganti baju. Sehingga mengacaukan sel memori tadi.  Sel memori yang sudah siap menghasilkan molekul virus (antibodi)  menjadi tidak mengenal virus yang datang. Virus korona yang datang ini tidak dapat diborgol lagi oleh antibodi.  Virus masuk ke sel sel pernafasan, mengobrak abrik sehingga tubuh kita kalah.  
Itulah sulitnya.  Sudah berhasil ditemukan vaksin virus,  tubuh sudah bisa melawannya,  namun virus civid-19 baru sudah muncul “ganti baju” sehingga tubuh sulit memborgolnya.  Seperti terjadi adu cepat antara sel memori dengan mutasi virus. Karena itulah para ahli kewalahan membuat vaksin berupa virus semaput baru. 
Saya memperkirakan vaksin covid-19 sulit diproduksi.  Artinya covid-19 sulit diberantas karena mutasinya cepat.  Mudah mudahan perkiraan saya meleset.  
Begitulah para ahli memproduksi pembasmi virus berdasarkan hukum alam bagaimana tubuh melawan virus.  Berdasar Sunnatullah. 
Para ahli masih sibuk mempelajarinya.  Australia berupaya membuat obat berdasar mekanisme tubuh manusia melawan virus. Ada lagi pendapat bahwa yang mematikan manusia bukan virusnya melainkan bakteri yang ikut nimbrung masuk ketubuh bersama virus.  Bakteri ini bisa dilawan dengan antibiotik 
Virus tidak mempan oleh antibiotik.  Karena virus strukturnya beda dengan bakteri.  Ada yang berpendapat virus itu bukan makhluk hidup.  Virus itu molekul yang menginfeksi. Katanya. 
Allah memberi tantangan munculnya virus agar manusia berfikir memberantasnya.  Saya selalu berharap semoga ilmuwan yang berhasil menemukan pemberantas virus adalah ilmuwan Islam.   Aamiin

Sejarah merupakan bagian dari data Statistik———————————————————-
Coronavirus, Lockdown, dan Ironi Negeri Muslim Terbesar
Oleh: Harun Husen
Di laman Newsweek, 17 Maret, seorang profesor, Dr Craig Considine, menulis sebuah artikel menarik. Judulnya, “Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet Muhammad Thought Otherwise”.
Artikel itu tentang wabah coronavirus, yang kini telah menjadi pandemi global. Editor Newsweek, memberi artikel itu ilustrasi Ka’bah dan pelatarannya yang putih susu.
Pada dua paragraf awal Dr Craig membahas tentang pandemi global Covid19 dan cara membendungnya. Para ahli imunologi seperti Dr Anthony Fauci dan Dr Sanjay Gupta, tulisnya, menyatakan bahwa cara paling efektif untuk mengatasinya adalah dengan menjaga kebersihan, melakukan karantina, dan mengisolasi diri dari orang lain.
Para paragraf ketiga, dia menyampaikan sebuah pertanyaan. Sebenarnya lebih merupakan pernyataan. Berkata Dr Craig, “Taukah Anda siapa lagi yang menyarankan menjaga keberhasihan dan karantina selama pandemi berlangsung?”
*“Muhammad, Nabi umat Islam, lebih dari 1.300 tahun silam,”* tulisnya.
Nabi Muhammad, Dr Craig menambahkan, bukanlah seorang ahli tradisional dalam soal penyakit mematikan. Namun, tulisnya, “Nabi Muhammad telah menyampaikan nasihat yang sangat baik untuk mencegah dan memerangi perkembangan [penyakit mematikan] seperti Covid19.”
Dr Craig kemudian mengutip hadits yang dia maksud. “Muhammad bersabda: ‘Jika engkau mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu’.”
Yang dikutip Dr Craig adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Kisah lengkap tentang hadits ini, yang berkaitan dengan peristiwa di zaman Khalifah Umar, lihat pada tulisan “Lockdown Era Umar bin Khattab”.
Masih mengutip hadits, Dr Craig –yang belum lama ini menulis buku berjudul “Humanity of Muhammad: A Christian View” (Blue Dome Press, 2020)– menulis: “Dia (Nabi Muhammad) juga berkata: ‘Mereka yang telah terinfeksi penyakit menular, harus dijauhkan dari yang sehat’.”
Ini juga hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah. Formulasi lain hadits ini dalam bahasa Indonesia, adalah “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.”Sekarang semua anjuran Nabi tersebut, secara kebetulan telah menjadi jurus banyak negara dalam menghadapi pandemi global coronavirus. Mari kita tengok lagi tulisan Dr Craig, yang basah kuyup oleh guyuran hadits. Nabi Muhammad, tulisnya, sangat mendorong manusia mematuhi praktik higienis yang bakal membuatnya aman dari infeksi. “Pertimbangkan hadits-hadits ini, atau perkataan Nabi Muhammad:”
“Kebersihan adalah sebahagian dari iman.”
“Cucilah tanganmu setelah bangun tidur; kamu tidak tahu ke mana tanganmu bergerak saat tidur.”
“Keberkahan makanan terletak pada mencuci tangan sebelum dan setelah makan.”
Lalu, bagaimana jika seseorang jatuh sakit? Nasihat apa yang akan diberikan Nabi Muhammad kepada sesama manusia yang sedang didera rasa sakit? Dr Craig kembali bertanya, retoris.
Jawabannya, menurut profesor yang tahun lalu menerbitkan buku “Islam in America: Exploring the Issues” (ABC-CLIO 2019), ini, adalah: “Dia (Nabi Muhammad) akan mendorong untuk mencari perawatan medis.”
Dr Craig pun mengutip hadits yang sangat terkenal. “Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Tuhan tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit –usia tua (pikun).” Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah.
Hampir sekujur artikel Dr Craig, bercerita tentang Sang Nabi dan sabdanya yang sangat diperlukan umat manusia, hari-hari ini. Dan, yang menurutnya merupakan salah satu poin terpenting, Nabi mengajarkan bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.
Dr Craig kemudian mengajak kita melihat respons umat beragama, beberapa pekan terakhir. Sebagian orang, tulisnya, bergerak terlalu jauh, dengan menyarankan bahwa berdoa akan lebih baik dan akan menjauhkan dari coronavirus, ketimbang mematuhi aturan dasar tentang sosial distancing dan karantina. Dr Craig pun mereka-reka, kira-kira apa tanggapan Nabi terhadap pendapat seperti itu.
Dan, Dr Craig menjawabnya dengan menukil sebuah kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. “Pertimbangkan kisah berikut. Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, ‘Mengapa tidak engkau ikat untamu?’ Orang Badui itu menjawab, ‘Aku menaruh kepercayaan (tawakal)kepada Tuhan.’ Sang Nabi pun kemudian bersabda, ‘Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal kepada Tuhan’.”
Sebagai kesimpulan, Dr Craig menyatakan bahwa Nabi Muhammad menyarankan umat untuk mencari bimbingan dalam agama mereka, namun Nabi tetap berharap mereka melakukan langkah-langkah mendasar terkait pencegahan, kestabilan, dan keselamatan. “Dengan kata lain, dia {Nabi) berharap umat menggunakan akal sehatnya.”
Lockdown Era Umar bin Khattab—————————————————Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi. Pada tahun 18 Hijriyah, suatu hari Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya, melakukan perjalanan menuju Syam. Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut.
Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.
Beberapa waktu kemudian, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Umar di perbatasan. Terjadi percakapan di antara para sahabat dengan Umar. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.
Syam diberlakukan lockdown. Setiap beberapa waktu sekali, Abu Ubaidah mengabarkan situasi kondisi yang terjadi di Syam, kepada Umar bin Khattab. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, hingga tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya ada Abu Ubaidah.
Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.
Sumber:–https://www.newsweek.com/prophet-prayer-muhammad-covid-19-coronavirus-1492798https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/lockdown-zaman-nabi
https://muslimobsession.com/coronavirus-lockdown-dan-ironi-negeri-muslim-terbesar/



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *